Bab 14

113K 7.9K 99
                                    

Andre sedari tadi cemas melihat wanita yang ada disampingnya. Wajah Thania begitu gelisah dan ketakutan, entah apa yang telah terjadi pada wanita itu, Andre tidak tau.

Sepanjang perjalanan Thania masih terus terisak tanpa henti. Ia masih shock dengan apa yang baru saja ia alami, untung saja ia bisa melarikan diri dari dua pria itu. Kalau tidak, dirinya tidak tau apakah ia akan selamat.

Ini bukan pertama kalinya ia pulang larut malam, tapi biasanya ia tidak pernah sampai larut malam di kantor. Jika ia pulang sehabis bekerja di toko roti, walau sudah tengah malam itu tidak masalah karena jalanannya yang masih ramai juga letak tokonya dipinggir jalan. Makanya ia tidak pernah takut jika pulang malam.

"Stop!" Ucap Thania tiba-tiba yang membuat Andre menginjakkan remnya secara mendadak.

"Kenapa?"

"Aku turun disini."

"Thania, aku gak tau apa yang udah terjadi sama kamu. Tapi aku ingin antar kamu selamat sampai rumah."

"Makasih Andre, tapi gak perlu. Oh ya untuk yang tadi aku minta maaf ya karena udah maksa kamu buat anterin aku."

"Gak apa-apa. Aku tulus bantuin kamu. Sekarang kamu udah lebih baik?"

"Iya, aku gak apa-apa. Kalau begitu aku keluar ya, kamu hati-hati dijalan."

Setelah Thania keluar dari mobil, pria itu tidak langsung pergi. Ia terus memperhatikan Thania sampai tubuhnya tidak terlihat. Sebenarnya Andre ingin tau apa yang terjadi padanya, tapi ia melihat kalau Thania masih terlihat sangat shock dan ia tidak ingin memaksa wanita itu untuk bercerita juga.

***

06.30

"Iya."

Tut. Sambungan telepon terputus. Gibran keluar kamarnya, mengedarkan pandangannya mencari seseorang. Tidak ada siapapun.

"Apa dia masih tidur?" Gumamnya.

Ia kembali ke kamarnya, mengganti pakaiannya dengan pakaian kantor dan segera pergi meninggalkan rumahnya.

Baru saja Gibran menjalankan mobilnya, Thania bangun dan keluar dari kamar tidurnya. Berjalan lemas menuruni tangga dan pergi ke dapur. Ia mengambil segelas air putih, meneguknya hingga habis. Pikirannya masih takut pada kejadian semalam, ia memutuskan mengambil cuti selama beberapa hari untuk menenangkan pikirannya. Jujur ia masih sangat trauma. Bagaimana jika pria itu mencarinya? Bagaimana jika mereka masih menunggunya? Atau jangan-jangan dirinya sudah mereka targetkan? Semua pikiran negatif membayangi otaknya.

Ponselnya berdering. Thania menjawab telepon tersebut.

"Halo?"

"Halo Thania. Maaf aku ganggu kamu pagi-pagi. Aku cuma mau memastikan kalau keadaan kamu baik-baik aja."

"Iya Andre gak apa-apa. Aku baik-baik aja, makasi udah khawatir sama aku."

"Baguslah kalau begitu, aku senang mendengarnya. Tapi, maaf kalau aku terlalu ikut campur, aku ingin tau apa yang kamu alami kemarin malam? Tapi kalau kamu gak mau cerita juga gak apa-apa, aku mengerti."

"Kemarin aku hampir aja dirampok, aku kaget dan takut banget."

"Dirampok? Mereka gak ambil apa-apa dari kamu, kan? Atau mereka ada sakitin kamu?"

"Andre, makasi kamu udah peduli banget sama aku selama ini. Tapi kamu gak usah khawatir sama aku, aku baik-baik aja."

"Kalau kamu ada apa-apa, kamu bisa hubungi aku."

"Iya, makasih Andre."

"Ok, aku tutup telponnya. Kamu istirahat dan tenangkan pikiran kamu."

Andre memutuskan sambungan teleponnya sepihak. Thania melihat lengan kirinya yang tergores karena terjatuh kemarin malam. Ia terlalu khawatir dan ketakutan sampai ia belum sempat mengobati lukanya sendiri.

Karena hari ini ia tidak bekerja, dirinya memutuskan untuk melakukan pekerjaan rumah atau mencoba resep kue baru. Ia tidak ingin keluar rumah terlebih dahulu, untung saja ia selalu stok bahan-bahan di lemari jadinya ia tidak perlu keluar rumah lagi.

09.30

Thania mengeluarkan kue dari oven dengan hati-hati dan menaruhnya di piring. Aroma keju yang sangat lezat mampu membuatnya melayang dan kini ia bisa melebarkan senyum di bibirnya lagi.

"Dari aromanya aja udah harum, kue keju ini pasti rasanya enak." Gumamnya.

Mendengar suara bell berbunyi, Thania mengehentikan aktivitasnya dan berlalu menuju pintu. Tumben sekali ada tamu yang datang. Batinnya.

Ia membuka pintu dan menampilkan dua orang yang sedang memamerkan senyuman mereka.

"Givan. Gabi."

"Halo Thania." Ucap Givan.

"Halo Ka Thania!"

"Kalian tumben kesini? Kalian cari Gibran? Gibran udah berangkat ke kantor."

"Gak, kita kesini mau ketemu kamu. Gabi juga dari kemarin minta dianterin kesini." Jelas Givan.

"Oh, ya ampun. Tapi kalian kenapa gak bilang dulu sama aku kalau mau kesini? Kan aku bisa siapin makanan buat kalian."

"Gak perlu repot-repot."

"Yaudah ayo masuk."

Thania mempersilahkan mereka berdua masuk kedalam rumah. Ia senang karena mereka berkunjung kerumahnya, ia sudah kangen dengan tingkah lucu Gabi.

"Lain kali kalau kalian mau datang kesini gak usah mencet bell, langsung masuk aja. Anggap rumah sendiri."

"Siap."

"Oh iya aku baru ingat. Aku baru aja selesai bikin kue, kalian cobain ya."

Thania dengan bersemangat melangkah pergi ke dapur dan mengambil kue yang tadi ia buat.

"Ini kuenya."

"Aromanya harum banget." Ucap Gabi.

"Aku potongin ya buat kalian."

Ia mulai memotong kuenya dan menaruhnya di piring. Givan dan Gabi nampak sangat menikmati kue tersebut.

"Gimana rasanya?"

"Ini enak banget! Teksturnya lembut dan rasa kejunya enak." Ucap Givan yang sudah melahap habis kue miliknya.

"Iyakah? Aku senang kalau kalian suka. Kalian orang pertama yang mencoba kue buatan aku."

"Beneran? Kalau gitu Ka Thania sering-sering bikin kue aja nanti Gabi pasti bakal cobain dan makan kue kakak."

"Iya benar kata Gabi. Kalau kamu butuh orang buat cobain kue kamu, jangan sungkan-sungkan panggil kita aja."

"Iya-iya. Kalian pasti jadi orang pertama yang aku kirimkan kue hasil percobaan aku."

"Oh iya, kalian berdua sering-sering ya main kesini. Aku seneng banget kalau kalian kesini."

"Ka Thania kesepian ya?" Tanya Gabi polos.

"Nggak, kalau ada Bang Gibran di rumah gak akan kesepian. Tapi kalau ada kalian rumahnya jadi rame dan seru."

"Iya, kita akan sering main kesini, yang penting kamu buatin kita makanan yang enak-enak ya."

"Pasti, apapun yang kalian mau."

---

Tinggalkan Vote bagi yg belum dan komennya ya, Thank you!

Thania [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang