Setelah selesai menyanyikan lagu duetnya. Riko segera menarik tangan Della dan menjauh dari kerumunan. Della tidak bisa melepaskan cekalan tangannya yang sangat kuat, ia terpaksa mengikuti ke mana Riko akan pergi. Saat Riko menghentikan langkahnya, Della segera melepaskan tangannya dari cekalan Riko. Ia memegangi pergelangan tangannya yang terasa sakit.
"Kenapa kau menarik tanganku?!" tanya Della dengan nada yang tinggi.
"Kau belum mendengarkan penjelasanku."
"Tidak ada yang perlu dijelaskan." Della hendak pergi meninggalkan Riko, namun Riko menahan Della pergi.
"Kau kemarilah." Riko seperti memanggil seseorang yang membuat Della mengernyitkan dahinya, Della lalu menoleh ke belakang. Mukanya langsung berubah dengan tatapan tidak suka.
"Kenapa kau membawa dia kemari?" Della menatap gadis itu dengan tatapan tajam, tatapannya seperti ingin membunuh.
"Tatapanmu itu mengerikan sekali ya." Gadis itu balik menatap Della dengan tatapan tajam. Riko menghela napas melihat kelakuan keduanya yang tidak mau mengalah.
"Reena sudahlah. Kalian tidak seharusnya bertengkar dalam keadaan seperti ini."
"Reena? Siapa sebenarnya dia?!" Della menatap Riko dengan marah dan juga ingin menangis.
Reena melipat kedua tangannya di depan dada. "Kalau begitu, cepat jelaskan yang sebenarnya kak. Aku tidak suka ada yang dendam denganku." Muka Reena terlihat jutek namun ia sebenarnya orang yang baik.
"Kak?" Della semakin tidak mengerti dengan situasinya.
"Della, sebenarnya dia itu adikku." Della langsung menoleh ke arah Riko dengan pandangan tidak percaya sekaligus bersalah.
"Hah?" Della masih tidak percaya, ia lalu menoleh ke arah gadis itu. Gadis itu menganggukkan kepalanya.
"Hei kau. Aku ini adik kandungnya kakak yang konyol ini. Namaku Reena. Kalau tidak percaya, aku akan membawa Kartu Keluargaku kemari." Della menundukkan kepalanya merasa sangat bersalah dan malu bukan main. Hubungannya dengan Riko hampir saja berakhir karena kesalahpahaman yang baru saja berlangsung belum lama ini.
"Maafkan aku." Della masih menundukkan kepalanya.
"Ya ya, kau memang seharusnya meminta maaf karena telah menjambak orang dan membuat selera makanku hilang waktu itu." Della hanya bisa terdiam, ia tidak mampu berkata-kata.
"Reena kau diamlah," bentak Riko yang membuat Reena langsung terdiam.
"Kalau begitu masalahnya sudah selesai aku pulang dulu ya kakak." Reena melambaikan tangannya lalu menoleh ke arah Della sambil tersenyum. "Dah, kakak ipar."
Seketika muka Della langsung memerah. Reena tersenyum senang dan pergi meninggalkan mereka berdua yang masih terdiam. Suasana seakan menjadi canggung. Riko merasakan hal yang sama dengan Della.
"A-aku mau balik ke sana dulu." Della langsung pergi meninggalkan Riko dengan perasaan malu.
Della sedikit senang karena gadis itu ternyata hanya adiknya. Kemudian Della melihat Keira yang tidak jauh darinya.
"Keira," panggil Della dengan lantang yang membuat Keira menoleh ke arahnya. Della senyum-senyum sendiri tidak bisa menyembunyikan kebahagiannya.
"Apakah kau sudah berbaikan dengan Riko?"
"Dari mana kau tahu kami bertengkar?"
"Karena yang merencanakan semua ini adalah aku." Della mengangakan mulutnya, ternyata Keira sudah lebih tahu dari pada yang dikiranya.
"Keira kau ini." Mereka berdua tertawa bersama.
Della kemudian duduk di salah satu kursi yang berada tidak jauh dari Keira. Keira sedang melihat penampilan selanjutnya dari kelas lain, tiba-tiba saja ada seseorang yang tidak sengaja menabraknya sehingga membuat tubuhnya berdiri tidak seimbang. Di sebelah Keira ada kolam renang, ia tidak bisa menahan tubuhnya yang akan jatuh ke kolam renang.
"DAFFIN!!" teriak Keira memanggil Daffin yang ada di sebelahnya dengan panik. Daffin langsung menoleh ke belakang melihat Keira yang akan jatuh, dengan cepat ia menggenggam tangan Keira.
Namun posisi Keira yang sudah condong ke kolam renang dan akan jatuh. Daffin tidak bisa menahan Keira dan akhirnya mereka berdua jatuh ke kolam renang.
BYURR!!!
Semua orang sontak menoleh ke arah mereka berdua setelah mendengar seseorang jatuh ke dalam air. Della langsung mendekat ke arah kolam renang melihat kejadiannya. Daffin menyembulkan kepalanya, kini ia sudah basah kuyup. Keira belum juga keluar dari kolam renang, Daffin menjadi panik.
"Hei Keira kenapa kau belum juga keluar dari situ?" tanya salah satu teman yang berada paling dekat dengan kolam renang.
Keira masih menahan napasnya di dalam air, ia sangat malu untuk menunjukkan wajahnya sekarang. Aduh, aku sangat malu.
Banyak orang yang terlihat panik, namun teman sekelasnya terlihat biasa-biasa saja. "Kenapa kalian tidak menolongnya?" tanya salah satu murid dengan sedikit panik.
"Dia bisa menolong dirinya sendiri. Dia jago berenang. Hei Keira kenapa tidak keluar-keluar?" Keira akhirnya terpaksa menyembumbulkan kepalanya. Mereka berdua basah kuyup. "Kenapa kau tadi malah membatu di situ?"
Keira hanya terdiam dan menatap salah satu temannya itu dengan kesal. Namun saat akan keluar dari kolam renang kakinya terkena sesuatu benda yang tajam.
"Akkh." Kaki Keira berdarah, semua orang terlihat panik, kemudian Daffin langsung membantu Keira untuk keluar dari kolam renang. Tubuhnya basah kuyup sehingga membuat Keira menggigil kedinginan. Daffin langsung mengambil jaketnya yang tersampir di kursi, ia lalu memberikannya pada Keira.
"Pakailah ini dulu." Keira menerima jaket itu dan langsung memakainya. Mereka berdua kemudian pergi menjauh. Keira berjalan dengan sedikit tertatih karena luka yang mengenai telapak kakinya.
Keira hanya berdiri dengan bingung. Ia tidak membawa baju ganti, tetapi jika ia pulang dalam keadaan basah kuyup ia pasti akan langsung diinterogasi setelah sampai di rumah.
Keira mendesah pelan. "Kita pulang saja, lagian kita tidak mungkin masih di sini dalam keadaan basah kuyup begini."
"Tunggu dulu, kakimu harus diobati dulu." Daffin langsung mengambilkan sebuah perban dan membalutnya di kaki Keira. Keira hanya bisa terdiam sambil memandangi Daffin. Daffin mendongakkan kepalanya. "Sudah selesai, kalau begitu aku akan mengantarmu pulang." Keira hanya menganggukkan kepalanya.
Setelah mengantar Keira sampai ke rumahnya, Daffin langsung pergi. Keira membuka pintu rumahnya dengan pelan. Ia tidak melihat siapa pun di ruang keluarga. Keira berjalan mengendap-endap memasuki kamarnya. Keira menghembuskan napas lega tidak ada yang mengetahui ia pulang dalam keadaan basah kuyup.
Keira menjatuhkan dirinya di kasur, seketika ponsel Keira terus saja bergetar tanda ia menerima banyak pesan. Keira segera membaca pesan-pesan itu.
Ardella Rasya :
Keira apa kamu sudah melihat berita sekolah.Arquella Keira :
Belum, memangnya ada apa?Ardella Rasya :
Lihat ini! Keira sekarang kamu menjadi terkenal di sekolah.Keira membuka berita itu, ia langsung membelalakkan matanya. Kejadian saat ia tercebur di kolam renang ini ternyata ada yang tidak sengaja merekamnya. Keira seperti ingin menangis karena malu.
"Haaa, aku malu sekali. Siapa yang berani merekamnya?!" Keira membenamkan wajahnya di kasur. "Hari ini sungguh menyebalkan." Keira kembali mengingat kejadian yang baru saja terjadi, namun ia diam-diam tersenyum mengingat Daffin yang sepertinya begitu perhatian dengannya. Sepertinya aku sudah selangkah lebih maju.
Haii!! Jangan lupa untuk vote dan comment ya^^
See you~
KAMU SEDANG MEMBACA
Started in the Library [END]
Teen Fiction"Perasaanku dimulai ketika bertemu denganmu di perpustakaan." Sejak kepindahannya dua tahun lalu, Keira selalu diliputi perasaan tidak tenang. Ia merasa ada yang selalu mengikutinya setiap saat. Pada saat itu juga ia bertemu dengan Daffin, cowok tam...