Bab 01

366K 15.2K 396
                                    

Pernikahan merupakan impian dari setiap wanita. Penantian yang panjang sampai menemukan belahan jiwa, mengikat janji suci, dan berjanji untuk selalu bersama selamanya mengarungi suka duka bersama. Menikah bukanlah hal sederhana yang bisa dipermainkan seperti membeli mainan baru lalu dibuang jika sudah bosan. Pernikahan harus didasari oleh rasa cinta dari kedua belah pihak dan sama-sama mau berkomitmen pada pilihan yang telah mereka pilih.

Tidak pernah terbayangkan oleh Thania kalau dirinya akan menikah dengan anak dari bosnya sendiri, ia tidak merasa bangga ataupun senang dengan keputusan ini. Gibran, pria yang akan menikah dengannya. Untuk alasan apa Thania sampai harus menikah dengan anak dari bosnya sendiri? Cinta? Bukan. Mempelai wanita, yaitu kekasih Gibran meninggalkannya atau lebih tepatnya membatalakan pernikahan mereka disaat semuanya sudah selesai di depan mata.

Thania duduk didepan cermin, melihat pantulan dirinya dalam gaun berwarna putih yang sangat indah. Meyakinkan dirinya untuk kesekian kalinya bahwa apakah keputusan ini sudah tepat? Apakah semuanya akan baik-baik saja? Apakah ini malah akan menjadi awal yang buruk untuk hidupnya?

Tok... Tok... Tok...

Seorang pria tua berpenampilan rapi dalam balutan kemeja putih dan jas hitam berjalan mendekati Thania lalu memegang pundaknya pelan.

"Kamu terlihat sangat cantik dalam gaun ini, Thania."

"Terima kasih, pak."

"Jangan panggil saya bapak, sebentar lagi kamu akan menjadi istri Gibran dan kamu juga akan menjadi menantuku. Jadi mulai sekarang panggil saya papa."

Dia adalah Daniel, ayah dari Gibran Valyno Putra. Daniel sendiri yang meminta Thania untuk menikah dengan Gibran, dirinya menyayangi Thania seperti anaknya sendiri dan Daniel berharap bahwa putranya akan hidup bahagia bersama Thania.

Tentu saja Thania tidak akan pernah lupa dengan segala kebaikan dan bantuan dari Daniel. Ia mengingat bagaimana dirinya hanya menolong Daniel sekali tetapi pria itu membalasnya lebih.

Saat itu Thania sedang berjalan seorang diri dengan membawa amplop coklat. Thania mengelap air keringatnya beberapa kali karena lama menunggu kendaraan umum yang sedari tadi tidak ada satupun yang lewat.

Wanita itu akhirnya memutuskan untuk berjalan sampai menemukan kendaraan umum. Kemudian matanya menangkap seorang pria tua yang ingin menyebrang bersamaan dengan motor yang datang melaju kencang dan dengan cepat Thania berlari ke arah pria itu.

"Awas pak!"

Thania berniat menyelamatkan orang itu dengan menarik lengannya, tetapi malah dirinya yang terserempet motor hingga ia terjatuh dan menyebabkan lengannya tergores terkena aspal.

"Kamu gak apa-apa? Ada yang luka?" Tanya pria itu khawatir sembari membantu Thania berdiri.

"Gak apa-apa pak, hanya luka kecil."

"Kamu ikut saya ya, kita obati luka kamu dulu."

"Gak perlu pak, saya baik-baik aja."

Pria itu mengeluarkan dompetnya dan memberikan beberapa lembaran uang berwarna merah kepada Thania.

"Ini ambil untuk pengobatanmu dan rasa terima kasih saya karena telah menyelamatkan saya tadi."

"Gak apa-apa pak, saya ikhlas membantu bapak. Saya gak mau menerima uang ini, maaf."

"Ya sudah sini kita duduk dulu." Pria itu menuntun Thania untuk duduk di bangku.

"Siapa nama kamu?"

"Saya Thania."

"Terima kasih Thania karena telah menyelamatkan saya dan malah kamu yang terluka, saya berhutang budi sama kamu. Apa yang bisa saya lakukan untuk membalas kebaikanmu?"

Thania [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang