Berhubung hari ini adalah hari libur, Bulan ingin mengajak Bumi untuk pergi kencan bersama. Sudah lama sekali mereka tidak menghabiskan waktunya berduaan. Dan hari ini Bulan pastikan ia akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin.
Saat ini, mereka tengah berada di sebuah bazar yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Bumi. Di sana, terdapat berbagai orang yang mendagangkan berbagai macam jualan. Mulai dari makanan dan minuman, dan juga berbagai macam pernak-pernik dengan corak yang berbeda. Selain itu juga terdapat berbagai banyak permainan di sana.
Ekor mata Bulan tertuju pada sebuah mesin pencapit boneka yang terletak di tengah-tengah bazar. Melihat hal itu, Bulan langsung menarik Bumi menuju ke sana. Sedangkan Bumi, ia hanya pasrah mengikuti kekasihnya.
"Bumi, Moon mau boneka yang itu." Bulan menunjuk salah satu boneka berwarna pink yang terdapat di sudut sebelah kiri mesin.
Bumi mengangguk mengerti. "Serahin sama aku," balas Bumi terdengar begitu percaya diri akan mendapatkannya.
Bumi memasukkan satu coin seribuan ke dalam mesin. Setelah itu, ia menggeser alat pencapit menuju boneka yang dituju Bulan. Merasa sudah pas, Bumi menekan tombol yang terdapat pada mesin.
Bulan memperhatikan lamat-lamat saat Bumi bermain. Matanya menatap berharap ke arah pencapit. Gadis itu ingin sekali mendapatkan boneka itu. Namun, seperti keberuntungan tidak sedang memihak padanya. Pencapit itu tidak berhasil menangkap boneka. "Yah..." Kedua bahu Bulan merosot.
"Tadi aku cuma pemanasan doang. Pasti yang kali ini bisa."
Bumi kembali memasukkan coin seribuan, dan bermain. Dua kali, tiga kali, empat kali, semuanya gagal. Namun hal itu tidak mematahkan semangatnya dalam mendapatkan boneka untuk Bulan.
Bulan terlihat menahan tawa sejak tadi. Bumi yang terlihat yakin bisa mendapatkan boneka tersebut, ternyata hanya bualan belakang. Laki-laki itu tidak pandai di bidang ini.
"Bumi, udah. Jangan main lagi," ujar Bulan memberitahu.
"Tapi aku belum dapetin bonekanya."
"Moon nggak papa gak dapat boneka. Ayok kita main yang lain aja." Bulan menarik pergelangan tangan Bumi, berniat mengajak laki-laki itu untuk segera pergi dari sini.
"Sekali lagi. Pasti kali ini dapat."
Bulan mengangguk pasrah. Lagi pula tidak ada salahnya jika ia harus menunggu Bumi sebentar lagi.
Bumi mulai bermain serius. Setiap gerak-geriknya ia lakukan dengan hati-hati. Dan tepat pada saat Bumi menekan tombol, dirinya berhasil mendapat boneka yang diinginkan Bulan.
Bumi langsung mengambil setelah boneka tersebut keluar dari mesin capit. Setelah itu, ia serahkan pada Bulan.
Bulan bersorak riang penuh kegembiraan. Gadis itu mengambil boneka tersebut dari tangan Bumi kemudian memelukannya erat-erat. "Makasih Bumi. Bumi jago banget tadi."
Bumi tersenyum. "Kamu suka, kan?"
"Moon suka banget." Bulan bersikap excited.
Bumi mengelus puncak kepala Bulan. "Mau es krim?"
Mendengar kata es krim, Bulan langsung mengangguk kepalanya semangat. "Mau, mau banget."
"Kamu tunggu di sini aja, ya. Aku beli es krim dulu." Bumi pergi membeli es krim setelah mendapatkan persetujuan dari Bulan. Kebetulan jarak dari mesin pencapit boneka dengan stand es krim tidaklah jauh. Jaraknya hanya sekitar dua kios saja sehingga Bulan masih bisa melihat dengan jelas kekasihnya.
Bulan menatap Bumi yang tengah membeli es krim dengan tatapan sayu. Tanpa gadis itu sadari, air mata yang awalnya hanya mengenang di pelupuk mata kini mengalir bebas. Buru-buru, ia menghapus air mata tersebut sebelum Bumi melihatnya. Bulan gak boleh nangis! Ini kencan terakhir Bulan sama Bumi. Bulan harus manfaatin kesempatan ini baik-baik. Batin Bulan menguatkan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan (END)
Teen FictionBulan Andhara. Dirinya terpaksa mengakhiri hubungan dengan Bumi yang bernotabene sebagai pacarnya. Bumi secara tidak sadar membuat hidup Bulan hancur. Hingga suatu hari, sesuatu hal mengejutkan terungkap. Bulan mendapatkan sebuah informasi bahwa bu...