56 - Bertepuk Sebelah Tangan

28 6 18
                                    

Sepulang sekolah, Keira berniat menemui seseorang. Ia kemudian mengetikkan sebuah pesan di ponselnya.

Arquella Keira :
Bisakah kita bicara? Aku akan menjelaskan kejadian waktu itu agar kau tahu yang sebenarnya.

Keira menunggu di gerbang sekolah, ia melirik jam tangannya, sekarang sudah saatnya Vian datang ke sekolahnya dan menjemputnya. Tak lama kemudian terdengar suara motor di depan Keira, Keira melihat Vian yang menaiki motor sport hitamnya. Saat hendak mendekati Vian ada sesuatu yang memegang tangannya, Keira menoleh ke belakang ia mendapati Daffin yang mencekal tangannya dengan erat. Namun di sisi lain Vian juga mencekal tangan Keira yang satunya.

"Hei kau, lepasin tangan Keira," kata Daffin sambil menatap Vian dengan tatapan tajam. "Keira ayo pergi denganku." Daffin menarik Keira untuk mengikutinya namun Keira masih bergeming di tempatnya.

"Keira bukannya kau udah janjian denganku? Dan kau yang seharusnya melepaskan tangannya." Vian balik menatap Daffin dengan tatapan tajam. Daffin tertegun mendengar perkataan Vian, ia kemudian menoleh ke arah Keira.

"Benar aku mau bicara sesuatu dengan Vian." Daffin perlahan melonggarkan cekalannya dan melepaskan tangan Keira.

"Oh kalau begitu aku pergi dulu." Daffin pergi meninggalkan mereka berdua dengan sedikit kesal. Sebelum pergi ia melirik Vian dengan tatapan membunuh.

"Ayo Keira." Vian memberikan Keira helm, Keira duduk di belakang Vian. Daffin sesekali menoleh ke belakang, ia merasa tidak terima melihat Keira bersama laki-laki lain. Vian menyadari Daffin memperhatikan mereka, ia tersenyum singkat, ia lalu memegang kedua tangan Keira dan menyuruhnya agar berpegangan yang erat. Daffin semakin kesal dengan tingkah Vian yang membuatnya terbakar emosi.

Riko melihat Daffin yang tidak jauh darinya, saat melihat wajahnya ia merasakan aura hitam di sekitarnya, seketika Riko menjadi merinding. Riko menepuk bahu Daffin. Daffin menoleh ke arah Riko dengan ekspresi yang membuat Riko terkejut hingga mundur ke belakang.

"Hei! Ada apa denganmu?" tanya Riko dengan hati-hati.

"Bukan urusanmu." Daffin pergi meninggalkan Riko dengan langkah lebar.

Riko hanya mengangakan mulutnya melihat Daffin. "Suasana hatinya sepertinya sedang buruk."

"Boo." Riko tersentak mendapati Della yang sudah berada di sebelahnya.

"Kau mengagetkanku." Della hanya tersenyum malu-malu.

"Riko, bagaimana kalau kita jalan-jalan?" tanya Della dengan ekspresi memohon.

"Oke Della sayangkuh." Riko mencubit pipi Della dengan gemas. Della langsung menggaet lengan Riko dengan manja.

Della dan Riko sampai di sebuah cafe, Della menyipitkan matanya. "Bukankah itu Keira?" Riko ikut menoleh ke samping.

"Benar tapi siapa cowok itu?" Della menggelengkan kepalanya.

"Tidak tahu, kalau begitu kita masuk dulu." Della dan Riko berjalan mengendap-ngendap masuk ke sebuah cafe, mereka duduk membelakangi Keira di tempat yang lebih jauh darinya agar tidak ketahuan olehnya. Della menutupi wajahnya dengan buku menu di tangannya, ia menatap Keira dengan serius.

"Aku tidak bisa mendengar apa-apa di sini." Riko hanya menganggukkan kepalanya.

"Tetapi nanti kita akan ketahuan kalau duduk di sana." Della mengiyakan perkataan Riko, ia mengamati pergerakan Keira dan Vian.

Keira duduk berhadapan dengan Vian di cafe. Keira menyeruput ice milktea miliknya.

"Vian, aku ingin bertanya satu hal padamu," kata Keira dengan muka serius.

Started in the Library [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang