20. Restu

565 45 0
                                    

Bulan dibantu oleh Arsen membopong Bumi masuk ke dalam rumahnya. Gadis itu sengaja menyuruh Bumi untuk tidur terlebih dahulu di dalam mobil dengan alasan supaya Bumi bisa merasa lebih tenang

"Ya ampun, Bulan. Kamu bawa anak siapa malam-malam ke sini? Apalagi dia cowok, apa kata tetangga kita nanti." Rena terkejut melihat kehadiran Bumi dan Arsen.

"Nanti Bulan jelasin, Ma." Bulan membawa Bumi masuk ke dalam kamarnya. Setelah tiba di dalam kamar, ia membaringkan tubuhnya di atas kasur.

"Tugas gue udah selesai. Gue pulang dulu, ya. Dijaga cowoknya." Arsen berpamitan pada Bulan.

Bulan mengangguk. "Makasih, Arsen. Maaf ngerepotin malam-malam."

"Apa sih yang gak buat lo?"

Bulan tertawa kecil.

"Balik, ya?"

Bulan mengangguk.

Setelah mendapat anggukan kecil dari Bulan, Arsen segera keluar dari kamar Bulan. Ia juga sempat berpamitan pada Rena untuk berpamitan. Mau bagaimana pun Arsen harus sopan dengan orang yang lebih tua. Apa lagi wanita paruh baya tersebut merupakan ibu Bulan.

Bulan tersenyum kecil ketika memandangi wajah Bumi yang terlihat begitu menawan. Kulitnya yang putih dengan hidung mancung yang tertancap kuat. Bibir ranum yang membuatnya semakin terlihat tampan.

Rena membuka pintu kamar Bulan. "Bulan," panggil Rena pelan.

Bulan menoleh. "Iya, Ma?"

"Sini, mama mau bicara sama kamu."

Bulan mengangguk. "Iya, Ma. Tunggu Bulan sebentar."

Rena mengiyakan. Ia segera menutup kembali pintu kamar Bulan, kemudian wanita itu duduk di atas sofa.

Bulan keluar dari kamarnya. Gadis itu ikut mendaratkan bokong di sofa, tepatnya di sebelah Rena. "Kenapa, Ma?"

"Sekarang kamu bisa jelaskan sama mama apa yang terjadi? Tadi itu siapa? Kenapa kamu ajak ke rumah kita?"

"Dia Bumi, Ma. Pacar Bulan."

"Hah?" Rena terkejut bukan main. Kedua matanya pun sudah membulat sempurna karena tau anaknya sudah memiliki pasangan. "Kamu udah pacaran? Sejak kapan?"

Bulan mengangguk. "Iya, Ma. Bulan sama Bumi baru pacaran akhir-akhir ini."

"Kamu kenapa bisa pacaran sama dia?"

"Dia bantuin Bulan pas Bulan lagi digangguin ama anak-anak nakal di sekolah. Jadi Bulan bisa dekat sama Bumi, dan kita memutuskan untuk pacaran."

"Kamu di gangguin di sekolah, sayang?" Rena terlihat khawatir. Bulan tidak pernah menceritakan masalah yang dialaminya di sekolah pada Rena. Ia tidak mau sampai Rena khawatir padanya.

Bulan menggeleng. "Gak, Ma. Cuma main-main aja kok, Ma. Biasanya anak muda," ucapnya diakhiri kekehan ringan.

"Kamu benaran nggak papa?"

Bulan mengangguk menyakinkan. "Iya, Ma. Mama tenang aja. Bulan nggak papa, kok."

Rena bernapas lega. "Syukurlah. Tapi kalau ada yang berani gangguin kamu, langsung kasih tau mama. Biar mama marahin mereka."

Bulan tertawa kecil. "Mama tenang aja. Sekarang Bulan udah dijagain sama Bumi. Kalau ada yang gangguin Bulan, langsung disikat sama Bumi. Apalagi dia anak pemilik sekolah dan ketua geng, gak ada yang berani sama Bumi."

Rena menghela napasnya sebentar. "Maaf, Bulan. Tapi mama kurang setuju dengan hubungan kamu dengan Bumi. Mama rasa dia anak gak benar."

"Ma, Bumi itu anak baik-baik." Bulan berusaha membela Bumi.

Bulan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang