Biasakan vote dahulu sebelum membaca.
"Ada, itu ada disit—HAH! Kok gaada?!" ucap Ashilla panik menghampiri pembatas rooftop itu.
Dan, kini ia melihat, baju seragam Alvian sudah jatuh ke dalam got.
"Maaf, b-baju kamu jatuh...," Ashilla menunduk takut.
Bagaimana-pun, Ashilla takut sekarang untuk sekedar menatap Alvian, gadis itu merasa terintimidasi.
"LO KENAPA SIH SELALU CARI MASALAH SAMA GUE HAH?!" marah Alvian dengan penuh penekanan.
"M-maaf," lirihnya menunduk takut. Suasana di sekitar mereka semakin mencekam.
Emosi Alvian semakin naik, ia semakin menatap sinis Ashilla, "LO—ARRGGHH!!"
Alvian pergi. Ashilla menatap punggung Alvian yang berlalu, gadis itu mendudukkan dirinya, "kok dia gitu banget, ya? Secara kan dia kaya, masa gara-gara baju doang, dia semarah itu?!" Ashilla menggerutu kesal.
"Emang harus banget, ya, ngebentak? Cuma gara-gara hal kecil doang? Huh!"
Ia memutuskan untuk tidak kembali ke kelas. Ia kesal, tentu saja. Ashilla memutuskan untuk melihat-lihat rooftop, dan berkeliling sekolah.
Masa bodoh kalau bertemu guru, ia bisa mencari alasan.
-Alshi-
Alvian meninggalkan rooftop dengan perasaan marah dan kesal. Ia tidak mau kembali ke kelas. Lagipula mungkin di kelas sudah masuk guru, kan?
Lapar.
Ia mulai pergi ke kantin, memesan makanan.
"Bu, hamburger satu."
"Gak makan disini," tambah Alvian.
"Oke, siap. Ditunggu, ya!"
Sambil menunggu pesanannya siap, ia pergi membeli air dingin, lalu duduk di salah satu kursi di kantin, melamun.
"Nak, ini pesanannya udah siap, totalnya tujuh ribu."
Alvian mengambil kantung plastik itu, ia pun mengeluarkan selembar uang bewarna ungu, memberikannya pada penjual—hamburger itu.
"Kembaliannya ambil aja," dingin Alvian sambil berlalu.
"Makasih, Nak!" teriak ibu penjual—hamburger itu.
Ia memutuskan untuk ke taman belakang, duduk di bawah pohon yang rindang. Memasang heandset, lalu mulai menikmati makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alshi
Teen Fiction"Hey ... do you remember me?" Kisah ini berawal dari seorang gadis yang bosan dengan hidupnya yang monoton, penuh dengan popularitas dan teman palsu. Dengan pikiran gilanya, dia memutuskan untuk menjadi seorang fake nerd, lantaran ingin mencari sens...