Wellcome home

1.8K 225 21
                                    



Tiga bocah kecil dengan semangat empat lima menuju sebuah kamar VVIP di sebuah rumah sakit. Senyum terus terukir di bibir mereka. Tampak jelas raut wajah bahagia dari mereka. Terlebih saat mereka tepat di depan kamar yang mereka tuju.

Ketiganya saling berpandangan. Merencanakan sesuatu entah apa itu. Om dan tantenya yang yang berada di belakang juga sama saling berpandangan. Takut sesuatu yang buruk atau bikin gaduh satu ruangan. Om Irie yang dapat mandat dari sang ayah triplet untuk menjaga ketiganya langsung merangkul ketiga bocah itu.

"Hey, apa yang kalian rencanain? Inget ya ini rumah sakit. Kalau kalian berisik, kita pulang." Jelas om Irie tegas diiringi kata ancaman.

"Ihhh apaan sih om. Kita nggak rencanain apa-apa kok." ucap Atha sebagai juru bicara.

"Yakin?" tatap tajam si om.

Langsung dapat balasan tatapan tajam juga dari tiga bocah yang resmi menyandang status kakak.

"Sayangnya tante, ini rumah sakit ya. Nanti kalian di dalam jangan berisik. Apalagi ada ibu yang lagi istirahat dan kemungkinana ada dua adik kalian." suara lembut mengalun indah di telinga sang tante. Menyejukan telinga triplet yang habis dapat tuduhan keras dari si om.

"Hem, gini dong kalau ngomong ke anak-anak, yang lembut. Jadi kan enak di dengar." ucap Fariz.

"Iya bener banget. Kalau kata opa, nggak boleh suudzon. Harus... harus apa ya? kok Ashsha lupa." Ashsha berpikir keras, lawan kata dari suudzon.

"Husnudzon Sha." lanjut Atha, membantu sang adik.

"Ya bener banget, Husnudzon. Kalau om mah sukanya bersangka yang tidak baik kalau kita lagi tatap-tatapan." ujar Ashsha manyun.

"Habis, setiap kalian saling tatap-tatapan pasti ada rencana yang sedang kalian susun. Dan ujungnya pasti bikin ulah." Lanjut si om yang selalu jadi korban kejahilan ketiga keponakannya.

Si om mentap tajam ke ketiga bocah itu. Begitu juga triplet membalas menatap tajam sang om. Kini mereka beradu saling tatap-tatapan. Satu lawan tiga.

"Hem, mas Irie. Nggak boleh gitu ah sama mereka." sambung sang istri om Irie yang melerai mereka berempat.

"Ribut-ribut apa sih? Tinggal salam dan masuk kan gampang." ucap seseorang yang kini membuka pintu kamar rawat sang ibu triplet.

"Ayah!" kompak triplet langsung memeluk ayahnya.

Ken yang tak siap pun mendapat sambutan dari ketiga anaknya hampir jatuh karena dorongan kuat ketiga anak sulungnya yang memeluknya erat.

"Assalamu'alaikum kakak triplet." ucap ayah Ken menyambut ketiga buah hatinya.

"Wa'alaikumsalam ayah sayang." kompak triplet. Senyum merekah terlukis di bibir ketiga bocah itu.

"Kita kangen ayah." ujar Ashsha.

"Ayah juga kangen kalian. Apalagi ibu." ucap sang ayah triplet.

Mendengar kata ibu, ketiga bocah itu langsung berlari menuju sang ibu yang ada di dalam.

"Hem, jadi nomer dua lagi." ucap Ken, menghembuskan nafas.

"Iyalah, ibu mereka the one and only." ucap om Irie.

Ken tersenyum, "Makasih banget ya, kalian dua hari ini sudah jagain triplet."

"Iya sama-sama. Tapi inget ya, gaji gue di naik..." belum selesai ngomong, Irie langsung di cubit perutnya oleh tante Fathiya.

"Kok di cubit sih sayang." keluh Irie kesakitan.

"Jadi orang yang ikhlas. Baru di suruh jagain triplet dua hari minta gaji lebih. Entar kalau punya anak, aku minta mas jagain minta gaji juga?" tantang sang istri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

all about Triplet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang