BURU BURU NIKAH (2)-(OnGoing)

Bab 220. Garpu

Ini adalah pertama kalinya dia berada di luar pada malam hari sejak dia datang ke vila. Di bawah sinar bulan, kebun buah persik itu sunyi, buah-buahan hijau mentah yang tergantung di pohon, menambahkan bayangan bundarnya ke cabang dan daun. Ishakan menundukkan kepalanya ke arahnya.

"Saya sangat termotivasi sekarang," gumamnya, dan tersenyum, bayangannya bersinar di matanya. “Ketika seseorang meminta bantuan, itu membuatmu ingin melakukan yang terbaik, bukan?”

Dia bisa membayangkan dia membaca catatannya dengan senyum kecil yang sama.

"Itu dia!"

“Dia seharusnya dikurung! Siapa itu?"

Para penyusup yang telah mendobrak pintu mengintip dari jendela ke arah Ishakan dan Leah, dan tidak diragukan lagi lebih banyak dari mereka yang kembali menuruni tangga. Tapi Leah tidak memperhatikan mereka. Pria di depannya memikatnya, dan bagi Ishakan, tidak ada orang lain. Mereka saling memandang seolah-olah mereka adalah satu-satunya orang di dunia.

Ada begitu banyak pertanyaan yang harus dia tanyakan kepada mereka. Jika dia mencoba menghitungnya, dia akan kehabisan jari tangan dan kaki. Tetapi ketika dia membuka mulutnya, apa yang keluar adalah omong kosong.

"Sepanjang waktu aku memikirkanmu," bisiknya, meraih untuk menangkupkan pipinya di tangannya, pria yang tampak seolah-olah terbuat dari semua benda padat di dunia ini. "Pagi dan malam ..." Dia ragu-ragu dan mengaku, "dan sepanjang hari, setiap hari ..."

"Aku juga," katanya setelah beberapa saat. Mata emasnya lebih terang dari cahaya bulan. “Aku memikirkanmu sepanjang hari.”

Lea memejamkan matanya. Hati dan pikirannya tidak sejalan. Dia goyah, berdiri di persimpangan di mana dua jalan terbentang di depannya, memberi isyarat padanya untuk maju. Tetapi sejak dia memutuskan untuk menulis catatan itu, atau mungkin bahkan sebelumnya…keseimbangan telah mengarah ke hatinya.

Ujung jarinya menyapu wajahnya. Dia membelai dahinya, alisnya, hidungnya yang mancung, bibirnya yang tegas, bahkan dagunya yang kokoh. Dan dia membiarkannya, menutup matanya saat dia menyentuh wajahnya, seperti binatang buas yang dibelai oleh tuannya. Saat dia menyerahkan sentuhannya, dia tiba-tiba berpikir:

Saya tidak tahu. Saya pikir saya suka pria ini.

Itu memalukan untuk sampai pada kesimpulan itu, tetapi sejak dia bertemu dengannya, dia begitu cepat menaklukkan hatinya. Cinta yang dia bangun sepanjang hidupnya telah hancur, dan dia harus menerima cinta baru yang baru dia temui beberapa hari yang lalu.

Itu gila. Semburan kritik menyapu pikirannya, menuntut agar dia memikirkan Blain, mengingatkannya betapa dia mencintainya, tetapi itu tidak seberapa dibandingkan dengan sungai emosi yang mengalir melalui dirinya untuk pria ini. Itu mengalir melaluinya, melonjak melewati tepiannya, dan meluap.

Aku ingin dia menjadi suamiku.

Dia sangat terpesona dengan pria ini, dia bahkan membiarkannya membodohinya dengan kebohongan yang konyol. Tapi dia melupakan semua itu, hanya mendengarkan suara di dalam hatinya.

"Aku ingin menciummu," bisiknya.

"Apa pun yang Anda inginkan."

Ishakan memiringkan kepalanya untuknya, dan dia menciumnya, memegang wajahnya dengan kedua tangan. Bulu matanya bergetar karena kenikmatan ciumannya. Dia merasa sangat bahagia bersamanya. Lidah mereka terjalin saat mereka mengisap bibir satu sama lain, dan Leah mengerang, mabuk.

“Hm, ahh…”

Ketika suara itu keluar darinya, dia terlambat mengingat pengejar mereka dan mencoba melihat ke belakang, tetapi Ishakan segera menangkap dagunya.

"Jangan berpaling, Leah," katanya, dan menciumnya lagi, lidahnya menggali dalam-dalam. Leah bergidik mendengar belaian lidah, dan bibir mereka terbuka dengan suara lembut dan basah. Matanya bertemu dengannya, penuh dengan gairah, dan dia mencium seluruh wajahnya.

"Isha ..." Nama itu keluar dengan lemah, dan matanya dipenuhi dengan kepuasan, pupil mata emasnya melebar. Dan dia membuat keputusan.

Dia tidak melakukan apa yang seharusnya dia lakukan. Dia tahu apa yang salah. Tapi saat dia bimbang di antara dua jalan di depannya, Leah, Putri Estia, memilih jalan yang salah. Dia akan meninggalkan segalanya.

“Aku… aku ingin pergi jauh.”

******

Trimakasih udah vote ya sist, untuk crazy up nya cukup sekian yakk...
Semoga besok* aku bisa up sesuai jadwal novel aslinya keluar🙏🥰
Dan minta doa nya terus untuk kesembuhan aku ya,, terimakasih banyak banyak❤️❤️❤️❤️