9. Keegoisan penyebab Luka

1.5K 284 272
                                    

Pagi hari kembali tiba seperti waktu-waktu yang biasa. Bae Irene setiap paginya sudah rapih dengan setelan kerjanya, yang setiap hari selalu saja terlihat cantik dan berkelas ditubuh mungilnya.

Seperti pagi-pagi sebelumnya, ia langsung melangkah menuju meja makan dimana selalu sudah ada Suho yang duduk disana dengan Bibi han yang menyiapkan sarapan untuk mereka.

"Selamat pagi". Sapa irene dengan senyumnya, ia juga selalu tidak melewatkan waktu untuk mengusap Puncak kepala suho sebentar, sebelum ikut duduk disana.

Bibi Han sudah membalas sapaannya, dan Suho tetap seperti pagi biasanya, pria itu hanya akan diam dan terduduk kaku ditempatnya.

Hari ini Bibi han menyiapkan roti panggang dan segelas kopi untuk irene seperti biasa, sedangkan ia menyiapkan Sup ayam untuk Suho.

"Terima kasih Bibi han"

"Sama-sama Nona"

Irene memulai sarapan lebih dulu, diikuti oleh suho yang mencicipi Sup ayamnya dengan tenang. Satu hal yang irene suka dari suho adalah attitude pria itu yang tidak banyak bicara saat waktu makan, suho pernah bilang bahwa sejak kecil ibunya akan memarahinya jika makan sambil berbicara.

Mengingat mengenai hal yang kemarin membuat irene berhenti memakan rotinya dan menatap suho dengan ekpresi yang tak terbaca.

"Eum.. suho?"

"Nde?". Suho mengangkat wajahnya untuk menyahuti panggilan tersebut.

Irene terlihat ragu mengutarakan hal yang ingin ia bicarakan dan itu membuat suho rela menunggu dengan wajah lugunya.

"Tentang hal yang kemarin _"

"Aku suka! Lain kali beri aku permen lagi". Potong suho dengan senyum gembiranya.

Irene yang mendengar itu sedikit terkejut dan hanya bisa memasang senyum canggungnya, ia bahkan melirik Bibi Han yang saat ini menatap mereka dengan wajah yang heran.

"Eum, Ak_aku sudah memasang lukisannya dikamarku". Irene memilih mengganti topik dan berusaha menghilangkan perasaan malu yang kini mendera dirinya.

Suho mengangguk dengan cepat, "Eum itu akan terlihat Bagus dikamarmu"

Irene kembali diam, dan suho kembali melanjutkan sesi sarapannya. Suho memang terlihat seperti biasanya dan entah mengapa irene sendiri yang sejak tadi mendoktrin pikiran nya, bahwa hal yang kemarin membuat suasana berbeda terjadi diantara mereka.

"Suho?"

"Nde?". Lagi-lagi suho menyahut dengan pipinya yang penuh makanan.

"Eum.. Bagaimana jika kita_". Irene menahan ucapannya dengan ekpresi yang benar-benar dilema dan hal itu membuat suho mulai lelah untuk menunggu.

"Irene_sebentar ya, aku selesaikan sarapanku dulu, setelah itu Kau_kau bisa mengajakku berbicara"

Bibi Han yang duduk tidak jauh dari sana terdengar tertawa kecil, begitupun dengan Bae irene yang langsung menutup mulutnya dan berakhir tersenyum geli.

Kenapa ia harus lupa jika suho sedang sarapan didepannya dan mendengar pria itu berucap seperti tadi sukses membuat dia merutuki kebodohannya.

Sambil menunggu suho selesai sarapan, irene juga menyeruput secangkir kopi nya dan mengigit sepotong roti dengan tenang. Wanita itu benar-benar diam dan tak mengusik waktu makan kim suho lagi.

"Tadi kau ingin bilang apa?". Suho sudah menyelesaikan sarapannya dan pria itu langsung bertanya kepada irene.

Irene menarik nafasnya sebentar kemudian tersenyum, "Bagaimana jika nanti kita makan siang bersama?"

Faultless ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang