42. Penyusup?

294 44 24
                                    

Bulan langsung menjadi sorotan satu sekolah begitu tiba di sekolah. Begitu banyak orang yang menatapnya dengan tatapan bertanya. Berita tentang hubungan Bumi dan Bulan yang sudah berbalikan telah menyebar luas ke seluruh penjuru sekolah. Gosip-gosip mulai bertebaran di mana-mana. Ada yang bergosip mereka berbaikan karena masih saling mencintai. Ada juga yang bergosip bahwa itu hanya akal-akalan Bulan agar menjadi sorotan publik. Bahkan ada yang bergosip bahwa Bulan mengirim pelet agar Bumi jatuh cinta padanya.

Bulan menghela napasnya sabar. Ia paling tidak suka jika harus menjadi sorotan publik. Meskipun dirinya tidak tau alasan mengapa dirikan dijadikan sorotan publik.

Tak mau ambil pusing, Bulan memilih untuk mengabaikan gosip-gosip tersebut. Ia mulai melangkahkan kaki menuju ke kelas. Begitu tiba di tempat tujuan, Vina seakan menyambut dirinya dengan sebuah pertanyaan. "Bulan, lo udah balikan sama Kak Bumi?" tanya Vina saat melihat Bulan.

Bulan terdiam sejenak. Ternyata ini alasan yang menjadikannya sebagai sorotan publik. "Iya," balas Bulan terpaksa jujur. Tidak mungkin juga ia menyanggal yang memang benar faktanya. Jika Bulan menyanggal dan Bumi tahu, bisa-bisa dirinya akan mendapatkan masalah.

Vina melotot tidak percaya. "Lo beneran balikan?"

"Iya, Vina."

"Congrats, ya, Lan." Vina tersenyum bahagia.

Bulan tersipu malu. "Makasih Vina."

Bulan terdiam beberapa detik. Sebuah pertanyaan tiba-tiba terlintas di benak Bulan. Dari mana Vina tahu bahwa dirinya sudah berbalikan dengan Bumi? Kemarin Bulan sudah berpesan pada kekasihnya untuk tidak menyebarkan berita ini ke sekolah. "Vina tau dari mana?"

"Lo gak lihat mading?"

"Mading?" Bulan mengerutkan dahinya bingung.

Vina mengangguk. "Berita soal lo balikan sama Bumi ada di mading."

Bulan melebarkan bola matanya kaget. Tanpa berpikir panjang lagi, gadis itu segera berlari menuju mading untuk melihat berita tersebut. Begitu tiba, ia langsung menerebos masuk ke dalam kerumuman dengan cara menyentak siapa pun yang menghalangi jalannya.

Bulan mulai merobek berita mengenai dirinya dengan Bumi. Sungguh, ia sangat ingin merutuki siapa pun yang menyebar berita ini.

"Bulan, lo beneran balikan sama Kak Bumi?" tanya Keisya, salah satu teman sekelas Bulan.

Bulan tidak menjawab. Ia memilih untuk diam saja.

"Kalau di tanya, jawab! Jangan diam aja! Bisu lo?!" Keisya berteriak cukup keras.

Bulan mengatur pernapasannya mencoba menahan emosinya. Ia terlalu malas melawan karena sadar akan berakhir di ruang BK. Lebih baik ia mengalah saja.

"Palingan juga pakai pelet."

Tuduhan yang mengarah padanya membuat Bulan merasa kesal. Gadis itu menatap datar ke lawan bicarannya. "Bulan rasa gak perlu Bulan jawab pertanyaan Keisya. Satu hal yang harus Keisya tau, Bulan gak pernah pakai pelet."

"Dih, pakai ngelak! Kalau ketahuan, ya ngaku aja. Lo pakai pelet, kan? Ngaku lo!"

Bumi yang baru saja tiba di sekolah tidak sengaja melihat Bulan di tengah-tengah kerumuman segera menghampiri kekasihnya. "Moon, lo ngapain di sini?"

"Ini, Bumi. Ada orang yang sebarin kalau kita berdua balikan. Ada yang gak terima, dan Moon di tuduh pakai pelet." Bulan menceritakan semuanya pada Bumi.

"Siapa yang bilang? Kasih tau gue."

"Dia." Bulan menunjuk ke arah Keisya.

Bumi menoleh ke siswi yang Bulan maksud. "Lo yang ngatain cewek gue?" ucapnya kemudian menaikkan salah satu alis. "Pasang kuping lo baik-baik. Cewek gue cewek baik-baik, gak pakai yang begituan. Sekali lagi gue dengar lo usik cewek gue, habis lo sama gue."

Bulan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang