20 - Kemenangan

81 30 17
                                    

Daffin menarik tangan Keira hingga menjauh dari Vian. Keira hanya menurut saja dan mengikuti kepergian Daffin. Mereka duduk di bawah pohon yang tak jauh dari tempat lombanya.

"Kita duduk di sini saja." Daffin lupa masih memegang lengan Keira, ia kemudian menyadari dan langsung melepaskannya. "Siapa dia?" tanya Daffin pada Keira.

"Aah dia temanku waktu SMP." Keira menundukkan kepalanya.

"Kenapa kau menghindarinya." Daffin seakan salah bicara, kemudian ia langsung membungkam mulutnya. Keira hanya terdiam, Daffin kemudian mengerti. Keira tidak akan menceritakannya, Daffin memilih untuk diam.

Mereka hanya terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Dua menit kemudian terdengar pengumuman bahwa peserta lomba untuk segera kembali masuk ke ruangan untuk mengetahui siapa pemenangnya.

"Ayo kita bergegas!" Daffin dan Keira berjalan menuju ruangan itu. Keduanya dipenuhi perasaan gugup menanti hasil pengumuman peserta lombanya. Keira yang paling gugup sampai-sampai kaki dan tangannya tidak bisa berhenti bergerak.

"Keira tenanglah." Daffin mencoba menghentikan aktivitas Keira. Namun Keira tidak bisa tenang menanti hasilnya.

"Aku tidak bisa tenang."

Dalam hati Keira berdo'a terus menerus agar mereka yang terpilih menjadi pemenangnya.

"Pemenangnya diraih oleh....." Semua peserta lomba dibuat gugup semua, detak jantungnya berdegub sangat cepat. "Daffin Bailey dan Arquella Keira dengan skor tertinggi masing-masing 99,3 dan 98,7. Berikan tepuk tangan bagi mereka berdua." Keira langsung mengangkat kepalanya, ia senang luar biasa. Usahanya tidak sia-sia. Mata Keira menyiratkan kebahagiaan.

Mereka berdua dipersilahkan maju ke depan untuk menerima penghargaan. Daffin dan Keira keluar dari ruangan dengan rasa bangga. Keira tak henti-hentinya tersenyum sambil membawa sebuah piala di genggaman tangannya.

"Babak selanjutnya kita pergi ke Singapura. Aku senang sekali. Untungnya kita menang, kalau tidak kita tidak pergi ke Singapura. Wah aku senang sekali."

"Ah benar sekali."

Vian datang di hadapan Keira sehingga membuat Keira menghentikan langkahnya.

"Keira, selamat ya." Vian tersenyum ke arah Keira, Keira hanya diam tidak menanggapi ucapan Vian.

"Hah kau lagi." Daffin muak dengan kedatangan Vian yang terus menerus menemui Keira. "Keira ayo kita pergi." Daffin menarik lengan Keira agar menjauhi orang itu. Keira menoleh ke belakang sekilas, ia merasa kasihan ketika melihat wajah Vian. Namun rasa iba itu langsung menghilang mengingat kejadian yang ia lihat waktu itu.

Mereka berdua masuk ke mobil untuk segera pulang. Sepanjang perjalanan Keira hanya diam dan menghadap ke jendela. Daffin yang melihat Keira seperti itu menjadi ingin bertanya banyak hal, namun ia urungkan. Kemudian Daffin terpikirkan oleh sesuatu.

"Apa kau ingin sesuatu." Keira menoleh ke arah Daffin. Keira menatap Daffin dengan bingung.

"Hah? Apa?"

Daffin menepikan mobilnya. Daffin turun dari mobilnya, Keira bingung dengan apa yang akan dilakukan Daffin kemudian Keira ikut turun dari mobil. Daffin melihat ada penjual es krim di dekat situ. Ia lalu membelinya. Ia memberikannya kepada Keira. Keira masih bengong di tempatnya, namun akhirnya menerima es krim tersebut.

Mereka duduk di sebuah kursi.
"Kenapa kau tiba-tiba membelikanku es krim?"

"Aah tidak apa-apa, hanya ingin membelikanmu untuk kemenangan kita."

"Ohh." Keira kemudian terpikirkan oleh sesuatu. "Bagaimana kalau nanti malam kau ke rumahku?"

"Hah, untuk apa?"

Started in the Library [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang