Bab 19

105K 7K 155
                                    

Pagi ini Thania berniat untuk membawakan bekal makanan untuk Gibran. Jika pria itu tidak mau sarapan di rumah, setidaknya jika membawa bekal dari rumah akan jauh lebih baik daripada harus membeli makanan di luar.

Wanita itu membuatkan sandwich berisi telur, daging, serta keju yang memang sudah khusus ia siapkan dari semalam. Thania melihat Gibran yang sudah keluar dari kamarnya dan sedang berjalan menuruni anak tangga. Ia segera mengemas kotak makanan tersebut dan berjalan menghampiri Gibran sebelum pria itu keluar.

"Gibran!"

Merasa namanya dipanggil, pria itupun berhenti.

"Gibran aku buatin kamu bekal makanan supaya kamu bisa sarapan di kantor." Ucap Thania sembari menyodorkan kotak makanan tersebut pada Gibran.

Pria itu mengambilnya dan berdeham tanda sebagai jawabannya, lalu ia segera keluar dari rumahnya dan menaiki mobilnya. Thania tersenyum melihat Gibran yang sekarang lebih baik padanya daripada Gibran yang sebelumnya.

Setelah Gibran pergi, sekarang giliran Thania yang bersiap untuk pergi ke kantor. Lagi, lagi, dan lagi. Andre datang ke rumah untuk menjemputnya. Untung saja Gibran sudah pergi, kalau tidak mungkin Andre akan tau segalanya.

"Andre kamu ngapain kesini lagi?" Tanya Thania yang menatap Andre dengan kesal, namun sedetik kemudian ia bersikap normal.

"Aku kesini mau jemput kamu."

"Mulai besok kamu gak usah jemput aku lagi ya. Kamu gak perlu tiap pagi jauh-jauh kesini cuma buat nganterin aku ke kantor."

"Emangnya kenapa? Kamu gak suka kalau aku mau nganterin kamu kerja?"

"Bukan, bukan! Bukan gitu maksudnya. Tapi aku gak enak sama kamu dan juga gimana nanti kalau ada orang lain yang liat kita berdua. Jadi aku minta maaf ya, dan tolong kamu bisa ngerti posisi aku."

Andre tersenyum menahan pahit setelah mendengar ucapan Thania. Pria itu mengangguk dan langsung mengajak Thania masuk ke dalam mobilnya.

***

Gibran mendudukkan dirinya di sofa panjang ruangannya. Pria itu membuka kotak makanan yang tadi diberikan oleh Thania. Ia tidak tau kenapa dirinya jadi tidak tega saat melihat wanita itu, sampai ia mau melakukan hal yang tidak pernah ia pikirkan sama sekali.

Ia melihat dua potong sandwich lengkap dengan telur, daging, dan keju. Namun ada hal lain yang menggagalkan fokusnya. Ada sebuah surat yang diselipkan di samping. Gibran yang tadinya ingin mengambil sandwich tersebut tapi malah mengambil surat itu terlebih dahulu.

Gibran aku gak tau kamu suka atau enggak sama sandwich ini, tapi aku benar-benar ingin belajar mengetahui makanan apa yang kamu suka.
Kamu selalu tolak makan di rumah dan aku gak tau alasannya apa. Tapi kalau memang kamu gak mau makan karena ada aku, aku bisa setiap hari bikinin kamu bekal untuk makan di kantor daripada kamu makan diluar. Juga makanan rumah jauh lebih sehat.

Semoga kamu suka ya, kalau kamu gak suka sandwichnya. Kamu gak perlu makan dan besok aku akan buatin makanan yang lain buat kamu.

Tertanda,
Thania.

Gibran tersenyum membaca surat yang ditulis oleh Thania. Pria itu mengambil satu sandwich dan mulai memakannya. Ia kembali tersenyum saat menelan sandwich tersebut kedalam perutnya. Bagaimana bisa ia membuang makanan enak seperti ini? Gibran mengakui kalau makanan yang dibuat oleh Thania memanglah sangat enak.

Ia menghabiskan satu potong sandwich tersebut dengan lahap. Niatnya ia akan menyisakan satu potong untuk makan siangnya nanti. Gibran berdiri hendak menyimpan kotak makanannya, tetapi pintu tiba-tiba saja terbuka.

"Gibran." Panggil Kevin yang main nyelonong masuk dan langsung duduk di sofa, sedangkan Jo malah geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak gak ada akhlak itu.

"Ngapain lo berdua kesini?"

"Sombong amat pak. Santai kenapa, sini-sini duduk dulu biar rilex." Ucap Kevin sembari menepuk sofa di sampingnya. Lalu Gibran mengikuti perintah Kevin dan duduk kembali di sofa.

"Lo keluar kota gak ada bawa oleh-oleh buat kita? Jahat banget." Lanjutnya.

"Emang lo siapa?" Balas Gibran dingin.

"Astaga! Lo lupa siapa gue? Padahal baru beberapa hari lo keluar kota tapi udah lupa sama nama gue. Gue temen lo, cowok paling ganteng sejagat raya dan selalu menjadi rebutan para ciwi-ciwi."

"Ngimpi aja terus!" Ketus Gibran.

"Gi, kebetulan banget gue lagi laper. Ini gue buat gue ya!" Ucap Jo langsung merebut kotak makanan bening yang dipegang oleh Gibran.

"Gak boleh! Itu bukan buat lo! Sini balikin!" Gibran mencoba merebut kembali kotak makanan itu dari tangan Jo, namun Jo malah menjauhkannya.

"Emangnya kenapa? Pelit banget lo sama temen, biasanya kalau gue rebut makanan punya lo, biasa aja tapi kenapa sekarang jadi posesif sama makanan? Kan lo bisa beli lagi diluar Gi."

"Bener tuh." Timpal Kevin.

Iya benar. Biasanya Gibran memang tidak pernah pelit soal makanan dan teman-temannya, karena ia bisa beli makanan itu lagi. Tapi kenapa sekarang ia jadi tidak rela begini? Apakah karena makanan tersebut dibuat oleh Thania, sehingga ia tidak mau membagikannya?

Gibran tidak tau, yang terpenting ia tidak suka jika makanan itu dimakan oleh Jo. Thania yang sudah memberikan makanan tersebut untuknya, berarti ia yang harus menghabiskannya sendiri.

"Enggak boleh!" Gibran berhasil merebut sandwich itu sebelum masuk ke dalam mulut Jo.

"Jawab dulu kenapa gue gak boleh makan itu sandwich?" Tanya Jo yang masih penasaran.

"Bukan urusan lo! Udah sana nanti gue beliin sandwich buat lo berdua." Ucap Gibran sembari menaruh kotak makanannya di laci meja kerjanya.

"Bener ya?"

"Iya! Udah makanya lo berdua keluar dari ruangan gue. Gue mau kerja, jangan ngerusak pemandangan gue kalau kalian disini."

"Padahal kita selalu jadi pemandangan yang indah untuk kaum hawa. Bener gak Jo?"

"Iyain aja biar cepet." Balas Jo.

"Lo berdua kalau disini, gue bawaannya pengen ninju orang mulu."

Kevin menjulurkan lidahnya pada Gibran yang langsung diseret keluar oleh Jo sebelum singa jantan berkoar.

---

(Besok aku gak up ya, jadi jangan nungguin)

Vote yuk yang belum vote, jangan lupa komennya. Thank you!

Thania [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang