02

8 4 2
                                    

"Tidak perlu mengubah dirimu menjadi orang lain karena setiap orang berbeda dan unik dengan caranya sendiri."

• Love Your Self •

Gina melangkahkan kakinya memasuki ruang kelas dua belas Ips satu. Ia tak menghiraukan segala cibiran dari para murid-murid yang berpapasan dengannya.

Gina duduk di kursi paling belakang dibarisan paling pojok. Ia menaruh tas punggung miliknya keatas meja, lalu menenggelamkan wajahnya diantara lipatan tangan yang ia taruh di atas meja.

Bukannya Gina tak bersemangat sekolah. Ia hanya tidak sanggup terus-terusan mendengar hinaan dari teman-teman sekolahnya. Tunggu, apa pantas mereka disebut teman?

"Kenapa lagi, Gin?"

Gina mengangkat kepalanya. Mendongak untuk melihat siapa orang tersebut. "Kenapa apanya?" Gina balik bertanya pada  orang itu.

"Diejek lagi?" tanyanya lagi.

"Tanpa gue kasih tau, lo pasti udah tau kan, Yo." Gina kembali menelungkupkan wajahnya.

Dhio menghela nafas lelah. Ia kasihan dengan Gina yang selalu mendapat cibiran karena kekurangan fisiknya. Sekolah swasta ini rata-rata murid-murid dari kalangan atas. Sebenarnya Gina dahulu tak ingin bersekolah di sini karena biaya yang mahal. Namun, orang tua Dhio memaksa Gina bersekolah di sini dan menanggung biaya sekolah Gina.

"Udah sarapan belum, Gin?" tanya Dhio yang kini sudah duduk di sebelah Gina.

"Udah tadi dirumah," jawab Gina tanpa berniat menatap lawan bicaranya.

Dhio mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. "Mau ke kantin, gak?" tawar Dhio dengan mata dan tangan yang fokus pada ponselnya.

"Mau. Tapi gak, ah. Gue mau diet lagi," ucap Gina, lalu mendongak, kemudian duduk bersandar pada kursi yang ia duduki.

"Diet lagi, diet lagi. Gak sayang sama tubuh lo apa?"

"Bukannya gak sayang. Lo tau 'kan, gimana mereka bully dan hina gue selalu," lirih Gina.

Dhio tersenyum tipis. Tangan kirinya terulur untuk mengelus rambut belakang Gina yang berwarna coklat dan bergelombang. "Bagi gua, lo kayak gini udah sempurna, Gina."

"Asal lo tahu. Cantik fisik gak akan berguna kalau hatinya jelek. Walau lo emang gak secantik dan sebagus mereka, tapi hati lo itu baik, dermawan dan suka menolong orang. Jangan peduli sama omongan mereka. Mereka bicara kayak gitu karena mereka iri sama lo. Mereka gak bisa jadi kayak lo, Gina."

Gina menatap Dhio dengan mata berkaca-kaca. 'Asal lo tahu, Yo. Mereka bully gue karena gak suka kedekatan lo sama gue. Gue udah berusaha menjauh dari lo, tapi gak bisa,' lirih Gina dalam hati.

"Senyum dong. Gua paling suka sama lesung pipi lo, manis," ucap Dhio dengan senyum manisnya sambil menjauhkan tangannya dari rambut Gina.

Gina tersenyum lebar hingga menampakkan lesung pipinya. "Nanti traktir jajan bakso sama nasi padang, ya?" pinta Gina layaknya anak kecil sambil tersenyum.

Dhio gemas, lalu mencubit pipi Gina yang tembem. "Iya gembuuuul." Dhio terkekeh membuat Gina ikut terkekeh.

Tak terasa, bell masuk pun terdengar. Murid-murid kembali duduk pada tempatnya masing-masing, dan pelajaran pun dimulai.

*****

"Lo mau berapa kali gue bully sih, Gin! Gue udah sering bilang sama lo buat jauhin Dhio, lo budek atau bego, hah!"

Putri menarik rambut Gina dengan kencang. Gina meringis kesakitan karena Putri menarik rambutnya dengan sangat kencang. Air mata Gina turun karena tak dapat ia bendung lagi.

