BURU BURU NIKAH (2)-(OnGoing)

Bab 109. Proposisi (1)

Jari-jari Blain menarik tali busur dengan kencang. Pelayannya tidak berani menghalanginya. Mengingat kepribadiannya yang mengerikan, para pengawal dan pemburu takut dia akan melepaskannya, dan menahan napas. Tapi sementara semua orang lumpuh, Ishakan tertawa. Meskipun matanya bisa ditusuk oleh panah, dia tampak geli, matanya bersinar.

"Bisakah kamu melepaskan tali busur?" Dia bertanya dengan arogan. “Seorang bayi yang hanya melakukan apa yang diminta darinya, dan yang selalu melekat pada rok ibunya.”

“……!”

Tangan di tali busur gemetar, dan napas Blain menjadi lebih gelisah. Ujung anak panah itu bergetar, tapi masih menunjuk ke arah Ishakan.

“Kamu tidak pernah melakukan apa pun sendiri. Anda bahkan tidak tahu persis apa yang Anda inginkan, Anda baru saja dengan jahat menggunakan sang putri sebagai tameng.” Ishakan mengelus dagunya. “Lihatlah sekelilingmu, Putra Mahkota. Tidak ada seorang pun di sini untuk melindungi Anda, apa yang akan Anda lakukan?

Mata emasnya bersinar aneh di hutan gelap. Dia berbisik pelan kepada Blain.

"Bisakah kamu menembakkan panah itu ke arahku?"

Blain menggertakkan giginya, menggumamkan serangkaian hinaan. Sama seperti mata Ishakan yang melengkung puas, Blain akhirnya melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dia lakukan.

Anak panah itu melesat.

“……”

Blain menahan napas. Tangannya gemetar, jadi tidak mengenai mata Ishakan. Sebaliknya itu menempel di bahunya.

Kemudian semuanya terjadi dalam sekejap mata. Ishakan mengangkat busurnya dan menembak kuda yang ditunggangi Blain. Kuda itu meringkuk, meringkik, dan Blain jatuh, diikuti oleh Ishakan, yang menginjak pergelangan tangannya. Blain berteriak kesakitan saat tulangnya patah.

"Yang mulia!!!"

Hutan segera meletus menjadi kekacauan. Para pelayan Blain berteriak, dan para ksatria menghunus pedang mereka. Di antara manusia yang berisik, hanya orang Kurkan yang tetap diam. Mereka menyaksikan, tanpa ekspresi dan emosi, seolah-olah mereka telah meramalkan keributan itu. Tetapi ketika para ksatria mendekat, mereka bergerak untuk memblokir mereka, sehingga tidak ada yang bisa mencapai Ishakan dan Pangeran.

"Keluar dari jalan!"

“Kami tidak bisa melakukan itu. Putra Mahkotalah yang mengusulkan pertarungan dominasi hierarkis. ”

“Pertarungan dominasi hierarkis! Sungguh perilaku yang vulgar dan biadab…!”

Haban dengan wajah tanpa ekspresi, memperingatkan ksatria yang tidak terkendali.

"Pergilah, jika kamu ingin mati."

“……”

Orang-orang Kurkan memandang mereka dengan dingin. Meskipun tidak ada sepuluh orang Kurkan, para ksatria mundur dengan ekspresi ketakutan.

Saat gangguan terjadi di belakangnya, Ishakan menarik panah dari bahunya dan melemparkannya ke tanah. Meraih leher Blain, dia mengangkatnya, mengabaikan darah yang memancar dari lukanya. Blain berjuang sekuat tenaga, tetapi kakinya tidak menyentuh tanah dan pergelangan tangannya terpelintir ke arah yang aneh.

Ishakan tersenyum pada Blain, yang menatap seolah ingin membunuhnya.

"Bukankah kamu yang menyerang lebih dulu?" Kata-kata Ishakan penuh dengan ketulusan. "Bertindak membela diri, Putra Mahkota."

***

Perburuan berakhir dengan cara yang paling buruk.

Blain dibawa kembali dengan kereta seperti salah satu hewan piala. Cerdina melupakan sikap agungnya dan bersikap seolah-olah dia sudah gila. Banyak yang terkejut melihat ratu yang biasanya baik dan lembut itu hampir mengigau. Bahkan jika dia kehilangan akal karena cedera putranya, perilakunya masih aneh.

Menangis dengan panik, dia melihat orang-orang Kurkan mendekat dan memperhatikan mereka dengan mata merah, lalu menempel pada Ishakan. Dia berbicara dengan tenang, meskipun dia menatapnya dengan kebencian.

"Itu adalah kecelakaan yang tidak terduga."

Sudut bibirnya terangkat. Dengan senyum yang menghantui, dia berkata dengan jahat, "Kamu akan menyesali ini, Raja."

TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN DAN VOTE NYA 🙏