04 - Bertemu Lagi

138 64 74
                                    

Keira sudah bersiap-siap untuk pergi jalan-jalan dengan Rhenia. Keira bangun lebih pagi dari biasanya, kini ia sudah berpenampilan rapi dengan balutan baju casual dan celana pendek. Keira juga mengikat rambutnya.

"Kak aku sudah siap."

"Wuih, adik aku udah cantik sekali nih," puji Rhenia ketika melihat penampilan Keira ketika berjalan di tangga.

"Iya dong siapa dulu, Keira." Keira menyilangkan tangan di depan dada. Keira kemudian jadi menyadari sesuatu. "Kok lama kelamaan aku jadi ketularan Della."

"Ayo berangkat." Rhenia sudah berjalan mendahului Keira dan masuk ke mobil. Keira kemudian ikut masuk ke mobil. Rhenia mulai menyalakan mesin dan mengemudikan mobilnya.

Sepuluh menit kemudian mereka akhirnya sampai. Mereka kini pergi ke timezone.
"Kak, main itu yuk!" Keira menunjuk sebuah permainan basket yang tidak jauh darinya.

"Yes aku menang. Kakak kalah," kata Keira sambil menjulurkan lidahnya. Rhenia tidak memedulikan perkataan Keira yang menurutnya kekanak-kanakan itu. Keira kemudian beralih dengan permainan yang ada di sebelahnya dan untuk yang kedua kalinya ia mendapatkan jackpot. Sedangkan Rhenia hanya mendapatkan satu poin saja, ia mulai kesal karena ia selalu kalah dengan Keira.

Setelah puas bermain mereka akhirnya pergi ke cafe untuk makan siang. Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang. Mereka memesan makanan. Selang beberapa menit pesanan mereka datang, Keira langsung memakan makannya dengan lahap seperti orang yang tidak makan dua hari.

"Pelan-pelan kek makannya," kata Rhenia ketika melihat Keira dengan mulut yang penuh makanan.

"Laper banget." Keira berbicara tidak jelas karena ia masih mengunyah makanan. Keira lalu memegangi perutnya yang kekenyangan. Rhenia hanya menatap Keira datar.

Rhenia lalu membayar makanan mereka kemudian keluar dari cafe. "Setelah itu aku mau beli baju." Rhenia lalu langsung menuju toko baju. Keira hanya mengekor di belakangnya. Keira geleng-geleng melihat tingkah kakaknya.

"Kei lihat! Ini bagus." Rhenia langsung mengambil baju itu. "Ini juga bagus." Rhenia kembali memilih-milih baju yang menurutnya bagus, ia langsung membelinya.

"Kak ini udah banyak! Keira dibeliin satu kek." Keira memohon.

"Situ pilih." Keira sangat senang, ia kemudian memilih-milih baju. Keira kemudian berhenti memilih baju ketika melihat sebuah dress pendek selutut berwarna hitam yang didominasi dengan warna putih. Keira lalu langsung mengambilnya.

Setelah selesai memilih baju mereka lalu membayarnya. Keira disuruh untuk membawa semua barang-barang kakaknya.

"Kak, bantuin bawa dong, berat nih." Keira mulai kewalahan membawa semua barang-barang itu.

"Adikku sayang, tadi kakak udah tak beliin baju. Sebagai gantinya kamu bawain semuanya ya." Rhenia berbicara semanis mungkin. Keira mulai kesal dengan tingkah kakaknya itu dan lagi-lagi Rhenia sudah meninggalkannya di belakang.

Tiba-tiba saja barang-barang yang ia bawa terjatuh. Keira lalu merapikan kembali. Namun, ada tangan seseorang yang membatunya merapikan barang-barangnya. Ketika ia mendongak Keira mendapati Daffin yang sekarang berada di depannya. Jantungnya kembali berdegup kencang.   
"Daffin." Mereka lalu berdiri. "Sedang apa kamu di sini?" Keira berbicara sambil merapikan rambutnya di belakang telinga.

"Mmm...aku sedang membeli sesuatu." Daffin lalu membantu Keira membawa barang-barangnya sampai ke pintu keluar.

"Makasih Daffin. Kalau begitu aku duluan ya." Keira melambaikan tangannya ke arah Daffin, kemudian ia menyusul Rhenia yang sudah jauh mendahuluinya tadi.

Keira akhirnya menemukan Rhenia sudah berada di dalam mobil.
"Jahat banget ya kakak, udah disuruh bawain semua nih barang-barang ditinggalin pula." Keira membanting pintu mobilnya dengan kesal.

"Kamu tuh seharusnya bersyukur udah kakak beliin baju. Kalau nggak mau ya udah." Rhenia berkata dengan santainya.

Keira hanya diam saja, sambil mendengus kesal. Rhenia yang melihat tingkah adiknya hanya tertawa pelan.

📕📗📘

Keira keluar begitu saja dari mobil begitu mobilnya sampai di depan rumah. Ia langsung menuju kamarnya menghiraukan mamanya yang melihatnya dengan tatapan bingung. Keira lalu mengunci kamarnya.

"Ada apa dengan anak itu?" Mama Keira bingung melihat tingkah Keira

"Biasalah ngambek." Rhenia berkata dengan senyum jahilnya.

"Kamu ini suka sekali menjahili adikmu itu."

"Hehe."

Waktu makan malam telah tiba. Keira keluar dari kamarnya masih dengan muka cemberut. Saat itu Keira tidak bicara satu kata pun sampai makan malam selesai.

"Keira, udahlah ngambeknya." Rhenia menghampiri Keira yang sedang duduk di depan televisi.

"Apa sih kakak." Keira melirik Rhenia dengan sinis.

"Maaf ya, besok kakak ajak jalan-jalan lagi deh." Rhenia berbicara seolah merasa tidak bersalah, ia suka sekali melihat Keira yang sedang ngambek itu.

"Huh, paling-paling nanti aku disuruh bawain lagi." Keira menghentikan pembicaraannya ketika ponselnya bergetar singkat. Keira langsung membulatkan matanya.

Daffin Tampan : Hai!

Keira langsung menyunggingkan senyumnya. Dalam hati Keira berteriak kegirangan. Rhenia yang berada di sebelahnya menatapnya penuh selidik. Keira lalu berjalan ke kamarnya dengan sangat senang. Seketika ia tidak melihat meja di depannya.

"Aww." Keira memegangi kakinya yang kesakitan. Kemudian ia melanjutkan berjalan menuju kamarnya.
Rhenia geleng-geleng sendiri melihat tingkah Keira. "Aneh sekali dia. Tadi ngambek sekarang malah senyum-senyum sendiri. Mencurigakan."

Sementara di dalam kamar Keira sudah heboh sendiri. "Daffin ngechat aku duluan. Waaaaah. Aku harus segera membalas chatnya."

Arquella Keira : Hai juga!
Daffin tampan : Lagi apa?

"Wah, Daffin bahkan menanyakanku sedang apa? Waaah." Keira lagi-lagi heboh sendiri sambil menggebuk-gebukkan bantalnya di kasur. Keira tidak menyadari Rhenia yang sedang menguping di balik pintu.

Arquella Keira : Mmm lagi tiduran

Daffin tampan : Besok apa kamu ada waktu? Ada yang ingin kubicarakan denganmu.

Arquella Keira : Tentu saja, kita ketemu di mana?

Daffin tampan : Tunggu saja besok. Aku akan menjemputmu.

Keira guling-guling kemudian loncat-loncat di kasur. Akhir-akhir ini entah mengapa aku sering bertemu dengan Daffin. Senang sekali rasanya. Tiba-tiba saja Rhenia langsung membuka pintu kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Keira yang kaget dengan kedatangan Rhenia ia terjatuh dan terhimpit di sela-sela kasur dan tembok. Kakinya masih diatas kasur sedangkan tubuhnya sudah terhimpit di samping kasur yang sempit.

"Kak tolong!" Keira tidak bisa bergerak. Rhenia yang melihat Keira terjatuh langsung bergegas menghampirinya dan menolongnya. Rhenia sebenarnya ingin tertawa, tapi ia prihatin melihat Keira yang terjatuh jadi ia menahannya.

"Kamu ini aneh-aneh saja. Bisa-bisanya kamu sampai terjatuh di situ."

"Kakak tadi mendengarku ya?" tanya Keira menundukkan kepalanya merasa malu.

"Tidak. Kakak tidak mendengar apa pun," jawab Rhenia berbohong. Ia sudah menduga Keira sedang jatuh cinta dengan seseorang.

"Benarkah?" Keira langsung menatap Rhenia dengan bahagia. Rhenia pura-pura mengganggukkan kepalanya kemudian ia tersenyum jahil.

"Tapi boong. Hahahaha." Rhenia langsung berlari keluar dari kamar Keira.

"KAKAK NYEBELIIIIIINNNNN!" Keira menyesali tidak mengunci kamarnya tadi. Ia lalu menjatuhkan dirinya di kasur sambil menutupi wajahnya dengan bantal. Keira menjadi malu sendiri, Della dan kakaknya sudah mengetahuinya, ia memang tidak pandai menyembunyikan sesuatu.

Haii!! Jangan lupa lupa untuk vote dan comment ceritanya ya^^

See you~

Started in the Library [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang