BURU BURU NIKAH (2)-(OnGoing)

Bab 160. Pernikahan Kurkan (2)

Leah juga sadar ketika dia mendengar bahwa mereka harus menghabiskan lima malam bersama. Genin mengerutkan kening.

"Ingat hari bulan purnama lainnya?" dia bertanya. "Ini akan lebih sulit dari itu."

“Lebih sulit dari itu…?”

"Iya."

Ya Tuhan. Pikiran itu sangat mengejutkan, Leah menjatuhkan garpunya.

“Tentu saja, aku mengatakan semua ini dengan asumsi kamu menjadi partnernya…” Genin menambahkan dengan enggan. Itu bukan sesuatu yang ingin dia katakan.

"Aku ingin menjadi."

Genin menelan ludah karena terkejut.

"Aku ingin menjadi pasangannya," lanjut Leah lembut. “Aku ingin menjadi Ratu Kurkan…”

Suaranya memudar.

"Semua orang akan senang," sela Genin cepat, matanya berbinar. “Tolong beri tahu Ishakan sendiri nanti.”

***

Setelah sarapan, Leah mendengarkan jadwalnya untuk hari itu.

Dia akan makan siang dengan Ishakan, dan kemudian bertemu dengan Morga dan para penyihir Kurkan lainnya. Setelah itu, dia tidak melakukan apa-apa lagi, kecuali mungkin untuk mengembara.

Leah tidak berniat melakukan itu. Jika dia ingin menetap di tempat ini, dia perlu mempelajari bahasa dan budayanya. Dia ingin belajar Kurkan. Genin berjanji bahwa seorang profesor akan datang keesokan harinya untuk mulai mengajarinya.

Dengan jadwal yang sudah diatur, Genin membantunya mencuci dan mengganti pakaiannya. Meskipun agak canggung, Genin bisa menghadiri Leah dengan cukup baik.

Leah membelai rok gaunnya. Tidak seperti Estia, yang menggunakan kain pastel yang lembut, gaya Kurkan menggunakan banyak kain dengan warna primer yang cerah.

"Maaf," Genin meminta maaf sambil menyematkan permata di rambut Leah. “Ada persaingan ketat untuk mengisi posisi dayang-dayang untuk melayani Anda…”

Tapi itu akan memakan waktu, jadi Genin berjanji untuk melayaninya sementara itu, bahkan jika dia tidak ideal. Ketika dia meyakinkannya bahwa hanya dayang terkuat yang diizinkan melayaninya, Leah tertawa.

"Apakah ada tempat di mana saya bisa memetik bunga?" tanya Leah, diam-diam menata ulang aksesori yang dipasang Genin dengan kikuk di rambutnya.

Sekarang dia memikirkannya, Ishakan selalu melamarnya. Dia tidak pernah memberinya jawaban yang tepat, tapi kali ini dia akan memberitahunya secara langsung, seperti yang disarankan Genin.

Selalu sulit baginya untuk mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya. Tapi karena Ishakan berusaha keras untuknya, dia ingin berubah. Dengan Genin di sampingnya, dia berjalan dan mencari bunga untuk dipetik.

“……”

Beberapa pasang mata bersinar di sudut aula panjang saat mereka mendekat, tetapi begitu mereka melakukan kontak mata dengan Leah, mereka dengan cepat menghilang. Sepanjang perjalanan ke taman, dia terus melihat orang-orang Kurkan bersembunyi di sana-sini, menghilang begitu dia melihat mereka. Bahkan ada Kurkan yang tergantung di langit-langit di satu ruangan, yang langsung kabur begitu Genin melihatnya.

Leah tidak mengerti mengapa mereka semua terus bersembunyi dan meliriknya. Apakah Ishakan sudah memberitahu mereka hal lain?

sangat menarik untuk dapat melihat istana, karena tidak ada banyak waktu untuk melihat ketika dia pertama kali tiba. bayangan dingin itu menyenangkan. dia telah mendengar gurun barat panas, tetapi istana itu sendiri terasa sejuk, mungkin karena semua tumbuh-tumbuhan.

“jika kamu melihat bunga yang kamu suka, jangan ragu untuk memetiknya,” kata genin sambil mengalungkan beberapa kurkan yang bersembunyi di semak-semak dan melemparkannya ke lorong. leah memandang ke taman, menahan tawanya.

dan dia bertanya-tanya bagaimana bisa ada tumbuh-tumbuhan di tempat ini, ketika dikelilingi oleh gurun pasir yang tandus. di antara semua tanaman eksotis, di sana-sini dia melihat bunga yang dia kenal. berhenti sejenak di depan beberapa peony merah muda yang belum mekar sempurna. setelah banyak pertimbangan, dia memetik salah satu yang terlihat paling cantik.

"lea."

seseorang tiba-tiba memeluknya erat-erat dari belakang, dan dia menoleh ke belakang, terkejut.

ishak tersenyum. dia bermaksud mengunjunginya di kantornya; dia tidak berharap dia datang mencarinya. genin sudah dengan bijaksana menghilang.

“apakah kamu suka peony? saya harus memberitahu mereka untuk menanam lebih banyak.”

bibir leah bergetar saat dia mencengkeram peony-nya. meskipun dia telah memutuskan untuk memberitahunya, dia merasa malu sekarang. ishakan meletakkan dagunya di atas kepalanya.

"masih ada empat ciuman lagi hari ini ..." katanya.

“sebelum itu, ada yang ingin kukatakan padamu, ishakan.”

leah berbalik menghadapnya, tangannya gemetar saat menawarkan peony itu. dia menatap bunga yang bergetar dengan terkejut.

"ambil aku sebagai istrimu," kata leah saat wajahnya berubah lebih merah muda daripada bunga peony.

******

Tolong bantu Vote nya ya Kaka 🥰 vote kalian bikin kita makin semangat TL nya 🥰