Bab XXII

41 6 0
                                    

Kesokan paginya, jarum infus Can dicopot dan perban di kepal Can juga dilepas, karena Can sudah mulai sehat dan normal seperti biasa, luka bekas benturannya juga mulai membaik, hanya saja Can masih tidak diperbolehkan pulang karena nanti malam dia akan di periksa kembali di bagian kepala, takutnya ada sesuatu yang terjadi ketika kecelakaan itu terjadi.

Di sore hari seluruh anggota keluarga datang dan menjenguk Can. Untung nya reaksi Can tidak seperti kemarin malam, sekarang dia menjadi lebih tenang dalam menghadapi mereka. Setelah beberapa jam mereka berpamitan, karena jam besuk sudah habis dan sebentar lagi Can juga ingin diperiksa. Setelah semuanya pulang barulah mereka beranjak menuju ruang yang disediakan oleh para dokter syaraf termasuk ko Evans. Dia adalah dokter syaraf termuda di rumah sakit ini.

Setelah pemeriksaan Can kembali ke kamarnya bersama Jason. Karena hasil pemeriksaan keluar besok siang. Setelah itu mereka menonton film horor bersama, Can yang terlalu takut dengan film nya dia langsung reflek memeluk Jason dengan erat.

"Aaaa... Ehh maaf.. maaf.. ga sengaja"

"Kalo sengaja juga gapapa, hahaha sini peluk lagi"

"Ihh najis"

Toktoktok..
"Permisi ini udah malem, harap tenang" Ucap salah satu perawat yang menghampiri kamar Can.

"Ohh iyah maaf" Ucap Jason

"Tuh kan ditegur sama perawat nya, kamu sih kalo bicara kekencengan" kata Jason.

"Ihh apaan orang kamu yang..."

"Tuh kan ngegas, pake suara tinggi lagi"

"Aukhh ahhh ngantuk, byee"

"Ihh, kok ngamokkk.. Yaudah kalo gitu aku pulang ajah, dari pada disini"

"Yaudah sihh pulang sana"

"Oke byee"

**************************

Beberapa jam kemudian, Can keluar dari kamar nya. Can tidak bisa tidur, perutnya selalu berbunyi ketika malam tiba. Biasanya di samping ranjang nya terdapat stok buah-buahan, namun saat ini sudah tidak ada lagi. Dia keluar untuk melihat apakah ada pedagang kaki lima di depan rumah sakit, dan juga untuk memastikan apakah Jason benar-benar pulang dan meninggalkan nya sendirian.

Namun belum sampai depan rumah sakit, dia menemukan Jason yang kesusahan dengan barang bawaan nya yang terlalu banyak, entah apa yang dia bawa. Can langsung menghampiri nya dan melihat bahwa yang ada di dalam kantong kresek nya adalah makanan, Can langsung bersemangat. Seolah-olah Jason tau apa isi hati dan pikiran Can saat ini.

"Ehh tadi katanya pulang? Ehh ini apaan? Buat aku? Ahh makasih... Dah sana pulang"

"Ohh gitu.. Lu kesini cuma mau jemput makanannya doang, istri macam apa ini, masak suaminya sendiri diusir"

"Yah terus mau gimana? Lu mau nginep di rumah sakit? Jangan dehh disini kasurnya cuman satu, lu mau tidur di mana? Di sofa? Atau di lantai?"

"Yah gua tidur di kasur lah bareng lu kek kemaren"

"Idih.. Ehh gue masih belum percaya total yah sama lu"

"Halah bilang nya ga percaya tapi tadi peluk-peluk, itu namanya lain di mulut lain di hati..."

"Tau akhh gua laper, gua mau balik ke kamar, bye"

"Ehh gua mau ikut, gua juga laper"

Mereka pun pergi ke kamar untuk memakan semua makanan yang dibeli Jason. Jason membeli banyak sekali makanan, diantaranya adalah snack-snack dari supermarket, burger, cakwe, olatte, ayam richeese, dan sekranjang buah-buahan segar. Entah di mana dia membeli semua makanan ini, Can tidak memperdulikan itu, yang ada dipikirannya saat ini adalah bagaimana dia mengisi perutnya yang keroncongan itu.

***********************

Setelah menghabiskan semua itu, mereka sama-sama tertidur pulas dalam ranjang. Tidak ada lagi suara berisik yang ditimbulkan oleh pertengkaran-pertengkaran mereka, karena merka sudah terlelap dalam tidur mereka.

Blue SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang