BURU BURU NIKAH (2)-(OnGoing)

Bab 104. Lihatlah Aku, Leah (2)

"Tidak!" Lea. “Jangan, lepaskan aku…!”

Ishakan tampak menikmatinya saat membuat heboh. Dia mencium wajah dan lehernya, memabukkan indranya. Menolak, Leah berhasil mendorongnya menjauh dan mengeluarkan saputangannya sendiri, tetapi segera menyadari bahwa rok gaunnya telah naik ke pahanya.

Ishakan mencium lututnya dengan keras, menatap pahanya tanpa malu-malu dan meraihnya. Sentuhannya terasa aneh karena sarung tangan itu, dan Leah bergidik merasakan sentuhan kulit.

“Sungguh sia-sia,” keluh Ishakan. "Aku tidak punya banyak waktu."

Jika dia punya waktu, siapa yang tahu apa yang akan dia lakukan.

Leah dengan cepat menutup kakinya, dan Ishakan berdiri, masih tersenyum. Sofa retak di bawah beratnya yang bergeser, sedikit meningkat hari ini karena berat pedang. Busur dan anak panahnya mungkin diikat ke kudanya, tapi dia membawa pedangnya bersamanya. Meskipun dia belum pernah melihatnya memegang pedangnya sebelumnya, dia membawanya dengan mudah, dengan keterampilan yang mudah.

Ishakan mengikat saputangan itu ke gagang pedangnya. Semua orang akan bertanya-tanya di mana dia mendapatkannya begitu mereka melihatnya, dan Leah akan menghentikannya, tetapi dia mengajukan pertanyaan padanya.

"Binatang macam apa yang kamu ingin aku tangkap?"

Dia bermaksud membawa mangsanya setelah berburu. Yah, dia memang berniat melakukan itu sejak awal; orang akan berbicara terlepas dari apakah dia menyerahkan saputangannya atau tidak. Dan tidak peduli apa, akan selalu ada seseorang yang bergosip tentang mereka…

Leah tenggelam dalam pikirannya dan terkejut ketika menyadari bahwa mereka mulai terdengar sangat agresif. Seolah-olah dia perlahan berubah menjadi Ishakan.

"Aku tidak tahu apa yang dipikirkan Blain ketika dia mengundangmu," katanya, mengubah topik pembicaraan.

“Kurasa dia mencoba menentukan hierarki,” jawab Ishakan, memperhatikannya saat dia duduk di sofa. "Aku akan bersaing dengan percaya diri, meskipun ratu dan pangeran mungkin memiliki trik mereka sendiri."

'Hanya itu?' Leah tidak percaya, tapi Ishakan tenang.

"Itu normal untuk menjadi sedikit gila ketika Anda jatuh cinta," katanya.

Dia tidak mengerti mengapa dia menyebutkan cinta entah dari mana. Ishakan memiringkan kepalanya.

"Lihat aku, Lea." Matanya menyipit, sedikit senyum di bibirnya. "Aku sendiri cukup bodoh."

Dia menatapnya, tertegun. Kata-katanya bergema di kepalanya, meskipun dia tampak tidak terganggu, seolah-olah dia tidak mengatakan sesuatu yang aneh. Matanya tumbuh semakin lebar saat kata-kata itu meresap, pikirannya berputar-putar, dan dia meletakkan tangannya yang terkejut ke mulutnya.

Apa yang baru saja dia dengar?

Saat dia duduk di sana tanpa tahu apa yang harus dilakukan, Ishakan mengambil tangannya dan meletakkan lima kue di dalamnya, berukuran sedang dengan potongan kurma.

“Aku akan tinggal sebentar dengan Putra Mahkota, jadi makanlah semua ini untuk sementara waktu,” katanya, menempelkan kue ke bibirnya. Dia mengunyah dan menelan secara refleks. Dia merasakan manisnya kurma, tetapi menelan terlalu cepat untuk menyerap rasa sepenuhnya.

Cookie bukanlah perhatian terbesarnya. Lea bangkit dari sofa.

"Baru saja," dia memulai, dan berhenti. Dia mencoba mengeluarkan kata-kata, tetapi tidak bisa berhenti tergagap. “Baru saja, apa yang kamu katakan padaku …”

TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN DAN VOTE NYA 🙏