Chapter 5 : New Life, Fresh Past 「2」

897 133 7
                                    


Sebelumnya__

FLASHBACK-----------
[10 Tahun yang lalu]

"Doushita,Yurai? Cepat lakukan." Ucapan dingin itu terlontar. Membuat gadis kecil polos itu semakin bergetar hebat. Ia menatap tubuh ayahnya. Lalu pada dada dengan pisau yang tertancap disana dengan darah yang tidak berhenti menetes perlahan.

"Ta-tapi, dia sudah kesakitan, Shigaraki-san." Ia mencicit pelan. Seketika amarah menguasai tubuhnya mendengar suara Yurai yang kini membulatkan mata sambil menatap satu persatu tetes darah ayahnya menodai lantai.

"Cepat bunuh dia, Yurai!"

"Apakah kau ingin tidur disana lagi?" ancamnya

Yurai tersentak. Ia membuka bibirnya yang bergetar, kemudian mengatupkannya lagi. Ia berdiri, kemudian menggelengkan kepalanya.

"Bagus, kalau begitu cepat lakukan!"

Pelan tapi pasti, Yurai mengambil langkah kedepan. Menarik pisau yang masih menancap di dada sang ayah. Ia menatap lurus kedepan. Pandangannya kosong.

"Apakah kau ingin tidur disana lagi?"

Kalimat itu terus terngiang dikepalanya. Gambaran tentang ruangan berdebu tanpa penerangan yang hanya memiliki satu ranjang merasuki kepalanya. Jangan lupakan suara jeritan korban yang ditangkap oleh pria yang saat ini memilikinya, setiap malam menjadi lagu pengantar tidur. Ia menggenggam pisau erat-erat. Ia sudah cukup sering tidur disana. Lebih tepatnya mencoba untuk tidur. Masih cukup jelas diingatannya, bagaimana ia, meringkuk,menutup telinga erat-erat dengan tangan mungilnya, mencoba menghalau suara-suara kesakitan dengan nada tinggi masuk kedalam kepalanya.

Namun, ia masih bisa mendengarnya, bahkan membayangkannya dengan jelas, bagaimana mereka mengalami semua penyiksaan yang tidak manusiawi sebelum mati. Saat suara jeritan mereka menghilang, ia bisa membayangkannya, bagaimana nyawa mereka, seolah-olah ditarik perlahan dari raga. Begitu pelan,tapi itulah yang membuat mereka tersiksa. Ia bisa membayangkan dengan jelas, bagaimana seuntai benang kehidupan yang tadinya masih menggantung tak kasat mata, putus.

Saat itulah, ia kembali mencoba tidur. Mencoba melupakan kenyataan bahwa dibalik tembok yang berhadapan dengan punggungnya, tergeletak tubuh-tubuh yang meregang nyawa dengan cara yang berbeda-beda. Satu yang dapat ia pastikan, mereka pasti berteriak dan memohon sebelum menemui ajalnya.

Pisau masih berada ditangannya, tapi tubuh nya sudah berhenti bergetar. Jika ia tidak ingin tidur ditempat busuk itu, maka ia harus melakukan apa yang harus dilakukan. Yaitu, membunuh pria yang saat ini berada didepannya. Membunuh Ayah nya. Gadis itu mengambil ancang-ancang.

'Aku harus melakukannya'

Ia mulai berlari menerjang kedepan

'Harus'

Pisau terangkat ke depan

'Tapi apakah ini yang terbaik?'

Jarak mereka semakin menipis

'Ini yang harus kulakukan. Lagi pula, dari awal ini salah Ayah'

Pisau mulai menembus tepat di dada. Pria dibelakangnya menyeringai.

'Ayah'

Dimatanya, darah Sang Ayah menetes dalam gerakan slow motion. Sebagian mengalir melalui gagang pisau hingga sampai pada tangan mungilnya. Menodai tangan putih milik seorang gadis yang seharusnya masih bermain dan menikmati masa kecil. Meskipun pada kenyataannya tidak jauh berbeda. Ia tetap bisa bermain-main. Bermain dengan nyawa orang.

Start & Finish Line [BnHA × OC] •ON HOLD•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang