"Cintai tubuhmu,
ayo bersyukur tiap hari~"
•Love Your Self•Gina kembali menangis di kamarnya saat malam hari. Setelah mengerjakan tugas sekolahnya, Gina melamun di atas kasurnya, merenungkan nasibnya yang tak kunjung manis.
"Apa salah Gina, Tuhan ... Gina capek kalau harus kayak gini terus, Gina gak mau disakitin terus ...," lirih Gina disela-sela tangisnya.
Ia meringkuk di atas kasur, menekuk kedua kakinya dan membenamkan wajahnya diantara lututnya. Menangis dan menangis. Ia selalu begitu setiap hari.
Tok, tok, tok ....
Gina terdiam, ia buru-buru menghapus air matanya, dan ia bergegas turun dari kasurnya untuk membukakan pintu.
"Dhio?" beo Gina saat pintu terbuka lebar.
Dhio menghela nafasnya. "Nangis lagi?"
Refleks, Gina langsung menyentuh pipinya, takut-takut masih ada sisa air mata. "E--enggak. Sok tau lu, dih." Gina berbohong. Ia langsung berbalik kembali untuk duduk di kasurnya.
Dhio hanya geleng-geleng kepala sambil mendekati Gina dan duduk di atas kasur yang langsung berhadapan dengan Gina. Dhio menaruh kantung plastik yang nampaknya berisikan makanan tepat dihadapan Gina.
"Tadi abis pulang main futsal, gua lewat tukang mie ayamnya Mang Arip. Dua porsi khusus buat gembulnya gua." Dhio membua plastiknya dan mengeluarkan tiga buah mangkuk plastik styrofoam yang ada di dalamnya, kemudian ia sajikan satu-persatu.
"Gue gak minta buat lo bawain mie ayam. Abisin aja, gue lagi ga nafsu makan," tolak Gina dengan membuang pandangannya ke arah jendela.
"Yakin lo gak mau? Mie ayamnya Mang Arip 'kan termasuk salah satu makanan favorit lu. Bener nih gak mau?" goda Dhio menyodorkan satu mangku mie ayam ke depan wajah Gina.
Gina meneguk air liunya karena aroma mie ayam yang sangat menggoda di hidungnya. "Jangan goda gue Dhio ...! Lu tau 'kan kalau gue lagi diet."
"Gak, gua gak suka kalau lu diet, Gina."
"Bodo, gue gak mau!"
Dhio mengambil sumpit yang ada di dalam plastik, dan mulai mengaduk mie ayamnya. Aroma kembali semakin menyeruak di hidung Gina. Gina menggeleng samar agar ia tak tergiur akan mie ayam tersebut.
"Gina ... buka mulutnya, aaaaaaa, kereta datang!" Dhio menyuapi Gina layaknya anak kecil.
Gini tersenyum bahagia. Hatinya terasa senang saat Dhio memperlakukannya dengan manis. Tidak, Gina tidak boleh jatuh terlalu dalam pada Dhio. Tidak, Gina tidak boleh dekat dengan Dhio lagi. Cukup, Gina tak ingin disiksa lagi oleh Putri dan temannya. Tidak mau, Gina tidak mau.
"Mending mie ayamnya lo kasih ke Ibu aja. Gue mau tidur, tolong keluar dari kamar gue, Dhio." Gina tak menerima suapan dari Dhio, ia justru mengusir Dhio untuk keluar dari kamarnya.
Dhio memasukkan kembali mangkuk mie ayam yang tadi sudah ia sajikan ke dalam plastik dengan wajah datar tanpa ekspresi. Gina menatap perubahan wajah Dhio yang drastis. Ia tak bermasud menyakiti Dhio. Ia hanya tidak ingin, rasa sukanya semakin membesar pada Dhio.
Dhio turun dari kasur dengan kantung plastik di tangan kirinya. "Gua pamit pulang. Tidur yang nyenyak, Gina."
Dhio kemudian langsung berbalik menuju pintu dan keluar dari kamar Gina setelah menutupnya.
"Maafin gue Dhio ... gue cuma takut kalau gue bakal jatuh cinta sama lo," lirih Gina saat pintu kamarnya tertutup.
Air matanya kembali menetes. Gina berbaring di tempat tidurnya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia kembali menangis dalam diam hingga akhirnya terlelap.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Your Self
Fiksi RemajaCerita ini dipindahkan dari akun @RafasyahRakaAditya. Apa yang sudah diberikan, tidak bisa dikembalikan. Jika suatu hari nanti cerita ini laku di pasaran, penulis pertama tidak berhak meminta cerita ini kembali karena pada saat ini sudah pindah hak...