Bab 35

120K 7.6K 196
                                    

Waktu menunjukkan jam makan siang. Gibran membereskan berkas-berkas di mejanya lalu keluar dari ruangannya berniat pergi keluar untuk makan siang.

Ia ingin mengajak Thania untuk pergi bersamanya, namun tiba-tiba ponselnya berdering. Panggilan dari Kevin.

"Ada apa?"

"Nanti malem ke rumah gue."

"Ngapain?"

"Masa lo lupa. Kan kita biasanya kumpul di rumah gue, jangan pura-pura insomnia!"

"Amnesia bodoh!"

"Sama aja. Maklum lidah bule suka belibet."

"Terserah."

"Ya udah pokoknya lo kesini, jangan nanya jamnya lagi!"

"Gue gak bisa."

"Hah? Gimana-gimana? Lo bilang gak bisa? Gak bisa ngapain?"

Gibran menghela napasnya, ia harus lebih sabar menghadapi manusia yang satu ini.

"Gue gak bisa ikut kumpul, lo berdua aja tanpa gue."

"Lo sakit?"

"Gak."

"Tumben lo tolak ajakan gue, biasanya elo yang paling pertama kalau diajakin ngumpul. Malah lo yang maksa manggil gue sama Jo buat ngumpul."

"Hm."

Tut. Gibran menaruh kembali ponselnya ke dalam saku celana, lalu masuk ke dalam mobil.

Niatnya mau mengajak Thania tetapi ia urungkan. Gibran masih bingung dengan hatinya, kenapa sepertinya sekarang dirinya tidak ingin jauh-jauh dari wanita itu.

Sekarang sudah waktu kepulangan kantor. Gibran melajukan mobilnya menuju kantor cabangnya yang lain dimana tempat Thania bekerja.

Jalanan malam hari ini macet seperti biasa. Setelah beberapa menit, ia sampai lalu keluar dari mobilnya dan berjalan masuk ke dalam. Namun sebelum itu ia menyapa satpam terlebih dahulu.

"Selamat malam Pak Gibran." Ucap satpam tersebut.

"Malam." Balasnya.

"Tumben malem-malem kesini, ada apa pak? Mendadak begini, gak biasanya. Hehehe."

"Gak ada apa-apa."

"Oh iya, bapak kenal dengan karyawan yang bernama Thania?" Lanjutnya.

"Thania? Oh iya-iya saya kenal. Pak Gibran ada urusan sama Bu Thania? Biasanya kan diwakilkan jadi bapak gak perlu jauh-jauh kesini."

"Gak apa-apa, saya cuma ingin ketemu karena ada urusan yang harus saya sendiri yang menjelaskannya."

"Oh begitu, tapi Thania baru aja pulang pak."

"Dia udah pulang?"

"Iya, barusan."

"Memangnya dia selalu pulang jam segini?"

"Iya pak, sesuai jadwal kepulangan karyawan."

Thania selalu pulang sesuai jadwal, tetapi kenapa wanita itu tidak pernah tepat waktu sampai rumah? Bahkan Thania pulang hingga larut malam.

Gibran memang beberapa kali bertanya-tanya dalam pikirannya. Jika Thania sudah pulang dari kantornya, lalu kemana wanita itu pergi?

"Pak Gibran! Kenapa pak bengong?"

"Oke kalau gitu terima kasih atas informasinya."

"Iya pak, hati-hati di jalan."

Setelahnya Gibran kembali melajukan mobilnya. Ia baru teringat saat dirinya melihat Thania dirampok oleh dua preman malam itu. Dirinya juga berpikir kenapa wanita itu bisa berada disana? Padahal itu jauh dari rumah dan itu juga bukan jalan yang biasa menuju ke rumah.

Thania [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang