16 - Merasa Bersalah

91 36 21
                                    

Keira bangun dari tidurnya, ia keluar dari kamarnya masih dengan menguap lebar. Keira melihat Regan yang sudah berpenampilan rapi dengan jas hitam yang dikenakannya. Keira menghampiri Regan.

"Wah kak Regan tampan sekali." Keira mengacungkan kedua jempolnya di hadapan Regan.

"Iya dong." Regan tersenyum sambil mengacak-ngacak rambut Keira dengan gemas. "Mandi dulu sana. Kamu sekolah kan?"

"Iya." Keira berjalan ke kamar mandi dengan malas.

Semua sudah bersiap untuk sarapan hanya kurang Rhenia yang sepertinya belum bangun. Tak lama kemudian Rhenia datang sudah dengan penampilan rapi.

"Keira nanti mobilmu akan kupakai."

"Kakak kuliah hari ini?" tanya Keira yang menyadari Rhenia sudah berpenampilan rapi.

"Iya," jawab Rhenia singkat, ia berharap Keira memperbolehkannya menggunakan mobilnya. Karena mama pernah berkata bahwa mobil itu untuk mereka berdua.

"Oke, pakai aja sana." Rhenia sedikit terkejut dengan jawaban Keira. Biasanya Keira tidak memperbolehkan mobilnya dipinjam Rhenia.

"Wah tumben, biasanya nggak boleh sampai-sampai dimarahi oleh mama baru dibolehkan." Rhenia melirik Keira dengan mata curiga.

"Kita kan memang harus saling berbagi, lagian mobil kakak sudah hancur tahun lalu." Rhenia menyadari sikap Keira yang berbeda. Keira melirik ke arah Regan "Aku mau minta diantar kak Regan." Keira tersenyum semanis mungkin ke arah Regan yang berada di sebelahnya.

"Ah ternyata ada maunya." Regan kemudian tersenyum jahil. "Siapa yang mau nganterin kamu?" Regan pura-pura jutek dengan Keira.

"Hah? Kak Regan gak mau nganterin?" Keira merengut kemudian mengalihkan pandangannya dari Regan dengan kesal.

"Hahaha. Kamu lucu banget deh." Regan mencubit pipi Keira, Keira masih marah dengan Regan dan mengabaikan Regan. "Ihh kok marah, aku cuma bercanda."

Setelah sarapan selesai. Mereka mulai membereskan piring-piring di meja. Keira sudah bersiap-siap. Ia menggendong tasnya.

"Ayo berangkat," ajak Regan kepada Keira. Keira tersenyum senang, ia berjalan dengan semangat. Keira duduk di kursi depan di sebelah Regan, Keira kemudian memasang sabuk pengaman.

Sepuluh menit kemudian, mereka sampai di sekolah Keira. Daffin juga datang bersamaan dengan Keira. Keira dan Regan keluar dari mobil.

"Kak aku masuk dulu ya."

"Iya, cepat masuk sana."

"Bye."

Keira melambaikan tangannya ke arah Regan yang juga dibalas lambaian tangan oleh Regan. Regan hanya tersenyum melihat Keira. Regan kemudian kembali masuk ke mobilnya dan melajukan hingga tidak terlihat dari pandangan. Dari kejauhan Daffin melihat Keira dengan seseorang yang mengantarnya. Ia menatap orang itu tajam, kemudian pergi mengabaikan mereka.

Keira melihat Daffin yang berjalan tidak jauh darinya, berniat menghampiri Daffin.

"Daffin." Keira melambaikan tangannya ke arah Daffin. Namun Daffin seperti terlihat menghindarinya. Daffin berjalan lebih cepat dan tidak menghiraukan panggilan Keira yang dibelakangnya. Keira heran melihat tingkah Daffin yang tidak seperti biasanya. Biasanya Daffin akan langsung menoleh ke arah Keira begitu ia memanggilnya, namun kali ini beda Daffin tidak menoleh sedikitpun ke arah Keira.

Keira berjalan ke perpustakaan dengan lesu. Menyadari Daffin yang mengabaikannya membuat Keira tidak ada semangat untuk belajar. Keira melihat Daffin yang duduk di kursi seperti biasanya. Keira mencoba untuk menyapanya.

"Hai." Keira menyapa Daffin dengan canggung.

"Hai." Daffin menjawab sapaan Keira tanpa menoleh sedikit pun ke arah Keira. Ia bahkan menjawab dengan tak acuh, membuat hati Keira yang mendengarnya terasa sakit. Daffin seperti sedang menghindarinya. Kenapa dia jadi aneh begini?

Selama latihan, mereka berdua saling terdiam, tidak ada pembicaraan diantara mereka. Keira sesekali melirik Daffin, Daffin bahkan tidak menoleh sedikit pun ke arahnya. Keira menjadi sangat sedih dengan perubahan sikap Daffin.

Selama empat jam berturut-turut mereka terus belajar tanpa istirahat. Bu guru meminta agar mereka istirahat, namun keduanya menolaknya dengan alasan hari perlombaan tinggal hari esok. Keira sepertinya sudah sangat lelah, tetapi ia menyembunyikannya agar tidak menganggu latihan mereka.

Saat Keira hendak berdiri, tubuhnya sudah tidak kuat menahannya. Akhirnya Keira jatuh pingsan dengan muka yang sedikit pucat. Daffin yang melihat Keira pingsan langsung berlari menghampirinya. Daffin mencoba membangunkan Keira, namun Keira masih memejamkan matanya.

"Kita bawa ke UKS saja," ucap Bu guru yang juga khawatir dengan keadaan Keira. Daffin menggangguk, ia menggendong Keira dan berlari menuju ke UKS.

Daffin membuka pintu ruang UKS dengan kasar membuat seseorang yang berada di dalamnya tersentak. Daffin mencari kasur yang kosong kemudian ia menempatkan Keira di kasur itu. Keira masih belum membuka matanya. Daffin menatap Keira dengan perasaan khawatir. Daffin menyelimuti Keira dengan selimut yang ada di sebelahnya. Perawat yang ada di UKS menghampiri Keira. Ia mulai mengecek keadaan Keira.

"Dia sangat kelelahan. Jangan paksa dia untuk terus melakukan sesuatu. Dia juga butuh istirahat," kata perawat itu kepada guru pembimbing yang mereka selama latihan. Guru itu hanya mengangguk.

"Sepertinya latihan kita sampai di sini dulu. Kamu jagain Keira di sini ya." Bu Guru meninggalkan mereka berdua. Daffin duduk di sebelah ranjang Keira, melihat wajah Keira yang sedikit pucat ia semakin merasa bersalah. Ia menyesal telah mengabaikan Keira tadi. Seharusnya aku tidak mengabaikannya tadi.

📕📗📘

Della dan Salva yang mengetahui Keira pingsan, langsung berlari menuju ke UKS. Mereka melihat Keira yang masih terbaring lemas. Dari tadi Keira belum juga membuka matanya. Daffin masih menunggu di samping ranjang. Della dan Salva sedih melihat Keira yang terbaring lemas seperti itu. Mereka berdua menatap Keira sendu.

Tak lama kemudian Keira mulai membuka matanya. Ia mengamati sekelilingnya. Keira langsung mendudukkan dirinya. Ia melihat Della dan Salva yang ada di sebelah kirinya.

"Kalian ada di sini?"

"Aah syukurlah kau sudah sadar Keira. Kami sangat khawatir lho." Keira tersenyum menyadari ada yang masih mengkhawatirkannya.

Keira menoleh ke sebelah kanannya, ada Daffin di sebelahnya. Ia bisa melihat tatapan kekhawatiran di mata Daffin. Mereka berdua hanya menatap tanpa mengatakan apa-apa.

Della kemudian memberi isyarat kepada Salva agar segera meninggalkan mereka berdua. Salva hanya menggangguk.

"Keira kami pergi dulu ya." Keira langsung menoleh ke arah Della. Sebenarnya Keira ingin menahannya agar tidak hanya berdua dengan Daffin. Namun Della dan Salva sudah pergi meninggalkan Keira.

Keira menoleh ke arah Daffin dengan canggung. Ia bingung harus mengatakan apa, namun kemudian Daffin yang memulai pembicaraan.

"Apa kau sudah baik-baik saja?"

"Mmm...lumayan baik." Kemudian tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka. Keduanya terlihat canggung untuk melakukan pembicaraan.

"Ayo kita pulang."

"Hah? Emangnya sekarang jam berapa?"

"Ini sudah saatnya pulang. Kau tadi pingsan terlalu lama." Keira tidak menyadari ia telah pingsan terlalu lama. Keira kemudian turun dari ranjang. Daffin yang berada tak jauh darinya langsung membantu Keira turun dan memapah Keira.

"Aku bisa berjalan sendiri." Keira mencoba melepaskan tangan Daffin yang memegang lengannya.

"Tidak, aku akan membantumu." Keira hanya bengong melihat tingkah Daffin yang berubah-ubah. Tadi jutek sekarang perhatian. Tapi sekarang Keira bersyukur, melihat Daffin yang perhatian dengannya. Diam-diam Keira tersenyum bahagia.

Haii!! Jangan lupa untuk vote dan comment ya^-^

See you~

Started in the Library [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang