"Karena aku dan Daffin itu bersaudara." Keira terlihat tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Calista. "Kau masih saja tidak percaya? Kalau begitu aku akan membuktikan hal itu." Calista menunjukkan sebuah kartu pelajar yang sempat dipotret di ponselnya.
Name : Calista Bailey
Age : 17 th
DOB : London, 19 JanuaryKeira akhirnya bisa mengerti keadaan ini. "Apa kau saudara kandungnya?" Calista menggelengkan kepalanya.
"Aku sepupunya. Aku seumuran sih dengan Daffin." Keira mengangguk-angguk mengerti.
"Jadi orang tua kalian itu orang Inggris?" Calista menganggukkan kepalanya.
"Iya. Paman David dan ayahku orang Inggris. Kakek kami memang orang sana." Calista teringat perkataan Keira tadi. "Eh tadi kau bilang Daffin menyukaiku? Itu tidak mungkin lah." Calista tertawa pelan, namun Keira terlihat serius, Calista langsung menghentikan tawanya.
"Karena waktu kau mengalami kecelakaan dia sangat khawatir dan katanya dia takut kehilangan lagi." Calista tiba-tiba langsung terdiam sorot matanya menandakan kesedihan.
"Dia pasti teringat dengan kak Mandy." Calista juga merasa sedih ketika mengingat Mandy.
"Iya aku juga sekarang jadi mengerti."
"Dari dulu Daffin sangat kesepian. Orang tuanya bercerai di hari yang sama saat kak Mandy mengalami kecelakaan."
"Apa?" Hatinya ikut merasakan sedih ketika menyadari Daffin yang hidup kesepian seperti itu.
Keira kemudian teringat sesuatu. "Apa kau ingat? Waktu pesta dansa di ulang tahun perusaahaan ke-11. Bukankah kau yang memegang kartu emas itu?" Keira jadi merasa aneh kalau Daffin akan berdansa dan dijodohkan dengan saudaranya sendiri.
"Itu sebenarnya bukan milikku."
"Hah?" Keira mengangkat sebelah alisnya.
"Itu milik temanku. Sepertinya dulu Paman David ingin menjodohkannya dengan temanku itu. Tetapi Daffin menentangnya." Keira menjadi terdiam. Ia teringat saat Daffin dan ayahnya sedang berdebat.
"Siapa? Aku tidak tertarik pada siapa pun? Apa ayah ingin melakukan perjodohan untukku? Aku pasti tidak akan menerima itu. Aku paling tidak suka berada di acara seperti ini."Sepertinya waktu itu ia memang akan dijodohkan, itu sebabnya Daffin tidak berdansa dengan gadis yang memegang kartu emas itu melainkan aku karena untuk menghindari perjodohan.
Calista mulai menceritakan kejadian yang lalu.
Calista berdiri sambil melipat tangannya di depan dada. Temannya sedang berdiri di sebelahnya dengan perasaan bahagia.
"Beruntung sekali aku, siapa tuan muda itu, apakah dia tampan?" Gadis di sebelahnya itu memegang kartu emasnya dengan sangat senang.
"Paman lagi-lagi membuat permainan yang konyol seperti ini." Calista terlihat cuek dan tidak memedulikan acara itu.
"Calista sebenarnya tuan muda itu seperti apa? Dia sepupumu kan? Kau tidak pernah menceritakannya padaku."
"Yah lihat saja nanti."
Daffin berjalan dari pintu belakang dengan langkah yang tegas. Orang-orang yang di dekatnya mulai memberinya jalan. Gadis itu membuka mulutnya.
"Dia sangat tampan." Calista terlihat biasa saja. Daffin melirik sekilas ke arah gadis yang membawa kartu emas itu. Gadis itu sangat senang karena Daffin berjalan ke arahnya. Namun Daffin melewatinya begitu saja dan berjalan ke arah orang lain yaitu Keira. Gadis itu terlihat kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Started in the Library [END]
Teen Fiction"Perasaanku dimulai ketika bertemu denganmu di perpustakaan." Sejak kepindahannya dua tahun lalu, Keira selalu diliputi perasaan tidak tenang. Ia merasa ada yang selalu mengikutinya setiap saat. Pada saat itu juga ia bertemu dengan Daffin, cowok tam...