Epilog

773 54 2
                                    

Kematian. Setiap orang pasti akan mengalami kematian tanpa memandang umur. Hal yang paling dibenci oleh setiap manusia ketika harus kehilangan orang yang disayangi. Begitu pula dengan Bumi Affandar, ia harus mengalami fase ini. Kehidupannya telah usai. Rajanya telah gugur. Pergi meninggalkan ratunya sendirian. Tidur dengan membawakan gelar pahlawan.

Bulan membuka kedua matanya perlahan, dan mendapati dirinya berada di ruangan bernuansa putih. Gadis itu meringis kesakitan sembari memegang kepalanya yang terasa sangat berat dengan pandangan yang terlihat begitu kabur.

"Bulan kenapa bisa ada di sini? Bumi ada di mana?" tanya Bulan sembari mengedarkan pandanganya ke sekitar untuk mencari keberadaan Bumi.

Mereka semua hanya terdiam. Tidak ada yang berani untuk berbicara.

"Bumi di mana? Bulan mau ketemu Bumi." Bulan kembali bertanya.

Mereka semua saling menatap. Bagaimana bisa ia memberitahu Bulan kenyataan pahit ini?

"Kenapa kalian diam aja? Bumi mana? Bulan mau ketemu sama Bumi sekarang."

Richelle berjalan menghampiri Bulan, kemudian mengelus punggung gadis itu berusaha untuk menenangkan. "Lan, lo yang sabar, ya," cicit Richelle pelan.

"Richelle, Bumi mana? Kenapa dia gak ada di sini?"

Helaan napas keluar dari hidung Richelle. "Dia... dia udah gak ada, Lan."

Bulan langsung melempar tatapan tajam ke arah Richelle. "Richelle ngomong apa sih?! Bumi belum meninggal! Richelle gak boleh ngomong sembarang!"

Mata Bulan beralih menatap Arsen yang berada di belakang sebelah Richelle. "Arsen, Bumi di mana? Bulan tau Arsen gak bakal bohongin Bulan. Bumi baik-baik aja, kan? Bumi belum meninggal, kan?"

Arsen menghela napas sebentar. "Yang dikatain Richelle benar, Lan. Bumi udah meninggal."

"Kalian semua kenapa jahat banget sama Bumi?! Bumi salah apa sama kalian?! Kenapa kalian semua sumpahin Bumi meningal?!" Bulan berteriak tidak terima. "Bumi masih ada! Bumi masih hidup! Dia udah janji gak bakal tinggalin Bulan."

"Sekarang Bumi di mana? Bulan mau ketemu Bumi sekarang!" Bulan melepaskan infus di tangannya, bersiap-siap untuk bangkit dari tempat tidurnya.

"Lan, lo mau ke mana?" Richelle berusaha mencegah Bulan dengan cara mencengkram lengan gadis itu.

"Lepasin Bulan, Richelle! Bulan harus cari Bumi! Bulan harus tau kondisi Bumi!" Bulan berusaha untuk memberontak.

"Lo jangan pergi ke mana-mana dulu. Kondisi lo belum membaik."

"Bulan gak peduli! Bulan harus cari Bumi sekarang! Lepasin!" Bulan semakin memberontak. "Bumi ada di mana?"

"Bumi ada di ruang jenazah."

"Bumi belum meninggal, ngapain dia ada di ruang jenazah?"

"Lan..."

"Oh, Bulan tau. Salah satu teman Bumi ada yang meninggal, kan? Minggir." Bulan kembali mencoba melepaskan tangan Richelle dari lengannya. "Pacar Bulan lagi sedih. Bulan harus samperin Bumi. Bulan harus hibur Bumi supaya Bumi gak sedih lagi."

"Lan, bukan teman Bumi yang meninggal, tapi Bumi."

"Gak! Bumi masih hidup!"

"Ikhlasin Bumi, Lan. Bumi udah pergi ninggalin kita."

Bulan menggelengkan kepalanya kuat. Lelehan bening mulai mengalir deras membasahi pipinya. "Gak! Bumi masih ada! Bumi cuma lagi tidur sebentar aja."

"Lan, jangan kayak gini. Kak Bumi kalau lihat lo begini, dia pasti bakal sedih."

Bulan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang