BURU BURU NIKAH (2)-(OnGoing)

Bab 244. Count Weddleton's Mansion (2)

Leah menatap Ishakan, napasnya terengah-engah. Pria ini terlihat sangat cantik dalam kegelapan, dan dia bahkan lebih cantik di bawah sinar bulan. Butuh upaya untuk menenangkan diri dan memperlambat napasnya ketika mata emasnya menatapnya, diliputi kesenangan.

"Mengapa kamu menggerakkan bibirmu begitu banyak?" Dia berbisik pelan, menjilat bibirnya. "Itu memprovokasi aku untuk menciummu."

Rasanya tidak adil bahwa dia harus menyalahkannya ketika dia tidak melakukannya dengan sengaja, dan tangannya meluncur ke bawah untuk meremas pantatnya.

"K-tanganmu ..." Dia memprotes, tersipu, dan dia melepaskan punggungnya dan memeluknya lagi. Air mata menggenang hanya karena berada di pelukannya, dan Leah mengatupkan bibirnya. Dia tidak bisa menghentikan air mata dari memenuhi matanya dan akhirnya tumpah di pipinya.

“…Lea?”

Dia membenamkan wajahnya di dadanya. Dia tidak ingin dia melihatnya menangis, tetapi Ishakan meraih dagunya dan mengangkatnya, memaksanya untuk menunjukkan wajahnya yang berlinang air mata.

"Apakah kamu sangat membenci menciumku?" Dia bertanya.

"Tidak!" Dia berkata sambil menangis. Bibirnya bergerak di sekitar matanya, menyapu bulu matanya yang basah, dan bahkan ini membuat hatinya hangat. Dia memejamkan matanya, terisak.

Ishakan mengabaikannya terasa lebih buruk dari yang pernah dia bayangkan. Pemandangan punggung pria itu menoleh ke arahnya telah membuatnya sangat tidak nyaman, meskipun sama sekali tidak terjadi apa-apa. Mungkin ada suara di dalam dirinya yang ketakutan bahwa pria ini tidak akan pernah menoleh ke belakang, begitu dia berpaling darinya. Dan satu ciuman sederhana sangat berarti, dia terisak lega.

Ini mungkin tampak konyol, tapi tidak baginya. Tiba-tiba dia memahami sesuatu begitu dalam, seolah-olah itu telah terukir di hatinya.

Aku tidak bisa hidup tanpa pria ini.

Dia mengusap wajahnya ke dadanya untuk menyembunyikan air matanya. Emosinya sudah kemana-mana akhir-akhir ini, sepertinya semuanya membuatnya menangis. Dan saat dia mencoba menenangkan diri, sesuatu berputar di perutnya.

Itu adalah sensasi aneh di perutnya, seperti ada sesuatu yang bergerak di dalam dirinya. Tangannya secara otomatis bergerak ke tempat itu, dan dia bisa merasakannya di bawah jari-jarinya. Sesuatu… bergerak.

“……!”

Lea memucat. Ketika dia merasakan sesuatu seperti ini sebelumnya, dia pikir itu karena teh Cerdina. Tapi dia tidak meminumnya lagi, jadi itu seharusnya tidak terjadi, tapi...dia merasakannya bergerak lagi.

Bahkan saat dia membeku karena terkejut, Ishakan dengan cepat menutupi tangannya dengan tangannya.

"Apa?" Dia bertanya dengan mendesak, mencari apa pun yang mengganggunya. "Apakah itu menyakitkan?"

"Tidak ..." Dia berkata, saat tangan besarnya bersandar di perutnya. “Ada sesuatu… bergerak di perutku. Saya pikir itu karena teh itu ... "

Ishakan tenang saat mendengarkan, dan bahkan membuka mulutnya seolah ingin berbicara, tapi kemudian menutupnya lagi.

"Kurasa kita harus memanggil dokter," katanya serius. Sama seperti itu, matanya kering dan suaranya stabil. "Saya tidak mengerti mengapa ini terjadi ..."

“Kamu tidak perlu dokter. Kamu tidak sakit.”

"Apakah itu mantra?"

“Tidak, bukan itu.”

Ishakan menandatangani, dan untuk pertama kalinya, tampak ragu-ragu.

"Cobalah untuk tidak terlalu terkejut," dia memulai, tangannya masih bertumpu pada perutnya. "Lea, kamu hamil."

Lea mengerjap. Dia berkedip beberapa kali.

"…Apa?" Dia akhirnya berhasil, terkejut.

Itu tidak masuk akal. Itu luar biasa.

"Bagaimana…?" Dia bertanya, bingung.

“Dan setelah kami berdua berusaha keras,” kata Ishakan.

Dia menatapnya dengan tidak percaya. Dia mengharapkan dia untuk mengatakan kepadanya bahwa itu adalah lelucon, tetapi sementara dia terdengar masam, tidak ada tanda-tanda dia serius.

“Jadi…bayi itu…milik kita. Milikmu dan milikku," katanya pelan.

"Dengan siapa lagi kamu akan melakukannya?" Ishakan menuntut, sedikit marah.

“……”

Lea tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Tangannya bersilang membela diri.

“Saya mengerti saya telah melupakan banyak hal. Saya sudah melupakan semuanya, tetapi sekarang Anda memberi tahu saya bahwa saya hamil ketika saya ... saya tidak bisa hamil?"

Kepala Ishakan membungkuk ke depan, begitu dekat hingga hidung mereka bersentuhan, dan Leah mendapati dia menahan napas.

"Apakah kamu ingin aku mengajarimu?" Suaranya dalam dan keras. "Bagaimana kita membuat bayi kita?"

******

Terimakasih untuk yg udah vote ya sist 🥰🥰🙏