BURU BURU NIKAH (2)-(OnGoing)

Bab 227. Peringatan (1)

Nada suaranya begitu menakutkan, Leah bergidik. Tapi perlahan-lahan hawa dingin dan mematikan itu mereda, dan baru setelah dia tenang kembali, dia menyadari kesedihannya.

"Apa anda kesakitan?" Dia bertanya, terkejut. Suara lembutnya tidak memiliki jejak keganasan di dalamnya.

"Agak dingin," katanya, mengarang alasan daripada kebenaran. Ishakan melepas tuniknya dan menariknya ke tubuhnya yang hangat, memberinya panas tubuh dan menarik selimut di atasnya.

Sekarang dia pasti tidak bisa mengaku kedinginan; cukup panas sehingga dia mulai berkeringat. Tapi dia suka dibungkus dalam pelukannya, jadi dia hanya bersandar padanya saat mereka berbicara dengan tenang bersama, puas dalam pelukan satu sama lain. Mereka tidak berbicara tentang masa depan. Sudah cukup untuk bersama, dan membicarakan hal-hal kecil.

Mendengarkan suaranya, dia mulai merasa mengantuk lagi, dan tak lama kemudian Leah tertidur di tengah percakapan mereka.

Jadi dia tidak melihatnya, ketika mata emas yang baik itu mengeras karena marah.

***

Leah tidur cukup lama dan baru terbangun saat matahari mulai terbenam. Sehari penuh telah berlalu sejak dia tertidur. Butuh beberapa saat untuk menyadari bahwa dia masih berada di vila di kebun buah persik.

Suasana rumah benar-benar berubah.

Sebelumnya, baunya agak apek, tetapi sekarang ruangan itu dipenuhi dengan aroma yang menyenangkan. Tirai tebal telah dibuka untuk memungkinkan cahaya malam masuk melalui jendela, menghilangkan kesuraman yang ada di mana-mana. Di atas meja ada sensor emas, membakar dupa segar yang manis, dan Leah berbaring di tempat tidur sambil menghirupnya sebentar sebelum dia bangkit.

Begitu dia bergerak, pintu terbuka. Leah terkejut melihat Kurkan yang aneh masuk. Dia mengharapkan salah satu pelayannya yang biasa.

“Akhirnya kamu bangun juga,” kata si Kurkan sambil tersenyum, seorang wanita dengan kulit sawo matang dan rambut panjang diikat di belakang kepalanya. “Saya Mura. Ini adalah kedua kalinya saya memperkenalkan diri kepada Anda. ”

Dia pasti salah satu orang dari ingatan Leah yang hilang. Leah mencarinya, mencoba mengingat, tapi tidak ada. Dia khawatir Mura akan kecewa, tetapi wanita Kurkan itu sepertinya tidak keberatan. Dia hanya mendesak Leah untuk duduk kembali di tempat tidur dan menyerahkan gelas kecil padanya.

"Minumlah," katanya. “Morga memberikan semua usahanya untuk membuat ramuan ini. Ini akan membantu menghilangkan racun dari tubuh Anda.”

Leah meminumnya, dan ketika sudah habis, Mura membawakan makan malamnya. Rahang Leah jatuh.

Nampan di tangan Mura tampak seperti makanan yang cukup untuk dua puluh orang, tapi semuanya untuk Leah. Menempatkan nampan kecil di depannya, Mura mulai menyajikan makanan, dan Leah menarik selimut lalu mulai makan.

Dia telah mencicipi makanan Kurkan tempo hari, dan itu sangat lezat, dia telah berpikir sejak betapa dia menginginkan lebih. Mura tampak senang melihatnya makan setiap gigitan, yang hanya membuatnya lebih mudah untuk makan. Pada saat Leah sadar, dia menyadari bahwa dia telah makan tiga atau empat kali lebih banyak dari biasanya.

Rasanya perutnya akan pecah jika dia menggigit lagi. Leah meletakkan peraknya.

"Di mana Ishak?" tanya Leah, mencoba mengalihkan perhatian wanita Kurkan yang jelas-jelas kecewa.

“Yah, Ishakan… pergi dengan beberapa yang lain. Dia mungkin akan kembali besok. Mereka semua sangat marah, ”tambah Mura sambil tersenyum, dan kemarahan dingin di matanya sendiri. "Semua orang harus sangat sabar untuk waktu yang lama."

Leah tidak bisa membayangkan mengapa mereka begitu marah. Saat dia memikirkannya, mata Mura melebar.

"Oh, aku tidak membawa makanan ringanmu!"

Mura melesat pergi untuk mengambil nampan lain dan membawanya kembali ke Leah. Nampan itu penuh dengan makanan ringan mungil.

“Ini baklava,” Mura menjelaskan, dan menunjukkan kepada Leah bagaimana suguhan itu dibuat dengan lapisan tipis kue yang dilapisi dengan kacang yang dihancurkan dan sirup madu lemon. Itu adalah suguhan yang sangat manis, tetapi sangat cocok dengan secangkir teh panas yang diseduh Mura untuknya. Si Kurkan senang melihat Leah makan dengan antusias.

"Yang perlu Anda lakukan adalah istirahat sambil menunggu," katanya.

Leah memandang ke luar jendela sambil meminum tehnya, memandangi langit yang semakin gelap. Sepertinya akan menjadi malam yang panjang.

***

Hai sist.... Udah aku up lagi yaaa
Happy reading sayankkkk 🥰
.
.
.
.
.
.

Terimakasih untuk smua sista yg udh bantu doa buat kesembuhan ku🥰smoga Tuhan membalas kebaikan kalian smua 🥰🥰