Air mata mulai keluar dari kelopak mataku. Rasanya hampa. Dunia seolah sedang mempermainkanku. Ini tidak mungkin. Tidak mungkin! Ini tidak mungkin terjadi!
"THANIA!"
"Pak Gibran! Bapak kenapa, pak?"
Aku terbangun saat mendengar suara seseorang yang memanggil namaku. Hah? Apa? Ternyata aku hanya bermimpi.
"Pak Gibran baik-baik aja?"
Aku menoleh ke arah samping, melihat satpam yang sudah berada diruanganku.
"E-Enggak. Gak apa-apa."
"Oh baiklah kalau begitu saya permisi, pak."
"Iya-iya."
Satpam itu keluar dari ruanganku. Aku masih mencoba untuk memulihkan pikiranku. Kenapa aku bisa bermimpi seperti itu? Dan kenapa dimimpi itu Thania harus mati? Apa yang terjadi sebenanya?
Stop Gibran! Itu hanya mimpi, dan mimpi itu hanyalah bunga tidur. Tapi perasaanku menjadi tidak tenang sebelum aku memeriksa keadaan Thania.
Aku segera meninggalkan kantor dan melajukan mobilku menuju rumah sakit. Dengan setengah berlari aku langsung menuju ruang kamar inap Thania.
Tidak berpikir panjang aku membuka pintu kamar tersebut tapi aku tidak melihatnya ada diatas kasur, lalu aku berbalik dan mendapati dirinya yang baru saja keluar dari toilet.
Aku mendekatinya dan langsung menariknya ke dalam pelukanku. Mendekapnya dengan sangat erat, aku tidak ingin dia pergi meninggalkanku. Aku merasa senang sekaligus lega melihat Thania baik-baik saja.
Aku tidak peduli lagi dengan penolakannya. Aku hanya ingin mengikuti apa kata hatiku, walaupun aku belum yakin dengan perasaanku tapi saat ini aku hanya ingin melihatnya dan melindunginya.
Setelah merasa puas, akupun mulai melonggarkan pelukanku.
"Gibran, kamu kenapa tadi-"
"Sorry ya kalau gue bikin lo terkejut sama perilaku gue barusan." Ia hanya mengangguk lalu berjalan menuju tempat tidur.
Aku mengikutinya dan duduk di bangku samping ranjang.
"Kamu baru pulang?"
"Hm."
"Terus kamu kenapa kesini?"
"Lo gak mau ketemu sama gue?" Aku mulai khawatir jika dia benar-benar tidak ingin melihatku lagi dan meninggalkanku.
"Aku mau istirahat jadi lebih baik kamu pulang."
"Tapi-"
"Kamu gak perlu datang jenguk aku lagi, Gibran."
Deg. Apakah ini benar-benar terjadi? Secara tidak langsung Thania memberitahuku bahwa dirinya tidak ingin bertemu denganku lagi.
Ia membaringkan tubuhnya membelakangiku tanganku terangkat dan ingin mengelus puncak kepalanya, tapi aku tahan dan tanganku hanya berhenti di udara. Aku bangkit dan berjalan keluar dari kamar inapnya.
***
Author POV.
Thania merasa bosan diruangan kamarnya. Wanita itu ingin berjalan-jalan ke taman sebentar untuk menghilangkan rasa bosannya. Ia duduk disebuah bangku sembari melihat pasien-pasien lainnya yang juga sedang berada di tempat tersebut.
"Thania." Panggil seseorang.
Merasa dipanggil, Thania-pun menoleh. "Andre."
Pria itu mengambil tempat duduk di samping Thania.
"Gimana kondisi kamu? Udah jauh lebih baik?"
"Iya Andre, sekarang aku udah merasa sehat lagi. Luka di kepala aku juga udah gak sakit lagi."
"Baguslah aku senang mendengarnya, jadi kamu bisa cepat keluar dari rumah sakit. Kamu pasti juga udah bosen banget disini, iyakan?"
"Tapi kenapa kamu bisa tau kalau aku ada disini?
"Tadi aku emang sengaja niatnya mau hirup udara segar di taman tapi aku tiba-tiba liat kamu lagi duduk sendiri disini makanya aku samperin. Kebetulan banget ya, beruntung aku gak langsung ke kamar kamu."
"Iya, coba kalau kamu langsung ke kamar aku. Jadi bolak-balik dan belum tentu juga kamu tau aku ada disini."
Mereka berdua berbincang-bincang dan tertawa, sudah lama Thania tidak bisa tertawa lepas seperti ini.
16.00
Akhirnya setelah penuh drama membujuk suster, Thania diperbolehkan untuk pulang juga hari ini.
Wanita itu membereskan baju-baju dan memasukkannya ke dalam tas. Setelah semuanya selesai, ia berjalan keluar sembari menunggu taxi yang tadi sudah ia pesan. Beberapa menit taxi tersebut sudah sampai. Thania duduk di kursi depan samping supir.
Setelah hampir seminggu ia berada di rumah sakit, kini Thania bisa kembali menginjakkan kakinya di rumah. Dengan senyum mengembang di wajahnya, Thania mulai masuk ke dalam rumah dan langsung saja ke kamarnya. Suasana kamar yang selalu ia rindukan.
20.00
Setelah selesai membereskan seluruh rumah, Thania merasa badannya agak sedikit lelah. Mungkin karena tubuhnya belum sepenuhnya pulih.
Padahal baru seminggu ia berada dirumah sakit tetapi rumah ini sudah berdebu. Memang tidak heran jika rumah ini berdebu, Gibran juga tidak tinggal disini dan rumah ini menjadi tidak terawat.
Rumah sebesar ini jadi terbengkalai karena tidak ada yang menghuni. Kalau rumah ini miliknya, mungkin ia akan menyewa atau menjualnya saja kepada orang lain. Pikir Thania.
Suara pintu terbuka menandakan seseorang masuk. Thania menghampiri ke arah pintu tersebut.
"Gibran."
"Thania."
Mereka saling memandang satu sama lain.
"Kenapa lo ada disini?"
"Aku membereskan rumah terlebih dahulu sebelum aku meninggalkan rumah ini, dan kalau kamu gak mau tinggal disini lebih baik rumah ini disewakan aja daripada terbengkalai." Tuturnya kemudian ia langsung berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
Dikamar, Thania memasukkan baju-bajunya ke dalam koper besar miliknya. Sedangkan Gibran juga ikut masuk ke dalam kamar Thania dan melihat wanita itu yang sedang mengemasi barang miliknya.
Pria itu berjalan mendekat lalu memegang lengan Thania.
"Ada apa?"
"Lo mau kemana masukin baju-baju lo ke dalam koper?"
"Aku udah bilang kalau aku mau keluar dari rumah- mmmh."
Gibran membungkam mulut Thania dengan bibirnya agar wanita itu tidak meneruskan ucapannya.
Thania membelalakkan matanya saat tiba-tiba mendapat serangan dari Gibran. Jantungnya berdegup kencang, Thania hampir kehabisan nafasnya. Wanita itu mencoba mendorong tubuh Gibran, tetapi tidak bisa. Tubuh pria itu jauh lebih besar darinya.
Gibran menarik kembali bibirnya dari bibir Thania.
"Gibran apa yang kamu lakukan!" Thania memukul dada bidang pria itu dengan keras. Ia tidak tau apa yang Gibran pikirkan saat ini, dirinya segera berlari masuk ke dalam kamar mandi.
---
Vote dan komen kalo mau aku up lagi hari ini, thank you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Thania [END]
Romance(Publish ulang karna Revisi) Bagaimana jadinya jika kamu harus menggantikan posisi pengantin wanita yang kabur saat hari pernikahannya? Thania, seorang wanita yang awalnya tak sengaja menolong seorang pria tua dijalan lalu pria itu membalasnya deng...