"Gue udah berusaha jauhin Dhio dari gue, Putri ...," lirih Gina tak dapat berbicara dengan normal karena Putri masih terus menarik rambutnya. Gina memegang tangan Putri agar cengraman di rambutnya dapat terlepas.

Putri menghempaskan tangannya saat Gina menyentuh tangannya yang putih. Karena hempasan tersebut, kepala Gina membentur dinginnya dinding kamar mandi sekolah.

"Lo itu jelek, miskin, bego lagi. Harusnya lo sadar diri dong, lo itu langit dan bumi sama Dhio, lo sama sekali gak pantes ada dideket Dhio," ejek salah satu temannya Putri yang bernama Risma.

Gina tak berani menjawab, ia takut disiksa lagi. Kepalanya terasa berdenyut nyeri karena benturan tadi.

"Jauhin Dhio secepatnya. Ini peringatan dari gue. Kalau lo gak mau jauhin Dhio, gue sendiri yang bakal bikin Dhio menjauh dari kehidupan lo!" ancam Putri sambil menatap Gina dengan tajam.

"Mana?" tanya Putri pada temannya yang satu lagi.

"Ini," kata gadis itu yang bername tag Intan. Ia memberikan plastik hitam berukuran sedang kepada Putri sambil tersenyum licik.

"Sebelum lo pulang sekolah, lo harus mandi dulu, kerbau dekil," ejek Gina sambil mengeluarkan botol plastik dari dalam plastik tadi.

Cairan berwarna hitam kental didalamnya. Mereka bertiga yang tengah merundung Gina menutup hidung mereka masing-masing saat Putri membuka tutup botolnya. Bau busuk menyerbak dari dalam botol, Gina ingin mual saat Putri menyodorkan botol itu didepan wajahnya, tepat berada didekat hidungnya. Gina tak kuat, ia mual dan ingin muntah. Kepalanya sangat berat dan terasa pening, ia hanya bisa menangis, tak mampu melawan.

"Bagusnya, dia minum atau mandi, ya?" tanya Putri pada kedua temannya dengan nada mengejek.

Risma tertawa jahat. "Kerbau lebih suka mandi lumpur. Tapi kalau disuruh minum, takutnya langsung mampus, 'kan gak seru. Iya, gak?"

"Bener banget, biarin mandi lumpur aja, dulu. Kalau keburu mampus gak asik," tambah Intan.

Putri semakin tersenyum jahat saat Gina yang benar-benar akan muntah. Wajahnya sudah basah akan keringat dan air matanya.

Dimana yang lainnya? Niat awal Gina datang ke kamar mandi hanya untuk buang air kecil sebelum pulang sekolah. Namun naas, dirinya malah di bully oleh Putri dan kedua temannya. Dhio tadi sudah berpamitan pada Gina untuk pulang lebih dahulu karena Mamahnya meminta Dhio untuk segera pulang karena ada urusan penting.

"Kerbau harus mandi dulu ...," ucap Putri. Lalu ia menumpahkan cairan tadi tepat diatas kepala Gina. Putri tersenyum puas saat Gina menutup mulut dan hidungnya karena mual akan bau cairan itu.

"Nah lo kalau kayak gini jadi makin cantik. Ratu lumpur," ujar Putri kemudian tertawa jahat diikuti teman-temannya.

Gina tak dapat lagi menahan semuanya. Kepalanya semakin terasa berat dan pandangannya terasa kabur. Perlahan, matanya tertutup dan cairan hitam pekat tadi membasahi wajahnya. Putri dan teman-temannya masih tertawa puas akan hasil yang telah mereka lakukan.

Putri melihat Gina yang sudah pingsan tak berdaya disudut kamar mandi dengan cairan hitam dan rambut yang acak-acakan.

Mereka bertiga langsung keluar begitu saja dari kamar mandi tanpa berniat menolong Gina dan membiarkan gadis itu terkapar dilantai sendirian. Benar-benar iblis, kejam dan ironis. 'Siapapun, tolong Gina saat ini' hanya itu kata-kata Gina sebelum ia kesadarannya benar-benar menghilang.

****

Cerita ini dipublikasikan pada tanggal ; 26 September 2021

Love Your SelfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang