Bel pulang sekolah baru saja berbunyi menandakan para murid sudah boleh pulang ke rumahnya masing-masing. Bulan segera membereskan peralatan sekolahnya, kemudian menenteng ransel dan berjalan keluar kelas.
"Bulan."
Langkah Bulan terhenti ketika mendengar seseorang memanggil dirinya. Ia menoleh ke samping dan mendapati Kenzo berjalan mendekat ke arahnya. "Apa, Kenzo?"
Laki-laki berjersey hitam itu berhenti tepat di hadapan Bulan. "Temenin gue eksul basket yuk," ajak Kenzo.
"Ngapain Bulan temenin Kenzo?" Bulan mengeryitkan dahinya bingung.
"Nggak papa. Temenin aja."
"Kenzo, maaf. Bukannya Bulan gak mau temenin Kenzo main basket, tapi Bulan gak bisa. Bulan mau belajar."
"Yah." Kenzo terdengar sedikit kecewa. Kedua bahunya sedikit merosot ke bawah. "Temenin sekali aja."
Bulan berpikir sejenak. Mungkin memang tidak ada salahnya ia menemani Kenzo sekali. Gadis itu juga merasa kasihan melihat Kenzo yang tengah menatap melas ke arahnya.
Kenzo bersorak kecil sebab Bulan menyetujui ajakannya. Laki-laki itu mengandeng tangan Bulan, membawa gadis itu menuju lapangan. Begitu tiba, Bulan disuruh menunggu di pinggir lapangan.
Bulan menuruti perintah Kenzo. Ia menunggu di pinggir lapangan sembari menyaksikan pertandingan antara Kenzo dan Elbert, melawan Bumi dan Arsen. Namun bukannya fokus pada laki-laki yang mengajaknya ke mari, Bulan justru salah fokus dengan laki-laki berjersey hitam dengan nomor punggung 14 yang menggiring bola melewati area lawan. Dia Bumi Affandar, mantan kekasihnya.
Tanpa Bulan sadari, ia memperhatikan Bumi hingga pertandingan selesai. Hasilnya dimenangkan oleh tim Bumi dan Arsen. Gadis itu langsung tersadar begitu mendengar sorak-sorai yang meneriaki nama Bumi dari bangku penonton.
Bulan berdiri. Ia membalikkan badannya berjalan menuju kantin untuk membeli sebotol minuman. Setelah membelinya, Bulan kembali ke lapangan.
"Beda satu lagi kita bisa menang," ucap Elbert gemas. Pasalnya skor mereka beda tipis, 4-5.
Laki-laki yang tengah menyeka keringatnya dengan handuk kecil, menampilkan wajah ledekan pada Elbert. "Wlee! Gue sama Bumi menang," ejek Arsen menjulurkan lidahnya.
"Beda tipis doang, nggak usah bangga," sinis Elbert.
"Kalau tadi gue gagalin shoot lo, kita pasti seimbang." Kenzo memberitahu Arsen.
Arsen menepuk bahu Kenzo. "Sayangnya sekarang kita nggak seimbang," ucap Arsen dengan kesombongannya.
"Liat aja! Minggu depan gue sama Kenzo bakal ngalahin lo berdua," ucap Elbert dengan semangat membara.
Bumi tersenyum miring. "Silakan."
Perhatian Bumi, Kenzo, Elbert, dan Arsen teralih berkat seorang gadis yang berjalan ke arah mereka. Bulan membawa sebotol minuman di tangannya, menghampiri keempat laki-laki yang tengah asik mengobrol tersebut.
Sebelah sudut bibir Bumi sedikit terangkat ketika melihat Bulan. Ia maju selangkah saat gadis itu hampir tak ada jarak dengannya. Tapi, siapa sangkah, Bulan malah melewatinya. Bumi kira, Bulan ingin menghampiri dirinya.
"Tadi Bulan ke kantin beliin Kenzo minum." Bulan menyerahkan botol yang ia beli pada Kenzo.
Kenzo tersenyum kecil. Laki-laki itu menerima kemudian meminumnya. "Thanks, Lan."
Bumi mengeram kesal. Hidungnya sudah kembang-kepis karena menahan amarah. Laki-laki itu sangat tidak terima Bulan memberikan Kenzo sebotol air minum. Bumi juga mau hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan (END)
Teen FictionBulan Andhara. Dirinya terpaksa mengakhiri hubungan dengan Bumi yang bernotabene sebagai pacarnya. Bumi secara tidak sadar membuat hidup Bulan hancur. Hingga suatu hari, sesuatu hal mengejutkan terungkap. Bulan mendapatkan sebuah informasi bahwa bu...