BURU BURU NIKAH (2)-(OnGoing)

Bab 169. Pembalasan Genin (1)

Apa maksudnya, dia sudah tahu? Apakah mereka pernah bertemu di masa lalu? Tapi jika dia pernah bertemu Ishakan, dia tidak mungkin melupakannya. Leah diam-diam menatap pria di depannya.

Dia memiliki fitur yang tajam. Diterangi oleh cahaya bulan, wajah itu lebih unggul dari wajah mana pun yang pernah dilihatnya, bahkan di antara orang Kurkan. Dia tidak akan pernah melupakan wajah itu bahkan jika dia menginginkannya.

Tapi Ishakan sepertinya tidak mau membahas masalah ini lebih jauh. Dia mengangkatnya ke dalam pelukannya dan mengubah topik pembicaraan.

"Cukup dengan pembicaraan yang membosankan ini," katanya, dengan ekspresi nakal. “Ada beberapa hal yang harus dilakukan, Lea. Aku harus menciummu, dan ada hal-hal yang perlu kamu makan.”

“……”

Leah ingin berbicara, tetapi tidak ada kata yang keluar. Ishakan tersenyum melihat reaksinya.

“Sebuah tenda telah didirikan untuk kami, jadi kami akan tidur di sana malam ini, di luar kota.”

Dia tidak peduli di mana dia tidur, selama itu bersamanya. Mendengar anggukannya, Ishakan berjalan menuju tenda lain. Saat dia membawanya ke sana, dia menggumamkan sesuatu yang dia tidak mengerti.

“…Istana kerajaan akan sedikit bising hari ini.”

***

Di bawah cahaya rembulan yang redup, Genin menarik napas perlahan. Panas yang membakar menjalar ke seluruh tubuhnya dan matanya bersinar, menakutkan.

Daging dan darah berserakan dan terciprat ke mana-mana. Di tengah pembantaian, hanya kepala tanpa tubuh yang dapat diidentifikasi di tanah. Kurkan yang murni, pengikut raja yang telah meninggal, telah berakhir dengan menyedihkan. Ekspresi mengerikan di wajah mereka adalah bukti dari siksaan kematian mereka.

Selama berjam-jam, Genin menatap mayat-mayat yang hancur berlumuran darah. Ketika dia mengetahui bahwa orang-orang yang dia yakini sudah mati ini masih hidup, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak senang. Senang bahwa masih ada kesempatan untuk menimbulkan rasa sakit ini pada mereka. Tapi sekarang setelah semuanya berakhir, Genin tidak senang.

Saat dia duduk, tenggelam dalam pikirannya, aroma segar yang familiar tercium olehnya. Dia melihat ke atas.

“…Ishakan,” katanya, dengan suara patah.

Dia berdiri dengan pipa panjang di tangannya dan menghembuskan asap. Mata emasnya menatap Genin dengan tenang dan pembantaian yang telah dia lakukan.

Meskipun tempat itu berbau darah, dia berjalan ke arahnya dan menyalakan cerutu tipis, menyerahkannya kepada Genin. Tangannya gemetar saat menerimanya.

Setelah beberapa isapan, gejolak emosi dan sinar predator di matanya memudar. Genin memejamkan matanya.

“……”

Air mata tumpah dari matanya, mengalir melalui darah kering di wajahnya, dan segera mulai menetes ke tanah.

Mereka telah membunuh orang-orang yang telah memotong kaki suaminya di depan matanya. Tapi meskipun dia telah membunuh mereka dengan cara yang paling menyakitkan, Genin masih menyesalinya. Tidak peduli apa yang dia lakukan, itu tidak akan mengubah masa lalu.

"Aku berjanji untuk melindunginya ... aku tidak bisa," isaknya. "Bahkan jika aku membalas dendam, tidak akan ada yang seperti dulu ..."

Cerutu jatuh ke tanah dan dia menyeka air matanya dengan punggung tangannya.

“Seharusnya aku tidak … menempatkannya dalam bahaya sejak awal …” Gigi Genin terkatup saat dia memaksakan kata-kata di antara isak tangisnya. “Kamu tidak akan sebodoh itu. Anda akan melindungi pasangan Anda apa pun yang terjadi. aku sangat bodoh…”

“Yah, aku tidak tahu.” Ishakan menghembuskan asap panjang. "Aku bukan dewa."

"Tapi…"

“Jika hal seperti itu terjadi padaku, aku akan merasakan sepertimu.” Genin mendengarkannya dengan mata basah. "Itu sebabnya saya melakukan semua yang saya bisa," katanya tegas. "Kamu melakukan semua yang kamu bisa, Genin."

Mendengar kata-kata itu, rasanya seperti sesuatu yang telah bersarang di hatinya menghilang. Genin menggigit bibir bawahnya dan berlutut di tanah berdarah.

“Terima kasih telah memberiku kesempatan ini.”

Sungguh, Genin seharusnya tidak diberi tugas ini, mengingat risiko emosinya akan menguasai dirinya. Karena orang-orang Kurkan ini menyerang istana kerajaan, mereka harus ditangani dengan tegas. Tapi Ishakan telah memberinya kesempatan ini, jadi dia akhirnya bisa membalas dendam. Hanya ada satu cara Genin bisa membayar kebaikan ini.

"Saya akan melayani Lady Leah dengan sepenuh hati."

*****

Terimakasih atas kunjungan dan Vote nya 🥰 vote kalian bikin kita makin semangat TL nya 🥰