Sudah vote, belum?
"Dhio!"
"Ada apa, Deb?"
Debby tersenyum kikuk, lalu ia menunduk malu tak berani bertatapan dengan Dhio. Debby memainkan kedua tangannya, ia ragu untuk mengatakan ini.
"Ada apa, Debby?" Dhio mengulang pertanyaannya kembali saat tak mendapati jawaban dari Debby.
Dhio yang baru saja keluar dari ruang eskul pun kebingungan karena secara tiba-tiba, Debby menghampirinya seorang diri. Tampaknya, hari ini jam kosong, karena tak hanya Debby yang berada di luar kelas.
"Nanti kamu balik sama siapa?" tanya Debby, ia memberanikan diri untuk menatap Dhio.
Dhio mengangguk samar. "Bareng sama Gina. Kenapa emang?"
Debby menggigit bibir bawahnya sedikit, ia menatap Dhio ragu-ragu. "Emm ... nanti pas pulang sekolah, kamu mau, gak anterin aku pulang dulu," cicitnya.
Dhio mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa harus gua?"
"S--supir yang biasa anter jemput aku lagi sakit. Ortu gak ada yang bisa jemput aku juga. Cuma kamu yang aku kenal."
"Aulia dan Roy, kemana?"
Debby tampak putus asa, Dhio terus melontarkan pertanyaan padanya. Debby jadi ragu jika tetap kekeuh ingin di antar oleh Dhio.
"Emmm ... ada, sih. Tapi, kenapa aku ga nebeng sama kamu aja?"
Dhio menghela nafasnya, ia mulai jengkel dengan sikap Debby. "Kenapa lu ga nebeng sama temen-temen lu aja? Gua sama Gina nanti mau main, kalau harus anter lu dulu, pasti kelamaan."
Debby menunduk malu ketika mendengar penolakan secara tak langsung dari Dhio, Debby tak berani menatap Dhio.
"Maaf, gua gabisa anter lo pulang. Lo punya ponsel, kan? Gunain aplikasi taksi online kalau gaada yang bisa antar jemput lo. Gua duluan." Dhio langsung berlalu begitu saja meninggalkan Debby yang tampak murung.
****
"Mau jajan mie ayam apa seblak?" tawar Dhio dengan pandangan tetap fokus ke jalanan.
"Mau pulang aja, ngantuk." Gina menyandarkan kepalanya pada pundak Dhio.
Jalanan antara rumah dan sekolah mereka berdua tak melewati jalan raya besar, itu sebabnya mereka tak mengenakan helm. Tapi, hal itu tidak lah bagus dan tak patut ditiru. Mau seberapa dekat atau jauh rute itu, selalu utamakan keselamatan.
Dhio mengangguk, lalu kembali melakukan motor ninja kesayangannya.
****
Gina merebahkan tubuhnya di atas kasur. Hari ini terasa melelahkan baginya. Tadi, saat pelajaran matematika, murid-murid di kelas Gina melakukan ujian harian, di tambah saat jam olahraga tadi, mereka di perintahkan melakukan olahraga lari estafet.
Merasa bosan hanya rebahan, Gina meraih ponselnya yang ada di dalam kantung celananya. Gina membuka grup chat whatsappnya, tak ada hal menarik, hanya percakapan abstrak teman sekelas Gina.
Gina membuka aplikasi telegram miliknya dan membuka pesan yang di kirimkan oleh Debby.
DbbyNtlia
Ginaaaaaaa.😞GnRhmwti
Kenapa, Deb?DbbyNtlia
Huaaaaa hati aku sakit.GnRhmwti
Sakit? Sakit kenapa? Lo kena hepatitis?DbbyNtlia
Ih Gina, mah!
Bukan penyakit, tapi ...,
Ini tuh sakit tapi tak berdarah.😭Anak alay lagi galau. Pikir Gina. Gina lantas tertawa terbahak-bahak akan pikirannya barusan. Tak seharunya ia meledek teman baiknya ini. Gina mengetik kan kembali tangannya untuk membalas pesan Debby.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Your Self
Novela JuvenilCerita ini dipindahkan dari akun @RafasyahRakaAditya. Apa yang sudah diberikan, tidak bisa dikembalikan. Jika suatu hari nanti cerita ini laku di pasaran, penulis pertama tidak berhak meminta cerita ini kembali karena pada saat ini sudah pindah hak...