Bab 45

129K 7K 234
                                    

Gibran menyeret tangan Thania masuk ke dalam kamarnya, lalu ia melemparkan Thania ke kasurnya.

"Aw..." Ringis Thania yang merasakan sakit karena Gibran mencengkeram tangannya dengan sangat erat.

"Gibran kamu kenapa kaya begini? Mau kamu tuh apa sebenarnya!" Thania benar-benar sudah kehilangan batas kesabaran untuk laki-laki itu. Ia tidak ingin terus tersakiti dan disakiti.

"Harusnya gue yang nanya sama lo. Kenapa lo bisa sama Andre? Dan kalian pelukan! Jadi selama ini benar dugaan gue kalau lo berdua ngejalin hubungankan dibelakang gue?"

Thania menatap ke arah Gibran dengan tidak percaya. Bagaimana bisa kondisinya menjadi terbalik seperti ini? Thania tidak pernah menjalin hubungan dengan Andre, malah Gibran yang harusnya patut untuk disalahkan.

"Aku gak pernah selingkuh dari kamu Gibran."

"Bohong! Gue gak percaya. Selama ini lo pikir gue bodoh? Lo sering jalan berdua sama Andre tanpa sepengetahuan gue. Apa itu namanya bukan selingkuh!"

"Cukup Gibran! Kamu udah keterlaluan, kamu bilang aku selingkuh padahal yang sebenarnya selingkuh itu kamu! Apa kamu gak pernah sadar sama apa yang kamu lakukan, Gibran? Bagaimana kamu dan Amara berciuman saat itu! Apa kamu gak sadar dan malah memutar balikan fakta."

"Udah cukup Gibran. Aku juga seorang wanita yang masih punya hati dan perasaan. Kamu marah liat aku deket sama Andre? Terus gimana sama aku yang setiap hari kamu campakkan dan gak pernah kamu peduliin?"

Thania menyeka air matanya lalu menatap wajah Gibran.

"Hati aku udah hancur berkeping-keping menerima kenyataan pahit ini. Kamu gak pernah tau perasaan aku!"

"Aku juga ingin bahagia Gibran! Apa aku gak berhak bahagia sedikitpun! Izinin aku bahagia kali ini aja!"

"Aku minta sama kamu tolong jangan ganggu hidup aku lagi. Kamu udah bersama Amara, lalu apa lagi yang kamu mau dari aku? Apa lagi?"

Thania menggila dan memukul serta mengguncangkan tubuh Gibran. Pria itu lalu menghentikan pergerakan Thania dengan memegang kedua pundak wanita itu.

"Maaf Thania. Maafin aku."

"Aku emang cowo brengsek yang gak punya hati."

"Aku gak pernah mikirin perasaan kamu. Dan aku selalu nyakitin hati kamu. Maafin aku."

"Tapi aku mau memperbaiki semuanya. Tolong kasih aku kesempatan. Aku cinta sama kamu Thania. Aku terlalu bodoh karena gak mau mengakui kalau aku udah jatuh cinta sama kamu."

Thania melepaskan diri dari Gibran, "Enggak. Aku mau berhenti sampai disini, kita selesaikan semuanya cukup sampai sini."

Thania hendak melangkahkan kakinya namun langsung dicekal oleh Gibran.

"Aku gak akan biarin kamu pergi lagi."

Gibran langsung mendorong tubuh Thania ke kasur dan sekarang posisi mereka adalah Gibran yang berada diatas tubuh Thania.

"Gibran... Mmph." Pria itu sudah hilang akal dan terus mencium Thania.

***

Pagi-pagi Thania sudah terbangun akibat silau mentari yang masuk dari celah-celah jendela kamar Gibran. Ia baru ingat kalau semalam Gibran membawanya pergi ke rumah mereka.

Wanita itu melihat kesamping kirinya, Gibran masih tertidur. Thania merubah posisinya perlahan menjadi duduk. Ia merasakan sakit di seluruh tubuhnya. Thania turun dari kasur, untung saja pria itu belum bangun, Thania segera masuk ke dalam kamar mandi. Membersihkan dirinya lalu tidak lama ia sudah selesai tetapi pria itu masih juga belum bangun. Ini kesempatan yang bagus untuknya pergi dari rumah ini.

08.00

Gibran mengedipkan matanya beberapa kali. Dilihatnya jam yang sudah pukul delapan pagi. Pria itu menoleh ke arah sampingnya. Tidak ada. Thania tidak ada. Dengan cepat ia merubah posisinya dan mencari wanita itu. Dicarinya sampai ke segala penjuru rumah, tapi tetap tidak ada.

"Apa dia udah pergi?"

Gibran menghembuskan napasnya kasar dan mengacak-acak rambutnya.

Ia sangat khawatir dengan wanita itu, dan dirinya juga tidak mau kehilangan wanita yang dicintainya lagi. Niatnya ia ingin menyusul Thania, tetapi tiba-tiba ponselnya berdering dan itu dari salah satu staf kantor.

"Halo?"

"..."

"Oh oke, baik. Saya akan datang ke kantor secepatnya."

Huff. Terpaksa ia harus menundanya dan mengutamakan pekerjaannya terlebih dahulu karena ini sangat mendesak.

---

Hayo nungguin apa🌚

Vote dan komen, thank you!

Thania [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang