16. Basket

524 53 0
                                    

Selain Bumi berbakat di bidang musik, laki-laki itu juga berbakat di bidang olahraga. Seperti saat ini, Bumi tengah bermain basket bersama dengan anggota inti Vernoz . Tak lupa juga, Bulan yang dengan setia menunggu Bumi selesai bermain.

Bulan mengeluarkan benda pipih dari dalam saku, berniat mempotret Bumi yang tengah asik bermain. Setelah selesai mempotret, gadis itu memperbesar gambarnya terutama di bagian wajah Bumi.

Beberapa saat kemudian, Bumi dan anggota inti Vernoz telah selesai bermain. Dengan napas yang tersenggal-senggal, mereka berjalan ke pinggir lapangan berniat untuk beristirahat.

Bulan menyodorkan sebotol air mineral saat Bumi sudah duduk di sebelahnya. Namun sayangnya, botol tersebut tidak diterima baik oleh Bumi. Laki-laki itu justru mengambil botol minum Bulan, dan meminumnya.

Bulan yang melihat kejadian itu lantas membulatkan kedua matanya terkejut. "Bumi ngapain minum botol itu?" tanya Bulan.

"Kenapa?" Bumi kembali bertanya.

"Itu 'kan air Bulan."

"Emangnya kenapa kalau itu air lo?" Bumi menaikkan salah satu alis. "Gak ikhlas kasih minuman lo ke gue?"

Bulan menggelengkan kepalanya cepat. "Bukan gitu maksud Bulan."

"Terus?"

"Kata orang-orang, kalau kita minum air bekas lawan jenis, tandanya kita udah ciuman secara tidak langsung."

Bumi tertawa receh mendengar penuturan Bulan. Ucapan gadis itu terdengar sangat tidak masuk akal baginya. "Terus lo percaya sama hal gituan?" tanyanya terdengar begitu mengejek.

"Ih..." Bulan mengeram kesal. Gadis itu memukul lengan Bumi berniat ingin membalas dendam. "Bumi kok malah ketawa, sih? Gak lucu tau!"

"Lagian lo percaya sama yang gituan."

Bulan semakin dibuat kesal oleh ucapan Bumi. Gadis itu memandang Bumi dengan tatapan sinis diiringi bibir yang ia cemburutkan. "Bumi kok gitu sih sama Bulan?"

"Emangnya lo mau gue gimana sama lo?"

"Harusnya Bumi jangan ledekin Bulan. Bulan gak suka tau!"

Bumi tertawa kecil. Tingkah laku Bulan terlihat sangat mengemaskan di matanya. Merasa sudah tidak tahan lagi, laki-laki itu memilih untuk mengalah. "Yaudah, gue minta maaf."

"Emang kesalahan Bumi apa?"

"Gue udah ketawain lo."

"Terus?"

"Gue udah ledekin lo."

Bulan tersenyum penuh kemenangan mendengar perminta maafan Bumi. "Iya, Bulan maafin. Tapi awas aja kalau sampai Bumi ngatain Bulan lagi. Bulan gigit tangan Bumi," ucap Bulan mengancam.

Bumi yang mendengar ancaman dari Bulan menjitak kening gadis itu. "Berani lo gigit gue?"

Bulan mengelus jidatnya yang terasa sakit. "Sakit Bumi."

"Siapa suruh lo berani gigit gue."

"Ya udah, Bulan gak jadi gigit, deh. Bumi serem." Bulan bergedik ngeri.

Bumi hanya menanggapi Bumi dengan senyuman kecil. Laki-laki itu kembali mengambil botol Bulan untuk diminum. Namun sebelum meninumnya, ia sedikit melirik ke arah kekasihnya yang ingin berbicara tetapi terlihat takut. "Kenapa? Mau protes lagi?"

Bulan langsung menggelengkan kepalanya cepat. "Gak! Bulan gak berani."

"Terus tadi lo ngapain lihatin gue?"

"Bulan gak lihatin Bumi, kok." Bulan beralasan.

"Alasan."

"Benaran Bumi. Bulan gak bohong." Bulan berusaha membela diri.

Bulan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang