Keira berjalan dengan lunglai keluar dari kamarnya. Kantung matanya hitam karena ia hanya bisa tertidur beberapa jam saja. Sejak Regan mengatakan ada hantu Keira menjadi tidak bisa tidur dan terus terbayang-bayang hantu yang ada di film horror tadi malam. Ia membasuh mukanya. Setelah itu Regan melihat Keira yang keluar dari kamarnya kemudian ia berjalan mendekati Keira.
"Apa kau tidak bisa tidur semalam?" Keira menjadi tambah kesal dengan pertanyaan Regan tadi.
"Tsk, menyebalkan." Keira berjalan melewati Regan begitu saja dengan sedikit kesal.
Keira berjalan ke dapur mengambil segelas air minum dan meneguknya hingga habis. Ia kembali masuk ke dalam kamarnya. Keira bersiap-siap dan memakai pakaian yang casual. Ia menyambar tas dan kunci mobilnya lalu kembali turun ke bawah. Regan heran melihat Keira yang terlihat sudah rapi.
"Mau ke mana pagi-pagi begini?" Keira tidak menjawab pertanyaan Regan dan berjalan ke arah pintu. "Hei, ditanyain dijawab gitu kek."
"Mau ke rumah sakit," jawab Keira dengan singkat sambil sedikit membanting pintu. Regan tersentak melihat kelakuan Keira yang mengagetkannya.
Regan kembali bingung dengan jawaban Keira. "Ke rumah sakit mau ngapain dia?"
Keira menyetir mobilnya menuju rumah sakit tempat Calista dirawat. Ia sebenarnya tidak ingin melakukannya namun ia sudah terlanjur mengirim pesan kalau ia akan menjenguknya lagi hari ini. Keira masuk ke rumah sakit dan berjalan ke ruangan yang sudah diberitahukan oleh Daffin. Keira berdiri di depan pintu. Ia melihat Daffin juga ada di sana. Calista sedang duduk di ranjang rumah sakit, ia sudah siuman namun mukanya masih sangat pucat. Keira masih saja mematung di tempatnya. Ia bingung apa ia harus masuk ke ruangan itu atau tidak. Ia mencengkeram erat keranjang buah yang dipegangnya. Kemudian ada sesuatu yang mengagetkannya di belakang.
"Ada keperluan apa di sini?" tanya wanita paruh baya itu dengan ramah. Keira menatap wanita itu, ia baru saja mengingat bahwa wanita itu adalah orang yang berpapasan dengannya kemarin di depan rumah sakit.
"Ah itu..." Wanita itu kemudian membuka pintu sontak Calista dan Daffin menoleh ke arah datangnya suara.
"Keira?" Calista melihat keberadaan Keira yang masih saja berdiri di situ.
"Oh jadi dia temanmu?" tanya ibu Calista sambil menoleh ke arah Keira. Calista hanya menganggukkan kepalanya. "Ayo masuk saja nak. Kenapa diam saja di situ."
Keira dengan ragu-ragu melangkah masuk ke dalam ruangan. Keira memberikan keranjang berisi buah itu pada Calista.
"Ba-bagaimana keadaanmu? Aku membawakanmu buah-buahan." Calista tersenyum dan menerima buah itu.
"Makasih. Aku udah sedikit lebih baik kok." Keira menoleh ke arah Daffin.
"Daffin kamu lagi ngapain di sini?"
"Aku–" Belum sempat Daffin menyelesaikan kalimatnya Calista langsung memotong kalimat Daffin.
"Dia cuma lagi nemenin aku di sini." Daffin menoleh ke arah Calista. "Ah bisakah Daffin sama ibu keluar dulu, aku mau ngobrol sama Keira."
"Mau ngobrol apa sampai ngusir aku segala." Calista sedikit menggeram.
"Iya, iya." Daffin bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari ruangan kemudian diikuti ibu Calista yang juga keluar ruangan.
Keira menoleh kembali ke arah Calista. "Mmm, kau ingin membicarakan apa?" tanya Keira sembari duduk di kursi sebelah ranjang Calista.
Calista mengembangkan senyumnya. "Sebenarnya aku sudah mengungkapkan perasaanku pada Daffin waktu itu. Dan saat aku sadar tiba-tiba dia memintaku jadi pacarku, ia sangat takut kalau sampai terjadi apa-apa padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Started in the Library [END]
Teen Fiction"Perasaanku dimulai ketika bertemu denganmu di perpustakaan." Sejak kepindahannya dua tahun lalu, Keira selalu diliputi perasaan tidak tenang. Ia merasa ada yang selalu mengikutinya setiap saat. Pada saat itu juga ia bertemu dengan Daffin, cowok tam...