16. Berusaha terbiasa

1.5K 301 202
                                    

Pukul 10 malam Bae Irene baru bisa kembali ke penthouse nya, sejak ibu mertuanya meninggalkan nya sendirian dicafe dengan segala rasa sakit dan juga sedihnya, Bae Irene memilih untuk pergi kemanpun membawa mobilnya. Ia bahkan tidak kembali ke kantornya dan terus membawa mobilnya dengan air mata yang selalu turun jika ia mengingat percakapan menyakitkan itu lagi.

Langkah kakinya yang lemah, tatapan kosongnya, serta wajahnya yang sudah lelah dengan perasaan campur aduknya. Ia memasuki penthouse nya yang kini sudah begitu sepi dan gelap.

Bae Irene berdiri diantar ruang tengah dan juga kitchen bar nya. Tatapan lelah wanita itu menatap ke sekeliling penthouse ini dengan dadanya yang mulai terasa sesak lagi.

Sepi, rasanya sepi sekali. Ia benci merasakan kesepian ini, dan ia benci dengan orang-orang yang tidak bisa mendengar bahwa hatinya sedang menjerit, menangisi cerita kehidupan nya yang semakin sulit penuh dengn rasa dilema dan kesedihan.

Dengan helaan nafasnya yang berat, irene memejamkan matanya sejenak lalu memilih melangkahkan kakinya ke arah kitchen bar untuk meminum air dingin yang mungkin saja bisa mendinginkan kepalanya.

Wanita yang terlihat lemah itu masih begitu tenang meminum segelas air dingin dan tatapan nya kembali kosong. Jujur ia tidak suka memiliki suatu pemikiran yang terus terputar didalam benaknya dan membuat kepalanya terasa pening hingga rasa-rasanya ia ingin sekali menangis lagi.

Tapi irene tidak suka tangisan, ia benci jika dirinya menangis itu membuktikan bahwa ia wanita yang lemah, wanita yang kapanpun akan mudah untuk dikalahkan oleh sebuah perasaan kesedihan.

Kepalanya tertunduk dengan kedua tangannya yang kini mencengkeram pinggiran meja, ia memejamkan kedua matanya lagi ketika percakapan itu kembali muncul dan terus terputar hingga dadanya semakin sakit.

Wanita itu menutup mulutnya dengan sebelah tangan ketika isakan kecil mulai keluar dan lagi-lagi tanpa meminta izin air mata nya kembali jatuh, hingga membuat bahunya mulai bergetar.

Didalam ruangan yang gelap temaram itu, tubuh mungil Bae irene dengan perlahan jatuh merosot kebawah, dibalik meja kitchen bar itu seorang wanita mulai menangis memeluk tubuhnya sendiri dan berusaha meredam suara tangisnya sekuat mungkin, padahal jauh didalam hatinya ia ingin menangis sekeras mungkin melampiaskan perasaan nya hari ini.

Bae irene terlampau terlalu tenggelam dalam tangisan kesedihan nya hingga ia tidak menyadari bahwa seorang pria berpiyama mulai keluar dari dalam kamarnya. Pria yang mengucek kedua mata yang baru saja terbangun itu melangkah ke arah suara tangisan tertahan yang membuat dirinya penasaran sekaligus bingung.

Kim Suho tidak berniat menyalakan lampu, namun kakinya kini sudah melangkah ke arah kitchen bar dan dengan keadaan temaram ini, kedua mata pria itu bisa melihat seorang wanita sedang terduduk dilantai memeluk kedua kakinya dan menyembunyikan wajah menangisinya dibalik kedua tangannya.

Suho sangat mengenal sosok wanita ini dan hal itu lah yang membuat kakinya sedikit bergerak cepat untuk segera mendekat.

"Irene.."

Pria itu berlutut disisi wanita itu dan dengan sedikit ragu tangannya tergerak memegang bahu bergetar dari wanita yang masih menenggelamkan wajahnya itu.

Sentuhan itu ternyata mampu menyadarkan irene dengan sekitar nya dan membuat wanita itu mengangkat wajahnya untuk melihat sosok pria yang saat ini memasang raut wajah terkejut sekaligus cemas.

"Irene.. Ke_kenapa menangis?"

Nada suara yang terdengar begitu khawatir itu justru semakin membuat bae irene tak kuasa menahan perasaan pedih dihatinya yang semakin menjerit.

Faultless ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang