Bab 49

111K 6.4K 218
                                    

Seperti biasa Gibran akan mengapel ke tempat Thania terlebih dahulu sekaligus mengantarkan wanita itu ke kantor.

"Gibran, menurut aku, kamu gak perlu antar jemput aku."

Gibran yang sedari tadi fokus melihat ke arah depan kini beralih melihat Thania sekilas.

"Kenapa?"

"Gak apa-apa, biar kamu gak jauh ke tempat aku dan kamu gak capek harus bolak-balik."

Tangan Gibran terulur mengusap puncak kepala gadis itu. "Aku mau jagain kamu terus. Dimanapun kamu berada dan sejauh apapun kamu tinggal, aku akan selalu menghampiri kamu karena kamu adalah tempat aku pulang."

"Maafin aku ya Gibran. Gara-gara aku, kamu jadi harus kesusahan begini."

"Ngomong apa sih? Siapa yang kesusahan? Aku gak ngerasa susah kalau itu buat kamu."

"Makasi Gibran."

"Gak usah bilang makasi, udah kewajiban."

Akhirnya mereka sampai di kantor tempat Thania bekerja. Wanita itu membuka sabuk pengamannya, tapi sebelum keluar ia mengucapkan terima kasih ke Gibran.

"Kamu bisa gak, gak usah bilang makasi?"

"Emangnya kenapa?"

Gibran sedikit kesal, "Aku bukan sopir kamu tapi aku suami kamu jadi ngapain kamu ucapin terimakasih ke aku!"

"Tapikan cuma bilang terimakasih aja gak salah."

Oke. Emang benar perempuan gak pernah salah, dan disini yang salah adalah-

"Oke aku yang salah. Terserah kamu mau ngucapin makasi berapa kali juga gak apa-apa."

Thania tertawa kecil melihat pria disampingnya yang kesal akibat perdebatan ini. "Aku turun ya. Kamu nyetirnya hati-hati."

Saat Thania ingin keluar, tangannya dicekal oleh Gibran. Iapun menoleh lagi ke arah Gibran. "Ada apa?"

"Kissnya mana?"

Mata Thania langsung mendelik, "Ih Gibran! Kamu apa-apaan sih. Malu tau."

"Kan kita di mobil jadi gak bakal ada yang liat."

"Ya tapikan tetep aja Gibran! Nanti kalau orang curiga terus kita dipergokin gimana? Inikan juga di kantor, kamu jangan aneh-aneh."

"Emang kenapa sih? Gak akan ada yang berani ngetok mobil aku, lagi pula kalaupun kita kepergok ya biarin ajalah. Kan kita udah nikah, jadi ya sah-sah aja."

"Nggak aku gak mau Gibran. Ini masih di kantor."

"Oh berarti kalau gitu di rumah aja?"

Thania mengangguk, "Iya."

"Kalau di rumah... Kayaknya bukan cuma sekedar cium tapi-"

"Udah Gibran aku gak mau ngelakuin itu. Aku udah telat."

Dengan segera Thania keluar dari mobil sebelum Gibran akan mengatakan hal-hal aneh lagi. Sedangkan pria itu malah tertawa puas tapi sedih juga karena gagal dapat kiss dari Thania. Tapi tidak apa-apa. Ia akan mendapatkan yang lebih nanti. Pikirnya.

***

"Maaf Pak Gibran, saya mendapat laporan dari salah satu kantor cabang kita pak. Disini hasil yang kemarin dengan yang sebelumnya salah. Saya sudah bilang dan ternyata memang ini adalah kelalaian salah satu karyawan yang bekerja disana pak." Ujar sekretaris Gibran.

"Kenapa bisa! Kita butuh laporan itu sekarang! Kalau laporannya aja salah, terus apa yang harus kita laporkan!"

"Iya pak, saya juga sudah bilang pada mereka untuk secepatnya mengganti dengan yang benar."

Thania [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang