Bumi mengajak Bulan ke minimarket terdekat untuk membeli sekantong besar permen karet. Dilansir dari google, permen karet sangat membantu seseorang untuk membantu menghilangkan kebiasaannya dalam merokok. Jika memiliki keinginan untuk merokok, maka bisa mengalihkannya dengan cara mengunyah permen karet.
Bumi berhenti melangkah, kemudian membalikkan badan untuk menatap Bulan yang ada di belakangnya. "Mau es krim, gak?" tanya Bumi.
Bulan langsung menganggukkan kepalanya semangat. "Mau," balasnya excited.
"Ambil."
"Bulan boleh ambil lebih dari satu es krim lebih?" Bulan bertanya.
Bumi mengangguk sebagai jawaban.
Bulan tersenyum bahagia. Tanpa basa-basi lagi, ia langsung mengambil lima bungkus es krim sekaligus. Bumi yang melihat kelakukan Bulan hanya bisa menggelengkan kepala. Kekasihnya ini sangat mencintai es krim.
"Makasih, Bumi." Bulan menampakkan senyuman manis ke arah Bumi hingga goresan matanya hampir tidak terlihat.
Bumi kembali mengangguk. Mereka berdua langsung pergi menuju ke kasir untuk membayar. Setelah selesai membayar, pasangan ini kembali ke kantin.
"Wah.... Rejeki noplok, nih. Lumayan ada es krim, buat ganjal cacing-cacing di perut gue yang udah joget-joget minta makan." Elbert merebut es krim dari tangan Bulan. Kedua matanya sudah menampakkan tatapan berbinar. "Makasih, Bulan. Lo tau aja gue lagi laper."
Bulan melotot. Ia langsung merebut kembali es krimnya dari tangan Elbert. Enak saja es krim yang dibelikan Bumi untuknya direbut oleh orang lain. Apalagi Bumi adalah orang yang spesial di hidup Bulan. "Enak aja. Es krim ini bukan punya Elbert, tapi punya Bulan."
Elbert melongo tidak percaya. Baru kali ini ia menemukan seorang pecinta es krim akut. Apalagi sampai memakan lima bungkus es krim di waktu yang hampir sama.
"Lo beneran bisa habisin semuanya, Lan?" tanya Elbert memastikan.
Bulan mengangguk.
"Lo gak takut diabetes, Lan?" Arsen bertanya. "Es krim 'kan manis banget."
Bulan mengigit bibir bawahnya. "Sebenarnya Bulan takut. Tapi apa boleh buat, Bulan suka banget sama es krim."
🌙🌙🌙
Sepulang dari sekolah, Bulan mendapati Rena tengah menangis. Gadis itu langsung menghampiri Rena lalu memeluknya dari belakang. "Mama kenapa?" tanya Bulan.
Rena langsung menghapus air mata begitu dirinya dipeluk oleh Bulan dari belakang. Wanita itu menggelengkan kepalanya pelan. "Mama gak papa, kok, sayang," ucap Rena berbohong kemudian tersenyum sekilas.
"Mama jangan bohong sama Bulan."
"Mama nggak papa, Bulan. Tadi mama cuma kelilipan."
"Ma... cerita dong sama Bulan. Bulan 'kan anak mama." Bulan berusaha membujuk berharap Rena ingin menceritakan masalahnya.
Rena tersenyum tipis. Ia menyuruh Bulan untuk duduk di sebelahnya. "Sini, nak. Duduk sama mama. Ada yang mau mama bicarain sama anak kesayangan mama."
Tak mau membantah, Bulan langsung duduk di sebelah Rena. "Kenapa, Ma?"
"Mama mau tanya sama kamu. Kamu kangen gak sama papa?"
Bulan mengangguk. "Iya, Ma. Bulan kangen banget sama papa. Walaupun Bulan gak pernah lihat papa, tapi Bulan tetap kangen," balasnya mengutarakan perasaan. Bulan memang sudah ditinggalkan ayah kandungnya sejak ia masih dalam kandungan Rena. Penyebabnya sendiri Bulan tidak tahu. Rena enggan memberitahu alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan (END)
Teen FictionBulan Andhara. Dirinya terpaksa mengakhiri hubungan dengan Bumi yang bernotabene sebagai pacarnya. Bumi secara tidak sadar membuat hidup Bulan hancur. Hingga suatu hari, sesuatu hal mengejutkan terungkap. Bulan mendapatkan sebuah informasi bahwa bu...