Bulan langsung terlihat heboh setelah pupil matanya berhasil menangkap sosok Bumi yang berada di depan pintu markas. Tanpa berpikir panjang lagi, gadis itu segera berlari kencang menghampiri Bumi dan langsung memeluk lelaki di hadapannya.
"Bumi lama banget, sih. Bulan sampai bosen tau," gerutu Bulan kesal. Tadi Bumi sempat berpamitan kepada Bulan untuk pergi sebentar bersama Arsen. Bulan yang di tinggal bersama Elbert pun merasa bosan.
Bumi tertawa melihat tingkah lucu Bulan. Ia mengacak gemas rambut kekasihnya. "Kan ada Elbert, kenapa gak mau main sama Elbert?"
Bulan melirik sekilas ke arah Elbert. "Elbert gak seru. Dia sibuk, main HP terus," balas Bulan sedikit mengeras suaranya. Gadis itu sengaja melakukan hal itu agar laki-laki yang di targertkan mendengar dan merasa tersindir.
Elbert yang merasa tersindir pun menoleh ke arah Bulan dan Bumi. "Lo gak kasih tau gue lo bosen, gue mana tau," ucap Elbert tidak mau kalah. Enak saja disalahkan se-enak jidat oleh Bulan.
"Kan seharusnya Elbert peka. Elbert punya banyak cewek, masa gini aja gak tau."
"Lo bukan cewek gue, ngapain gue ngertiin lo? Sono, minta cowok lo aja."
Bulan yang merasa kalah debat langsung mengeluarkan jurus andalannya, yaitu mengadu pada Bumi. "Bumi, Elbert nakal. Omelin," rengek Bulan seperti anak kecil.
"Gak usah ditanggapi."
"Mampus, gak dibelain sama cowoknya."Elbert tertawa meledek.
Bulan menghentakkan kakinya kesal. "Bumi, pacar Bumi lagi digangguin. Masa Bumi gak mau bela Bulan?"
"Iya, aku belain," balas Bumi, kemudian mengalihkan pandangannya ke Elbert. "El," sambungnya pada Elbert dengan nada memperingatkan.
Bulan menjulurkan lidahnya. "Wleee. Bumi belain Bulan, gak belain Elbert."
Elbert memutar bola matanya malas. Gini nih kalau udah bucin, pasti teman dilupakan. Emang dasar temen laknat.
"Maaf, ya, Moon. Pasti lo nunggu lama," ujar Bumi pada Bulan.
Bulan mengeryitkan dahinya bingung lantaran panggilan tersebut terkesan asing baginya. "Kok, Moon? Nama Bulan, kan, Bulan. Bukan Moon."
"Gue tau nama lo Bulan."
"Kalau tau kenapa panggil Bulan Moon? Jangan-jangan Bumi selingkuh, ya?" Bulan memicingkan kedua matanya, menatap curiga ke arah Bumi.
"Ya, gak mungkinlah. Aku mana mungkin selingkuhin perempuan sesempurna kamu."
"Kalau begitu kenapa panggilnya Moon?"
Bumi menangkup wajah Bulan dengan mengunakan tangannya. Kedua mata menatap tulus ke arah gadis di hadapannya. "Soalnya nama Moon itu spesial."
"Spesial?" Bulan mengeryitkan alisnya bingung.
"Iya, spesial. Sama kayak orangnya, spesial. Walaupun terkesan sederhana, hanya bahasa inggris dari kata bulan, tapi terdengar spesial karena cuma gue doang yang boleh panggil lo Moon."
Senyuman manis terukir jelas di bibir Bulan. Dari senyumannya saja, sudah tau bahwa gadis itu sangat menyukai nama yang baru saja diberikan Bumi khusus untuknya.
"Suka?" Bumi bertanya.
Bulan mengangguk cepat. "Moon suka banget," balas Bulan excited.
"Bagus, deh, kalau lo suka."
Ekor mata Bulan tak sengaja menemukan tempat asbak rokok di sudut ruangan. Tanpa lama-lama lagi, gadis itu langsung menggunakan kedua kakinya untuk berjalan ke sudut ruangan. Begitu sudah melihat tempat asbak rokok, ia langsung tau siapa pemiliknya. Siapa lagi kalau bukan Bumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan (END)
Teen FictionBulan Andhara. Dirinya terpaksa mengakhiri hubungan dengan Bumi yang bernotabene sebagai pacarnya. Bumi secara tidak sadar membuat hidup Bulan hancur. Hingga suatu hari, sesuatu hal mengejutkan terungkap. Bulan mendapatkan sebuah informasi bahwa bu...