12

3 3 0
                                    

Gina mengusap-usap punggung Arka dengan lembut dan pelan agar balita itu tertidur. Kini, sudah pukul sepuluh malam. Kelewat satu jam dari waktu biasanya Arka tidur.

Tadi, setelah Gina memarahi Dhio, bukannya berhenti mereka malah menjadi bermain kejar-kejaran. Karena kelelahan, Gina dan Dhio beristirahat sejenak sambil menyantap mie instan yang tadi sudah Gina buat. Arka duduk manis sambil memainkan ponsel Dhio untuk menonton youtube.

Karena Arka diberikan ponsel, balita itu malah tidak ingin melepaskan ponsel milik Dhio hingga kantuk melanda balita itu. Dan kini, Gina tengah menemani Arka agar terlelap di kamar yang biasa Arka tempati.

Kasur yang lumayan besar apabila hanya untuk seorang balita, mungkin saja kedua orangtuanya biasa tidur bersama di sini. Kamar bernuansa coklat muda dan juga warna putih menghiasi kamar Arka. Ada banyak mainan dan juga pakaian milik Arka.

Saat Gina tengah menemani Arka tidur, Dhio masih ada di ruang tamu untuk menonton film action kesukaan pemuda itu. Gina melirik Arka yang ada di dalam pelukannya. Arka sudah tertidur lelap, baru saja Gina hendak melepaskan pelukannya, Arka justru malah mempererat pelukan keduanya.

Pintu kamar Arka terbuka, menampakkan Dhio yang kini sudah mengenakan kaos oblong putih polos dan celana pendek hitam. Pemuda itu tersenyum saat Gina menatapnya.

"Arka udah tidur?" tanya Dhio dengan suara pelan sambil berjalan ke arah kasur.

Gina mengangguk, lalu mengelus rambut Arka yang sepertinya terusik karena suara pintu tadi. "Kok lo ganti baju? Bukannya lo gak bawa baju ganti, ya?"

Dhio mengangguk. "Ada baju lama gua pas nginep, dulu." Dhio merebahkan tubuhnya di kasur, tepat di sebelah Arka yang setia memeluk Gina. "Eh, lo ngapain tidur di sini?!" pekik Gina spontan.

Karena terkejut, Arka sempat terjingkat dalam tidurnya tadi. Gina yang sigap lantas mengusap punggung Arka kembali dan merapatkan pelukan mereka berdua. Secara tak langsung, kini jarak antara Dhio dan Gina sangat dekat.

"Gak enak kalau gua harus tidur di kamar Tante sama Om. Lagian kalau di sini pun, ada Arka di tengah, kan? Tenang aja, Gin, gua gak bakal macem-macem kok." Dhio mengubah posisinya menghadap Gina.

Pandangan mereka berdua bertemu, Gina hanya mampu diam mematung. Sedangkan Dhio tersenyum manis menatap manik coklat milik Gina. Tangannya terulur untuk mengelus poni Gina yang menutupi wajah gadisnya itu.

Tunggu. Gadisnya? Belum, Gina belum menjadi gadisnya. Belum bukan berarti tidak, bukan?

"D--dhio ...," gumam Gina.

"Hmm?" sahut Dhio dengan santai, senyum tampannya masih setia menghiasi wajah pemuda itu.

"Bisa munduran, gak? Gak baik buat kesehatan jantung gue," cicitnya, mengalihkan tatapannya, tak sanggup lama-lama bertatapan dengan Dhio.

"Gak mau." Bukannya menjauh, Dhio justru malah memeluk tubuh Gina dan juga Arka. Gina semakin salah tingkah dibuatnya.

"Lo tau gak, Gin?" tanya Dhio dengan masih memeluk Gina.

"A--apa." Gina berusaha menghilangkan rasa gugupnya.

"Kita sekarang kayak keluarga kecil, kan? Gua Bapaknya, lo Emaknya, dan Arka anak kita," kata Dhio, menatap wajah Arka, lalu beralih menatap Gina.

"Lo tuh buaya banget ya, Yo. Katanya gak mau nyakitin perasaan cewek yang gue sayang, tapi sikap lo malah manis kayak gini ke gue di belakang cewek lo," cibir Gina sambil memutar bola matanya malas. Gina berusaha menyingkirkan tangan Dhio agar berhenti memeluknya, dan berhasil!

"Emang salah?" tanya Dhio kebingungan.

'Ya salah lah, bego! Lu bikin gue baper padahal punya pacar. Anjing banget!' batin Gina mengumpat untuk Dhio.

Love Your SelfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang