Chapter 10 : Being a Todoroki

617 114 9
                                    

Setelah menceritakan semuanya, bohong namanya jika Yurai bisa langsung tertidur lelap.

Benaknya dipenuhi dengan kemungkinan yang akan terjadi padanya kedepannya. Semuanya masih belum pasti. Entah kenapa, disuruh menunggu seperti ini makin membuatnya tidak nyaman.

Dari semua orang, Endeavor lah yang ia beri tahu. Lucu sekali. Ia memberi tahu mengenai masalahnya kepada orang yang bahkan memiliki masalah yang sama.

Yurai menatap langit-langit kamar. Ia kan tidak punya siapa-siapa yang bisa ia ajak bicara. Ia menghembuskan napas lelah. Berhasil mengeluarkan apa yang mengganjal pikirannya selama ini adalah tujuan utamanya, dan itu pun sudah terpenuhi.

Memejamkan mata dengan niat untuk tidur, kepalanya malah semakin penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang dengan lancangnya menghampiri.

Tangan kanannya menggapai mengambil ponsel. Menghidupkannya dan melihat waktu yang tertera di layar. Tiga jam lagi hari berganti. Sebelas jam lagi sampai waktu yang kemungkinan besar menjadi titik dimana kehidupannya akan berubah.

Karena berbaring saja tidak membuahkan hasil, Yurai bangun dari posisi berbaring. Keluar kamar dan pergi kemana saja asalkan bisa membuat waktu berjalan lebih cepat serta masih dalam wilayah kediaman Todoroki tentunya.

Kaki jenjangnya membawanya ke salah satu washitsu sedang tangannya bergerak membuka fusuma. Membuatnya berhadapan langsung dengan taman berpohon satu yang berada tepat di tengah-tengah rumah bergaya jepang tradisional itu.

Kakinya yang sebelumnya beralaskan sandal, sekarang mulai menapak tanah secara langsung. Kepalanya mendongak. Menatap langit malam yang berhiaskan bintang. Berkelap-kelip menggantikan tugas bulan yang sedang bersembunyi di balik awan.

Selama beberapa menit, Yurai hanya menatap langit malam dalam diam. Hingga akhirnya ia melakukan kebiasaan yang selalu dilakukannya setiap malam sejak satu bulan yang lalu. Latihan.

Sebelumnya, ketika terbangun pada malam hari, ia hanya akan pergi minum kemudian kembali lagi ke kamar untuk tidur. Semenjak ingatannya kembali, ia selalu latihan tiap kali terbangun. Yurai tahu bahwa penyebab ia selalu terbangun tengah malam karena kebiasaannya dulu.

Selama menjadi villain, anak itu selalu beraksi di malam hari dan sebelum itu, ia selalu berlatih dengan keras. Akibat dari pelatihan keras yang diberikan oleh All For One, Yurai tidak bisa meninggalkan latihan.

Latihan menjadi satu-satunya kegiatan yang bisa dinikmatinya saat itu. Terkadang, ia melakukan latihan juga untuk mengalihkan pikiran sekaligus mengistirahatkan otaknya.

Namun kali ini lain. Yurai menggerakkan tubuhnya tapi di sisi lain benaknya masih memikirkan perkara tadi. Hanya saja sekarang menjadi lebih fokus pada satu pertanyaan saja.

Detik demi detik berlalu, berganti dengan menit. Menit berganti jam. Tidak terasa, ia sudah dua jam penuh menggerakkan tubuh.

Yurai memutuskan untuk berhenti. Melihat sekali lagi langit malam bertabur bintang yang selalu menemaninya ketika berlatih malam. Menatap sejenak pohon yang berdiri kokoh ditengah-tengah, baru kemudian beranjak masuk ke dalam rumah.

Setelah menggeser pintu, Yurai mendengar langkah kaki menuju dapur yang mana searah dengan ruang tempatnya berada saat ini. Sudah tiga bulan lebih ia tinggal di sini, memudahkannya mengetahui dimana penghuni lain berhenti hanya dengan mendengar langkah kakinya saja. Bahkan, ia bisa membedakan tiap langkah kaki dan mengetahui pemiliknya.

Seperti kali ini, ia bisa menebak siapa pemilik langkah kaki yang terdengar berat itu. Benar saja, ketika Sang pemilik langkah melewati ruangan dengan Yurai di dalamnya, tampaklah tubuh tinggi besar.

Start & Finish Line [BnHA × OC] •ON HOLD•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang