Bab XXXI

45 5 0
                                    

Hari demi hari terus berganti. Bulan-bulan pun ikut berganti. Masalah di sekolah mulai mereda. Kini Trio Micin pecah, mereka sudah tidak satu geng lagi. Karena Calysta dan Michel menganggap tindakan Gab itu kriminal. Selama ini mereka tidak pernah melakukan kekerasan seperti itu. Kini Calysta dan Michel sudah berada di jalan yang benar. Mereka sekarang lebih fokus mengejar nilai mereka. Mereka juga akrab dengan kita. Sesekali kita berkumpul bersama untuk mengerjakan tugas kelompok atau mungkin hanya sekedar menongkrong bersama kami dan gengnya ko Jason. Mereka juga menjadi anggota baru di geng kita. Entahlah, mungkin kita tidak memiliki nama geng. Ko Jason juga tidak pernah memberi nama gengnya tersebut. Di sana semuanya sama rata, tidak dibeda-bedakan.

Dan kini markas luar kita berpindah tempat. Yang awalnya berada di Cafe rooftop kini berpindah di rooftop rumah kami. Kami sama sekali tidak keberatan. Kami sangat senang malah. Karena jika mereka menongkrong di rumah, makanan mereka sudah terjamin higenis dan sehat. Karena aku dan Jason sangat mementingkan kesehatan. Kami juga punya kebun sayur dan buah pribadi di belakang rumah.

Aku sangat excited. Aku mendekor rooftop kami dengan sesuatu yang berbau remaja. Tentu saja untuk menyenangkan dan menyamankan mereka semua. Aku membuatnya senyaman mungkin, hingga mereka merasa berada dirumah sendiri.

Dan yahh rumah kami sekarang selalu ramai. Tidak seperti dulu lagi. Kini rumah kami menjadi rumah kedua bagi mereka. Walaupun Jason pergi ke kantor dan aku pergi ke butik untuk membantu kakak ku merancang busana, tapi rumah kami masih ramai. Sekarang Calysta dan Michel rajin ke rumah ku untuk berkumpul bersama. Mereka sudah tahu rahasia terbesar kami. Dan mereka akan merahasiakannya.

Kehidupan berjalan lancar setelah itu. Kami berangkat sekolah bersama. Kemudian melakukan aktivitas seperti biasa di sekolah. Lalu menongkrong di basecamp belakang sekolah saat istirahat. Karena kami tidak kebagian kursi. Kemudian pulang, dan pergi ke butik. Sekarang aku belajar menjadi desainer, tetapi cita-cita ku yang sesungguhnya adalah sebagai psikolog. Terkadang jika aku tidak ke butik, aku membuka praktek psikolog di rumah secara gratis, dan tentunya pasiennya teman se geng kami. Aku mencoba untuk praktek menjadi psikolog dengan cara mendengarkan semua keluhan mereka.

Tak terasa semuanya berlalu dengan cepat. Kini hari kelulusan Jason sudah di depan mata. Hari ini Jason dan kawan-kawannya akan wisuda. Ini menjadi hari yang membanggakan namun juga menydihkan. Setelah lulus Jason diterima di University London. Kabar buruknya kita harus LDR setahun. Jason harus berangkat ke London sekarang. Dan Can harus melanjutkan sekolahnya di sini.

Namun itu tidak terlalu buruk. Ada yang lebih buruk, yaitu kabar bahwa pesawat Jason jatuh. Itu sungguh mengagetkan ketika para asisten rumah tangga Can mengabarkan bahwa pesawat Garuda rute London jatuh di perairan Samudra Hindia. Mereka melihat siaran di televisi.

Tanpa berfikir panjang Can segera berangkat ke bandara untuk melihat kabar terbaru mereka. "Ya Tuhan kenapa kejadian ini terjadi lagi? Aku belum siap jika harus  kehilangan nya"

Namun ketika sampai di sana, Can mencari daftar nama penumpang dan tidak ada nama Jason. Dia bertanya kepada pegawai di sana. Namun nama Jason tetap tidak ada. Can pasrah. Lelah bertanya dan mengotot untuk meminta nya mencari sekali lagi. Dia tergeletak di tepi lorong. Sedangkan orang-orang mencari nama keluarga mereka di daftar korban. Can sudah benar-benar pasrah. Beberapa jam dia tergeletak di sana. Dia baru saja memberi salam perpisahan kemarin malam. Apakah itu salam perpisahan untuk selamanya?

Tiba-tiba Can terfikir untuk melihat jadwal penerbangan kemarin malam. Dan.. ternyata itu bukan pesawat yang dinaiki Jason. Pesawat yang jatuh itu pesawat Garuda Boeing 747-400 sedangkan yang dinaiki Jason adalah Garuda a330 900 neo. Dan mereka rute London-Indonesia bukan Indonesia-London. Disitulah Can mulai tenang.

Waktu menunjukan angka 15.00 seharusnya Jason sudah sampai di London. Mungkin di London sekitar pukul 09.00 pagi. Kenapa Jason tidak memberi kabar? Can kembali lemas. Dia kembali pulang setelah menangisi hal yang tidak pasti.

Saat dirumah, akhirnya Jason menolfon Can. Dia memberi kabar bahwa dia selamat sampai tujuan. Tetapi Can malah menangis.

"Kenapa kamu nangis?" tanya Jason.

"Nggak aku cuman kangen..." jawab Can mengeles.

"Yakin? Kamu nggak berfikiran kalo pesawat aku jatuh kan?"

"Enggak.. Siapa yang bilang begitu"

"Yahh ga ada, cuman aku feeling aja kalo kamu kek gitu"

"Ihh feeling kamu kok bener sihh?"

"Loh beneran? Kamu pergi ke bandara?"

"He'em tapi nama kamu ga ada disana, aku udah ngebut di jalan terus aku nangis-nangis di bandara, ehh nama kamu ga ada, sumpah malu banget, mana tadi aku kek gelandangan duduk di lorong nungguin nama kamu"

"Hahaha.. Makanya lain kali yang teliti"

"Ihh aku di kasih tau asisten rumah tangga kita, katanya pesawat kamu jatoh, yaudah aku ga pikir panjang langsung ke bandara"

"Hahaha.. Makasih yahh, makasih udah perhatian sama aku, sampek nangis-nangis segala"

"Yeee emang kamu dulu enggak nangis? Waktu aku jatoh terus ilang 2 bulan dan amnesia pula, hahaha.. Berat banget yahh ujian kamu dulu hahaha.."

Blue SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang