"Bulan, kenapa kamu gak selamatin mama?"
"Bulan, kenapa waktu itu kamu tidur?"
"Bulan, gara-gara kamu, mama jadi meninggal."
"Bulan, kamu anak pembawa sial. Kamu anak tidak berguna."
Bulan terbangun dari tidur dengan keringat yang membasahi tubuhnya setelah mengalami mimpi buruk. Napasnya tersengal-sengal dengan jantung yang berdetak sangat kencang. Semenjak kematian Rena, Bulan sering sekali mengalami mimpi buruk. Hal ini bisa terjadi karena ia selalu dihantui rasa bersalah atas kematian ibunya.
Bulan mencari obat tidur yang berada dalam laci untuk diminum. Setelah menemukan dan mengambilnya, ia menuntungkan satu butir pil obat ke dalam tangannya. Sudah satu bulan terakhir ini Bulan mengonsumsi obat tidur. Kebiasaan barunya ini bisa ada karena gadis itu tidak bisa tertidur. Mimpi buruk itu selalu menghantuinya setiap malam.
Bulan berusaha untuk kembali tidur dengan cara menutup kedua matanya. Namun obat tidur yang ia minum seakan tidak berfungsi. Tidak ada efek yang terjadi dalam tubuhnya.
Bulan menghela napasnya lelah. Gadis itu kembali mengambil kembali obat tidur tersebut untuk menuntungkan satu butir pil. Tetapi pada saat ingin mengambilnya, obat tersebut sudah habis. Hal itu membuat Bulan mendegus kesal. Mengapa obat tidurnya habis disaat keadaan genting seperti ini?
Bulan mengambil boneka es krim pemberian Almarhumah Rena yang berada di sampingnya untuk ia peluk. "Ma, Bulan kangen mama."
Bulan menenggelamkan wajahnya ke dalam boneka tersebut. Bulir bening mulai mengalir membasahi pipinya. "Ma, Bulan minta maaf. Gara-gara Bulan, mama jadi meninggal," ucap Bulan penuh penyesalan.
Bulan mendongakkan kepalanya ke atas, kemudian mengusap wajahnya kasar. Kaki jenjangnya perlahan turun dari atas kasur, kemudian berjalan keluar kamar hingga tiba di kamar Rena.
Bulan tersenyum gentir dengan keadaan kedua mata yang menatap sayu ke arah ruangan di hadapannya. Sorot mata gadis itu menatap sebuah ruangan tanpa penghuni. Bulan mulai berjala mendekati nakas, kemudian mengambil sebuah bingkai foto yang terpajang di atas sana. Foto seorang wanita paruh baya yang tengah mengendong seorang bayi yang masih memakai bendongan bayi. Keduanya terlihat tampak begitu bahagia
Setelah cukup puas menatap bingkai foto tersebut, Bulan meletakkan kembali ke tempat asal dan duduk di tempat tidur Rena yang jaraknya tak jauh. "Ma, udah satu bulan ini sejak mama ninggalin Bulan. Kenapa mama ninggalin Bulan secepat ini? Bulan kangen banget sama mama. Bulan pengen cepet-cepet nyusul mama."
Bulan mengigit bibir bawahnya kuat-kuat. Gadis itu berusaha untuk tetap tegar meskipun sedang tidak baik-baik saja. "Maaf, Bulan gak bisa tepatin janji itu. Bulan gak bahagia di sini. Cuma mama yang bisa buat Bulan bahagia. Tapi kenapa mama tinggalin Bulan sendirian?" ucap Bulan mengeluarkan semua keluh kesah. "Bulan kangen mama."
Bulan menutup kedua matanya dengan air mata yang tidak berhenti mengalir. Beberapa kali gadis itu tertangkap basah ketika merasa sesak di bagian dada karena menahan tangis. Namun hal itu tidak boleh membuatnya lemah begitu saja. Gadis itu harus kuat!
Bulan tersenyum sekilas setelah dirinya mencoba menstabilkan emosi yang menyerang dirinya. Gadis itu bangkit dari tempat tidur, berniat kembali ke kamarnya. Namun, secarik kertas yang terselip diantara buku-buku berhasil mencuri perhatiannya. Bulan segera mengambil kertas tersebut kemudian membacakan isinya.
Bulan...
Semoga ketika kamu lihat surat ini, mama masih ada di samping kamu, ya. Mama sayang banget sama kamu, Bulan. Maafin mama karena gak bisa menjadi ibu yang baik buat kamu.
Dan maafin mama karena mama gak bisa kasih kamu keluarga yang utuh buat kamu. Dari dulu kamu selalu tanya sama mama kenapa papa gak pernah pulang jengukin kita. Sekarang kini sudah saatnya kamu tau semuanya. Mungkin di pikiran kamu, papa udah meninggal. Tapi sebenarnya papa masih hidup, sayang. Bahkan dia ada di dekat kita. Papa diam-diam jagain kita berdua. Papa gak pernah muncul di hadapan kita karena dia punya alasan pribadi. Mama harap kamu bisa mengerti kenapa papa ninggalin kita berdua. Kamu jangan salahin papa, ya. Papa gak salah. Yang salah disini itu mama. Maafin mama ya, sayang? Mama harap kamu bahagia. I love you, Bulan. Anak kebanggan mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan (END)
Teen FictionBulan Andhara. Dirinya terpaksa mengakhiri hubungan dengan Bumi yang bernotabene sebagai pacarnya. Bumi secara tidak sadar membuat hidup Bulan hancur. Hingga suatu hari, sesuatu hal mengejutkan terungkap. Bulan mendapatkan sebuah informasi bahwa bu...