Ryushiki Yurai, seorang gadis yang hilang ingatan. Ia yang saat ini terbaring dengan ingatan yang kosong melompong, hanya bisa menatap datar polisi yang ingin mengumpulkan informasi. Pahlawan no.2 a.k.a Endeavor datang. Hanya ia yang bisa dihubungi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jaa, ikou ka?"
'Aku memang bilang begitu, tapi tak kusangka aku harus terjebak dulu disini'
'Kukira aku hanya akan menerima instruksi lewat kertas setelah itu langsung tes. Bukannya malah mendengarkan ocehan burung kakak tua ini!!'
Yurai ber-Internal Screaming segera setelah duduk dan memposisikan dirinya -mencoba- mendengarkan instruksi yang lebih seperti teriakan antusias berlebihan dari seorang pria yang mungkin seorang Pro Hero.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yang menyedihkan adalah, tidak ada yang menanggapinya dengan ceria. Seperti kali ini
"Kalau begitu akan kutunjukkan pada kalian susunan ujian praktiknya! Are you ready?"
"Yey!"
Tak ada jawaban dari peserta. Diam Membisu. Bahkan suara jangkrik yang biasanya berbunyi saat seperti itu pun tidak terdengar. Kasihan sekali Pro Hero itu terkacangi.
Bukan hanya itu, tidak jauh dari tempatnya berada, kira-kira 5 meter, terdapat seorang anak berambut hijau yang berbinar-binar ketika menatap Pria yang disebutnya Burung Kakak Tua.
"Itu adalah Voice Hero, Present Mic! Hebat Sekali! Setiap minggu aku mendengarkan siaran radionya. Semua pengajar di Yuuei adalah pahlawan profesional!" seru laki-laki itu dengan seruan yang tertahan. Mendapat informasi baru, Yurai kembali berteriak dalam hati,
'Kami-sama, aku mohon padamu jangan sampai aku berada dikelas yang sama dengan si bocah otaku dan diajar oleh guru burung kakak tua itu'
.....atau lebih tepatnya memanjatkan doa. Meskipun kita semua tahu itu sia-sia, mari kita tutup mata sejenak dan biarkan dia menghadapinya sendiri nanti.
Lelah dengan banyaknya suara berisik yang diterima indera pendengar bahkan sebelum ujian praktik dimulai membuatnya memutuskan untuk tidur sejenak. Memposisikan lengannya sedemikian rupa agar nyaman digunakan sebagai bantalan. Baru saja terlelap tidur selama 5 menit. Sebuah suara kembali mengagetkannya.
"-ditambah lagi, kau! Bocah berambut keriting yang disitu! Sejak tadi kau mengoceh sendiri. Mengganggu saja!" Yurai hampir menyeletuk jika saja laki-laki berseragam blazer itu tidak meneruskan kalimatnya.