BURU BURU NIKAH (2)-(OnGoing)

Bab 157. Kematian Tak Terduga (2)(18+)

Ibu Cerdina sangat cantik. Dia tahu itu, dan tahu bagaimana menggunakannya. Begitulah cara dia mendapatkan gelar Countess Weddleton. Dibutakan oleh cinta, Count telah menutupi statusnya yang rendah.

Ketika dia masih muda, Cerdina kadang-kadang pergi bersama ibunya ke pusat kota, di mana mereka akan berbelok ke jalan dan menemukan gang tertentu. Ada sekelompok pria dan wanita yang kadang-kadang bernyanyi di sana, memainkan senar gitar kecil. Ketika mereka melihat Cerdina dan ibunya, mereka akan mendekat dengan penuh semangat, berbicara dengan ibu Cerdina dalam bahasa yang tidak dia mengerti, dan memberikan perhiasan dan mainan kasar kepada gadis itu.

Ketika lengannya sudah penuh dengan mainan, seorang wanita dengan senyum menawan meletakkan bola kristal di atas tumpukan.

—Anda mungkin membutuhkan ini.

Dalam perjalanan pulang, Cerdina memandangi bola itu dengan rasa ingin tahu.

—Ibu, apakah kamu orang Estian? Dia bertanya.

Alis indah ibunya berkerut. Dia menjawab dengan suara lembut tapi tegas.

—Kami bukan orang Estian. Kami juga bukan Tomari. Kami adalah Toma.

Kemudian, Cerdina memakan hati ibunya untuk menjadi lebih kuat dari siapa pun. Tetapi bahkan ini tidak cukup untuk menaklukkan dunia. Raja Estia terperangkap dalam ambisinya, dan begitu dia melihat kesempatan, Cerdina mengucapkan mantra yang akan membalikkan seluruh benua.

Itu adalah sesuatu yang tidak akan berani dilakukan oleh orang lain. Dia mengucapkan mantra yang akan membuat darah yang paling sederhana menjadi yang terbesar.

“Ahhh, ahhh…”

Dia menjerit dan bergidik saat dia cl!maxed. Wajahnya memerah saat dia memutar tali sutra di satu tangan dan membelai pipi Raja dengan tangan lainnya.

"Istirahat, suami," katanya penuh kasih sayang. Tali itu mengencang di lehernya dan wajahnya membiru. Dia tidak bisa bernapas. Tubuhnya gemetar, kaku.

“Oh…”

Cerdina tertawa terbahak-bahak saat merasakan banjir s3men-nya di dalam dirinya.

Kelopak mata Raja tertutup untuk menutupi mata yang tidak fokus. Tubuhnya yang gemetaran menjadi lemas. Cerdina mendekatkan telinganya ke dadanya. Hanya ketika dia yakin dia benar-benar berhenti bernapas, dia melepaskan kabelnya.

“Ah…”

Dia berdiri, perlahan menarik kejantanannya darinya, dan menyelinap ke dalam jubah yang dia letakkan di dekatnya, sutra lembut menutupi kulit putihnya. Dia mengikat selempang di pinggangnya.

"Blain," panggilnya. Pada panggilan sayang, pria yang duduk di balik tirai mendekat perlahan. Rambut pirangnya sangat cocok untuknya. Cerdina membelai rambut keperakannya dan mencabut sebuah benda dari nakas. Belati berlumuran darah kering adalah peninggalan ibunya.

"Itu hal yang sama yang saya lakukan dengan ibu saya," katanya menghibur.

“……”

Blain tidak menanggapi. Menatap wajahnya yang tanpa ekspresi, mata Cerdina menyipit.

"Ini untuk…"

"Diam."

Dia mengambil belati darinya. Itu kasar, tapi dia terlalu diliputi kegembiraan. Blain mendekati tubuh Raja dan menusukkan belati ke dadanya. Darah mengalir keluar untuk menodai tempat tidur. Segera, suara basah dari daging mentah yang dikunyah memenuhi ruangan.

Cerdina menyaksikan dengan gembira. Akhirnya, saat yang dia tunggu begitu lama semakin dekat.

“Anakku sayang…” bisiknya, mabuk oleh kegembiraan. "Kau akan mendapatkan penobatan yang paling indah di dunia, Blain."

*****

Tolong bantu Vote nya ya Kaka 🥰 vote kalian bikin kita makin semangat TL nya 🥰