Bab 03

150K 10.7K 253
                                    

Waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam, yang artinya sudah jam kepulangan karyawan. Thania merapikan mejanya, tidak lupa mematikan komputer lalu pergi meninggalkan tempatnya. Ia tidak langsung pulang ke rumah, melainkan pergi ke sebuah toko roti yang sedang buka.

Ia masuk ke dalam toko, menyapa karyawan yang ditemuinya. Beberapa menit kemudian, dirinya telah berganti pakaian dan siap untuk melayani pelanggan. Pagi hari ia bekerja di kantor sedangkan malam harinya ia akan bekerja di toko roti.
Kalian pasti bertanya-tanya kenapa Thania mengambil pekerjaan sampingan, itu semua karena adiknya, Thalia. Adiknya ingin masuk ke jenjang kuliah dan itu membutuhkan banyak biaya, untuk itu ia harus mengumpulkan uang yang banyak supaya bisa mencukupi semua kebutuhan keluarganya, terutama adiknya.

Pada hari-hari biasa Thania akan bekerja dari sepulang kantornya sampai tengah malam dan karena inilah sehingga Thania berhenti bekerja di rumah Daniel. Lelah? Itu pasti, tapi ia tak mau menyerah, ada keluarganya yang harus ia pikirkan.

Di rumah keluarga Daniel sedang melakukan acara makan malam, seharusnya mereka sudah mulai dari jam tujuh tadi tetapi Daniel, selaku tuan rumah melarang anggota keluarganya makan karena menunggu kedatangan Thania untuk makan malam bersama.

"Papa, Gabi mau makan boleh ya?"

"Aku juga udah lapar, om. Kita mau nunggu sampai kapan?"

"Papa dengar anak sama ponakan papa udah pada kelaparan, lagipula kita gak tau kapan Thania pulang. Gak mungkin kita harus menunggunya sampai besok." Rose terlihat sangat kesal.

Mereka sudah menunggu selama setengah jam bahkan semua makanan itu sudah menjadi dingin sedari tadi. Daniel tidak bisa egois, ia juga harus memikirkan anggota keluarganya yang lain.

"Baiklah, mari kita makan sekarang."

***

Gibran membuka pintu kamarnya, sebelum ia benar-benar masuk tiba-tiba ada seseorang yang menahan lengannya dan menghentikan langkahnya.

"Papa. Ada apa?"

"Istrimu udah pulang?"

Gibran hanya diam saja, ia juga sempat memikirkan hal itu. Sejak pagi dirinya tidak melihat Thania sama sekali dan ia bertanya-tanya kapan perempuan itu akan pulang.

"Gibran, papa sedang bertanya."

"Iya pa."

"Iya apa?"

"Belum, dia belum pulang. Aku belum melihatnya kembali."

"Belum pulang? Kenapa? Ini udah jam sepuluh malam, kamu sudah coba hubungi dia?" Daniel terdengar sangat khawatir saat mendengar bahwa Thania belum juga kembali sejak pagi.

"Lebih baik papa tenang, utamakan kondisi papa terlebih dahulu. Mungkin aja Thania masih ada hal lain yang belum selesai, papa gak perlu khawatir."

"Kamu bisa bicara seperti itu? Udah larut malam, istrimu masih diluar dan kamu sedikitpun gak memikirkannya? Jika sesuatu terjadi padanya bagaimana?"

"Pa, Gibran juga gak tau kapan dia akan pulang. Aku sangat lelah, izinkan aku untuk beristirahat. Selamat malam, pa"

Daniel pergi meninggalkan putranya, Gibran yang sudah sangat lelah memutuskan untuk masuk ke dalam dan merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk. Pria itu memejamkan matanya, sedetik kemudian ia sudah berada di alam bawah sadarnya.

Jam menunjukkan pukul tengah malam. Thania membuka pintu kamar, melihat Gibran yang sedang tertidur pulas. Ia menaruh tasnya lalu mandi untuk menyegarkan kepala serta tubuhnya yang sudah terasa tidak enak. Selesai mandi, Thania tidak langsung tidur melainkan turun ke bawah untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang belum selesai. Meskipun dirinya sudah bekerja selama seharian penuh, tetapi ia masih punya tanggung jawab untuk bantu-bantu di rumah ini. Setidaknya itulah yang bisa ia lakukan agar tidak terlalu membebani keluarga ini.

Thania POV.

Pagi telah menyambut, seperti biasa aku akan bangun lebih awal. Aku melihat seorang laki-laki yang masih memejamkan matanya sembari memeluk bantal guling.

Jantungku berdegup tak karuan saat melihat wajah pria yang sekarang berstatus sebagai suamiku. Suami? Apakah aku berhak memanggilnya sebagai suami? Pedih rasanya mengingat kenyataan bahwa aku hanyalah peran pengganti. Ia tidak pernah menginginkanku.

Sepuluh menit aku telah selesai mandi dan berpakaian, aku melihat Gibran yang sedang membuka lemari, sepertinya ia sedang mencari pakaian untuk ke kantornya. Aku berjalan mendekatinya.

"Gibran, kamu butuh sesuatu?"

Jujur saja sebenarnya aku ragu dan takut untuk melakukan ini, tetapi aku ingat kalau sekarang statusku sudah menjadi seorang istri. Aku memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk melayani suamiku, tidak peduli hasilnya akan baik atau buruk.

Tidak ada jawaban darinya, ia hanya melirikku sebentar lalu mengambil setelan kemeja serta jas kemudian menutup pintu lemarinya dan pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaanku seakan aku ini tidak ada. Ia masuk ke dalam kamar mandi tanpa pernah ingin melihatku sama sekali, aku menghela nafasku. Tidak ada yang bisa aku harapkan dari semua hal ini.

Semua makanan sudah siap tersaji di meja makan, aku kembali ke kamar untuk memberitahu Gibran untuk turun dan sarapan. Aku membuka pintu kamar dan pandanganku langsung tertuju pada laki-laki yang sedang berdiri didepan cermin.

"Gibran, kamu udah selesai? Aku udah siapkan makanan di meja makan"

Ia hanya menjawab dengan bergumam, sesaat kemudian ia menoleh ke arahku. Tatapannya yang dingin menusuk hatiku, ia berjalan melewatiku dan keluar dari kamar. Aku segera mengikutinya dari belakang.

"Thania." Seseorang memanggil namaku, ternyata itu papa. Aku berjalan menghampirinya ke meja makan dan berdiri disampingnya.

"Papa butuh sesuatu?"

"Tidak ada. Papa ingin mengajakmu untuk makan bersama di meja makan."

"Gak bisa, semua kursi sudah penuh tidak ada tempat lagi." Tante Dania, adik Papa Daniel melirik sinis ke arahku.

"Tante Dania benar, aku akan makan di kantor pa."

"Tapi makan di rumah jauh lebih sehat."

"Papa percayalah padaku, aku akan makan makanan yang sehat dan menjaga diriku sendiri. Papa gak perlu khawatir aku janji kalau aku akan baik-baik saja."

Segera aku berjalan meninggalkan meja makan, aku melirik ke arah Gibran sekilas. Seperti biasa, hanya tatapan dingin itu yang ia tunjukkan.

---

Vote bagi yg belum vote dan ramaikan kolom komentar, Thank You!

Thania [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang