Biasakan vote dahulu sebelum membaca.
X IPS 3.
"Yahh, hari ini ulangan Matematika lagi, mana gue gak paham," keluh Sinta.
"Pasti soalnya susah-susah, bener nih yaa kata gue," sahut Prisilla.
"Udah ah, jangan bilang-bilang gitu, perkataan do'a, uy!" balas Clara.
"Woy cewek, jangan ngerumpi mulu, belajar!" ucap Arlen dari tempat duduknya.
"Hilih sok amat, lo sendiri lagi main game, tuh," kesal Sinta.
"Heleh, gini-gini gue juga udah pinter kali!" sahut Arlen tidak terima.
"Pinter dari mananya?" tanya Clara spontan.
"Udah oy! Setoooppppp!" lerai Devan.
"Udah-udah, kalian berempat belajar sana! Contohin gue, dong!" ucap Devan membanggakan diri.
"Tumben lo pegang buku?" tanya Kevin.
"Tumben lo bijak," ucap Clara.
"Tumben lo rajin," balas Prisilla.
Mereka ini adalah murid-murid yang juga ikut duduk bersama Ashilla kemarin di kantin. Mereka di kelas yang berbeda.
Kevin, Arlen, Devan, Clara, Prisilla, dan Sinta berada di kelas IPS, sedangkan Alvian, Alvin, Daniel, Vina dan Vira berada di kelas IPA—termasuk Ashilla.
Entah bagaimana awalnya mereka bisa berteman—walau tidak terlalu akrab.
"Gue emang rajin kali, pulang sekolah gue tuh, naik honda, pulang ke rumah, mandi, makan, shalat, terus ngerjain tugas, buat pr dan santai-santai. Bukannya kayak kalian, malah pacaran!" ucap Devan bijak.
"Tumben?" tanya Prisilla.
"Daritadi kalian ngomong tumben, tumben, tumben terussss, emang gue sebego itu apa?"
"IYA BAMBANG! MALAH TANYA LAGI!"
"Yaelah pake nanya," sahut Kevin sambil mendorong pundak Devan dari belakang.
"Wih serentak, kalian janjian, Sin, Dev?"
Nahkan.
"Udah lah Dev, malas gue ngomong sama lo," ucap Arlen sambil mengantongi handphonenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alshi
Teen Fiction"Hey ... do you remember me?" Kisah ini berawal dari seorang gadis yang bosan dengan hidupnya yang monoton, penuh dengan popularitas dan teman palsu. Dengan pikiran gilanya, dia memutuskan untuk menjadi seorang fake nerd, lantaran ingin mencari sens...