Bab XXVII

44 5 0
                                    

Ketika Can kembali ke kamar, Jason sudah ada di ranjang dan sedang tertidur pulas. Can mendekat dan mencium kening Jason. Lalu tanpa sadar Jason menarik Can hingga bibir Can menyentuh bibir Jason. Ternyata Jason belum benar-benar tidur, dia hanya memejamkan mata, alias pura-pura tidur.

Jason memutar posisi, yang awalnya dia di bawah menjadi di atas dan Can hanya diam tak bisa berkutik.

"Apapun yang sudah menjadi milik ku, seutuhnya akan jadi milik ku, dan kamu, sekarang kamu milik ku seutuhnya dan aku tidak ingin berbagi dengan orang lain, termasuk ko Evans, aku tau aku egois, tapi itu karena aku tidak ingin barang ku disentuh. Malam ini adalah hukuman buat kamu" ucap Jason.

"Apa-apaan ini? Salah ku apa? Kenapa harus dihukum, nggak aku nggak mau, lagian aku gatau hukumannya apaan"

"Baku hantam, hukumnya adalah baku hantam, dan karena kamu tadi protes, hukumannya aku tambah jamnya sampek pagi"

"Tapi...umm.." bibir Can terbungkam oleh ciuman Jason.

Sungguh malam yang panjang. Suara jeritan Can terdengar hingga luar kamar mereka. Rasa ingin melawan tapi tidak bisa. Malam yang sangat dingin namun juga panas.

*************************

Keesokan paginya. Mereka kembali melakukan aktifitas mereka. Mereka tidak berbicara sejak mereka bangun dari malam mereka. Mungkin ada rasa sedikit canggung di antara mereka saat ini.

*diruang makan

"Auukhh.. pinggang ku" keluh Can sambil berjalan menuju meja makan.

"Kenapa? Demam?" tanya Jason sambil memegang kening Can.

"Enggaaak.." sambil menyingkirkan tangan Jason dari keningnya.

"Mana yang sakit? Pinggang kamu sakit?" sambil memegang pinggang Can.

"Ihh ga usah pegang-pegang!" sambil memukul tangan Jason yang sedang memegang pinggang nya.

"Kamu kenapa sih? Hamil kamu yah!!!"

"Hust kalo ngomong ngadi-ngadi yah"

"Ihh sapa tau kan?"

"Yah ga mungkin lah, orang baru semalem juga!" wajah Can terlihat salting.

"Yah mungkin ajah kalo mereka berenang nya jago kan?"

"Ihh ngadi-ngadi, gamungkin lah... dah ahh ga nafsu makan, ayok berangkat sekarang"

"Ehh.. bentar tungguin aku belum selesai makan"

"Makanya cepet" sambil berjalan menuju garasi mobil.

********************

Bel istirahat berbunyi, semua murid bergegas untuk mencari tempat duduk di kantin. Begitu juga dengan Can dan sahabatnya. Namun tiba-tiba Gabriel datang dan mengoceh.

"Hey.. Can urusan kita belum selesai, lu tuh yah bisa-bisanya melet setiap cowok yang ada di sekolah ini, lu pakek pelet apaan sih? Gua heran sama lu, jangan-jangan selama lu ngilang lu bertapa di gunung yah? Terus lu dapet kekuatan buat glow up!"

Tapi Can tidak menghiraukan ocehan Gabriel, dia tiba-tiba mual karena bau makanan yang di jual di kantin sekolah.

"Hey.. Lu perhatiin gua gak sih?"

Tapi Can tidak memerdulikan dan memilih pergi ke kamar mandi. Dia sudah tidak kuat dan ingin mutah.

Saat di lorong Can berpapasan dengan Jason, Bryan, dan gengnya. Saat melihat Can lari sambil membungkam mulut, Jason langsung tau dia akan pergi kemana, dan dibelakang Can ada trio micin yang mengikuti. Dengan cepat Jason dan Bryan menyusul mereka, disusul dengan teman-teman gengnya.

"Hooeek.. Hoeekk..."

"Can? Lo kenapa?" tanya Calysta

"Lo gapapa Can?" Michel ikut bertanya.

"Kalian kenapa jadi peduli sama dia sih!" ucap Gabriel.

"Gab lo lihat dong! Dia lagi sakit" ucap Calysta.

"Ohh sakit? Yakin dia sakit? Jangan-jangan dia hamil" ucap Gabriel.

"Lo jangan asal ngomong!" ucap Can sambil menampar Gabriel.

"Lu brani nampar gue? Lu mulai berani yah sekarang?"

Gabriel pun menjambak rambut Can, dan terjadilah peperangan di kamar mandi. Dan buruknya karena di kamar mandi Jason dan Bryan tidak bisa masuk, Calysta dan Michel juga tidak sanggup melerai mereka, sampai akhirnya...

Braaakkkk...

Suara seperti benturan kepala terdengar keras dari depan kamar mandi. Jason memaksakan diri untuk masuk, dan terlihat Can sudah terbaring lemah. Terlihat tetesan darah mengalir dari kepala Can. Dengan sigap Jason menggendong Can ke ruang UKS.

"Ini pasti ulah kamu kan?" tanya Bryan.

"A-aku nggak sengaja, a-aku minta maaf" kata Gabriel dengan gugup.

"Sini ikut gue ke ruang BK" Sambil menarik tangan Gabriel.

"A-aku bisa jelasin, ma-maafin aku, aku gatau kalo kejadiannya bakalan begini"

"Nanti jelasinnya di ruang BK"

Blue SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang