12 - Because of You

94 39 17
                                    

Keira masuk ke kamarnya mengabaikan kakaknya yang sudah sangat emosi itu. Keira kembali memandangi fotonya bersama Daffin tadi. Dan benar saja Keira sudah bersiap-siap ingin guling-guling di kasur begitu ia sampai di rumah. Ia memeluk boneka pandanya erat seolah-olah boneka itu adalah Daffin.

Keira kemudian meraih ponselnya dan memberitahunya kepada Della. Telepon pun tersambung.

"Hai Dell dell lala," sapaan pertama Keira yang begitu girang begitu telepon sudah tersambung.

"Kenapa? Udah kangen aku ya. Sepertinya lagi ada kabar gembira nih."

"Hei Della. Kau tahu?"

"Apa?" tanya Della dari seberang sana.

"Tadi aku habis foto dengan Daffin. Bagaimana? Mengagumkan kan." Keira sedikit berteriak membuat Della yang mendengarkan suara Keira telinganya sedikit berdengung.

"Nggak usah teriak-teriak kali." Della gantian berteriak.

"Yeye. Sungguh mengagumkan kan?"

"Ya. Jadi mana fotonya aku mau lihat." Della juga ikutan penasaran.

"Ah sebentar lagi aku kirim. Kalau begitu aku tutup teleponnya dulu ya." Keira kemudian menutup sambungan teleponnya.

Keira mengirim fotonya bersama Daffin kepada Della. Kemudian ponsel Keira bergetar singkat.

Ardella Rasya : Wah hebat! Daffin bisa tersenyum ceria. Kau membuatnya tersenyum Keira.

Arquella Keira : Benarkah?

Ardella Rasya : Kata orang-orang dia jarang tersenyum seceria itu. Biasanya mungkin hanya senyuman singkat yang tidak berperasaan itu.

Arquella Keira : Dia jarang tersenyum seperti itu? Waktu dia bersamaku dia bahkan sering tersenyum.

Ardella Rasya : Wah wah. Hebat, pantas saja kau tertarik dengannya.

Langit sudah mulai gelap. Keira turun ke bawah, berniat mencari keberadaan Rhenia di sana. Namun ia baru menyadari Rhenia tidak ada di rumah sejak ia emosi itu.

"Ma, kak Rhenia di mana?" Keira menghampiri mamanya yang sedang duduk di sofa.

"Kakakmu tadi pergi keluar mama tidak tahu ke mana. Kenapa belum pulang-pulang ya?" Mama Keira juga ikut khawatir mengenai Rhenia yang pergi entah ke mana.

"Apa dia marah ya sama aku."

"Emangnya kenapa?"

"Tadi kakak udah jemput aku, tapi aku pulang sama temen."

Saat sedang memikirkan Rhenia. Terdengar bantingan keras pintu membuat Keira dan mamanya terkejut. Mereka pun menoleh ke arah sumber suara, ia melihat Rhenia yang berjalan lesu mengabaikan tatapan Keira yang hendak bertanya-tanya. Keira mengerutkan keningnya heran melihat tingkah Rhenia yang biasanya ceria, hari ini terlihat sangat lesu dan tidak ada semangatnya.

Kemudian terdengar suara mesin mobil di depan rumah. Keira mengintip ke jendela penasaran siapa yang datang. Muka Keira berubah cerah ketika melihat kakak pertamanya pulang lebih awal.

"Kak Regan."

Regan mengelus-ngelus puncak kepala Keira dengan gemas. "Kamu ini udah besar lho, kelakuannya masih kayak anak kecil." Keira memanyunkan bibirnya membuat Regan yang melihatnya menjadi gemas.

"Kok kakak pulangnya lebih awal?"

"Iya. Kerjaan di kantor udah selesai jadi hari ini pulangnya lebih awal."

Keira mendengarkannya sambil manggut-manggut. "Apa papa belum pulang?"

"Mungkin sebentar lagi."

Started in the Library [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang