"Emang bener, good looking lebih dipandang daripada yang good attitude."
•Love Your Self•Gina perlahan membuka matanya. Tangan kanannya terulur untuk memegang keningnya yang terasa berdenyut dan membuatnya pusing. Gina mengedarkan pandangannya. 'Ini dimana?' pikir Gina. Ia tidak tahu dimana kini ia berada. Kamar bernuansa putih biru, dengan hiasan lukisan bergambarkan pemandangan alam.
Gina berusaha bangkit dari posisinya untuk duduk. Gina menyandarkan kepalanya diujung kepala ranjang. Kepalanya berusaha mengingat-ingat kejadian sebelumnya.
"Kerbau harus mandi dulu ...," ucap Putri. Lalu ia menumpahkan cairan tadi tepat diatas kepala Gina. Putri tersenyum puas saat Gina menutup mulut dan hidungnya karena mual akan bau cairan itu.
"Nah lo kalau kayak gini jadi makin cantik. Ratu lumpur," ujar Gina lalu tertawa jahat diikuti teman-temannya.
Gina tak dapat lagi menahan semuanya. Kepalanya semakin terasa berat dan pandangannya terasa kabur. Perlahan, matanya tertutup dan cairan hitam pekat tadi membasahi wajahnya. Putri dan teman-temannya masih tertawa puas akan hasil yang telah mereka lakukan.
Putri melihat Gina yang sudah pingsan tak berdaya disudut kamar mandi dengan cairan hitam dan rambut yang acak-acakan.
Gina ingat. Ia pingsan saat di bully oleh Putri dan temannya. Tapi, siapa yang sudah mau menolong dirinya? Gina terdiam. Ia melamun untuk menerka-nerka siapakah orang baik yang sudah mau menolong dirinya.
Ceklek ....
Gina menoleh kearah pintu. Menatap siapa orang tersebut. Ia tertegun sesaat. Gina tak mengenali siapa gadis ini, apakah ia yang sudah mau menolong dirinya? Kalau iya, Gina sangat bersyukur jika ada yang menolong dirinya tadi.
"Kamu sudah lebih baik?" tanya gadis itu. Perlahan ia berjalan mendekati kasur sambil membawa nampan putih berisikan segelas air mineral dan juga semangkuk bubur.
Gina mengangguk perlahan dengan ekspresi penuh kebingungan dan tanda tanya. "Kenapa aku bisa ada di sini?" tanya Gina pada gadis itu.
Gadis itu duduk di pinggir kasur setelah menaruh nampan di atas nakas. "Tadi pas aku ke kamar mandi, aku kaget pas liat kamu pingsan dengan seragam kotor dan acak-acakan. Aku minta tolong sama Pak satpam buat bantu aku gotong kamu ke mobil aku setelah aku bersihin tubuh kamu."
Gina terdiam, lalu setelah itu ia tersenyum hangat pada gadis itu. "Makasih ya kamu udah mau nolongin aku tadi. Kalau gak ada kamu, aku gak yakin bakal selamat."
"Sama-sama. Untung tadi Pamanku yang kebetulan seorang dokter lagi ada dirumahku jadi bisa cek kondisi kamu. Katanya, kepala kamu kebentur gak terlalu parah sampai cedera otak. Tadi dia kasih aku resep obat buat kamu, obatnya udah aku beli dan ada di atas nakas."
Mata Gina berkaca-kaca, ia terharu karena masih ada orang baik di sekolahnya yang mau menolong Gina saat pingsan tadi. "Sekali lagi aku makasih banyak ya sama kamu. Aku janji bakal ganti baju kamu yang saat ini aku pakai dan gantiin uang kamu. Sekali lagi, terima kasih, ya."
Gadis itu mengangguk, membalas senyuman Gina. "Sudah seharusnya sesama manusia saling tolong menolong, 'kan?" Gina mengangguk.
"Ah, iya. Namaku Debby. Debby Natalia, nama kamu Gina, 'kan? Tadi aku lihat di name tag seragam kamu."
Gina mengangguk. "Iya. Aku baru pertama kali liat kamu, baru pindah, ya?"
"Iya, hari ini pertama masuk. Aku ada di kelas dua belas ipa satu. Di sana orang-orangnya ramah. Dan aku kaget banget pas lihat kamu pingsan. Kamu ... di bully, Gin?"
'Menyedihkan banget hidup gue. Emang bener, yang good looking bakal diperlakukan dengan baik.' Gina tersenyum miris dalam hatinya.
"Ya, seperti itu lah."
"Ah iya, ini buburnya dimakan." Debby mengambil mangkuk bubur di atas nakas. Lalu menyodorkannya pada Gina.
"Mau aku suapin?" tawar Debby.
Gina menggeleng, menerima mangkuk tersebut. "Aku bisa sendiri, kok. Makasih ya, By."
Gina meraih sendok yang ada di dalam mangkuk dan mulai memasukan suapan pertama kedalam mulutnya. Matanya berkaca-kaca saat mengingat betapa menyedihkan dirinya. Ia ingin seperti Debby.
Tidak, Gina bukan iri ataupun sirik kepada Debby. Ia hanya ingin merasakan seperti Debby. Mempunyai kulit putih mulus dengan tubuh langsing dan wajah yang bersih dan cantik. Andaikan Gina menjadi gadis cantik seperti Debby, apakah hidupnya akan se menyedihkan ini?
"Kok nangis ... bubur buatan aku asin ya, Gin? Udah kalau asin jangan dimakan, nanti perut kamu sakit."
Gina tersenyum, lalu kembali memasukan suapan kedua. "Ini enak kok, By. Aku cuma sedih aja, ponsel dan tas aku ketinggalan di kelas."
"Ini masih sore, mau aku suruh supir aku buat ambil?"
"Gak perlu, aku gamau semakin merepotkan kamu. Setelah ini, aku pamit pulang ya, By. Takut Ibu nyariin di rumah."
"Dianter supir ku, ya. Gaboleh nolak."
Gina tersenyum, "iya Debby."
*****
"Ya Allah, Mbul. Kamu dari mana aja? Ibu khawatir sama kamu, dari tadi ibu coba hubungi kamu, Nak." Nita menatap cemas putri semata wayangnya yang baru saja memasuki rumah.
"Maaf, ya, Bu. Tadi Gina lagi ngerjain tugas kelompok di rumah temen Gina dan lupa kabarin Ibu karena ponsel Gina mati daya," bohong Gina tak ingin ibunya semakin khawatir.
"Kamu ini. Lain kali izin dulu sama Ibu. Ibu bener-bener panik takut kamu hilang. Ibu cuma punya kamu Nak di dunia ini." mata Nita berkaca-kaca.
Gina ikut merasakan kesedihan ibunya. Gina semakin mendekat pada Nita, lalu memeluknya. Nita adalah seorang janda. Ayahnya Gina meninggal dunia saat Gina berusia lima tahun. Beliau meninggal karena kecelakaan saat bekerja bangunan dan meninggalkan luka kepada mereka berdua.
"Maafin Gina ya, Bu. Ibu jangan nangis, Gina bakal jaga diri Gina dengan baik," ucap Gina di dalam pelukan Nita.
Nita mengelus pundak Gina, Gina berusaha menahan air matanya. Nita melepaskan pelukannya. "Ibu udah masakin sambal terasi sama ayam kremes kesukaan kamu, Mbul. Ayo makan bareng Ibu."
"Iya, Bu. Gina mau ganti baju dulu."
"Eh tunggu. Ibu baru sadar, kamu pakai baju biasa. Seragam kamu mana, Mbul?" tanya Nita saat melihat Gina menggunakan celana panjang berwarna hitam dan baju hijau polos berukuran pas pada tubuhnya.
"I--ini baju temennya Gina, Bu. Tadi pas kerkom. Gina sama temen-temen sempet main air. Jadinya seragam Gina basah deh, Bu." Gina kembali berbohong.
Nita menatap Gina untuk mencari kebenaran. Lalu ia mengangguk pelan sambil tersenyum. "Yaudah, gih. Kamu ganti baju, habis itu kita makan."
"Iya, Ibu." maafin Gina udah bohong sama Ibu. Lanjut Gina di dalam hati.
Setelah itu, ia melangkahkan kakinya menuju kamarnya dan hendak membersihkan diri.
****
Cerita ini dipublikasikan pada tanggal ; 27 September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Your Self
Teen FictionCerita ini dipindahkan dari akun @RafasyahRakaAditya. Apa yang sudah diberikan, tidak bisa dikembalikan. Jika suatu hari nanti cerita ini laku di pasaran, penulis pertama tidak berhak meminta cerita ini kembali karena pada saat ini sudah pindah hak...