Bab 10

127K 8.4K 173
                                    

Sinar matahari menyelusup dari sela-sela gorden jendela. Gibran membuka matanya perlahan, menunggu beberapa detik untuk membuatnya sadar.

Gibran meraba tubuhnya, melihat bahwa kancing kemejanya terbuka sehingga memperlihatkan dada bidangnya. Ia juga merasakan tangan kirinya yang berat. Gibran mengangkat kepalanya sedikit dan ternyata Thania sedang tidur ditangannya, pantas saja tangannya terasa berat.

Gibran menggunakan tangan satunya untuk memindahkan kepala Thania, tetapi ternyata wanita itu malah terbangun dan melihat ke arah Gibran.

"Gibran, kamu udah bangun." Senyum manis terpampang di wajah Thania.

"Lo ngapain tidur ditangan gue?"

"Maaf Gibran, semalam aku khawatir sama kamu jadi aku cek keadaan kamu tapi aku malah ketiduran."

Gibran mengubah posisinya jadi duduk dan bersandar di bantal. "Lo ngapain?"

"M-Maksudnya?"

"Kenapa kancing baju gue kebuka semua? Lo ngapain?"

"Semalam aku bersihin badan kamu pake air, tapi aku gak ada niat apapun sama kamu. A-aku Cuma mau bantuin kamu aja."

"Terus kenapa gue bisa ada di kamar?"

"Semalam kamu udah mabuk berat terus kamu dibawa pulang sama Jo dan Kevin."

"Jo sama Kevin? Ah ternyata mereka berdua." Batin Gibran.

Tidak ingin berlama-lama Thania segera pergi dari kamar Gibran dan kembali ke kamarnya.

Flashback On.

Thania menaruh baskom berisi air diatas nakas lalu melepaskan sepatu serta jas yang masih dikenakan Gibran. Tak lupa ia juga melepas kancing kemejanya agar mempermudahnya untuk membersihkan tubuh Gibran.

Ia membenarkan posisi bantal Gibran agar membuatnya lebih nyaman. Namun tangannya mendapati sebuah kertas dibawah bantal tersebut, dengan rasa penasarannya ia mengambil kertas tersebut yang ternyata adalah sebuah foto perempuan.

"Foto siapa ini?" Gumam Thania yang masih memandangi foto tersebut.

"Apa ini foto calon istrinya Gibran?"

Ternyata memang benar pria itu belum bisa melupakan calon istrinya. Thania memandangi wajah teduh seseorang yang sedang terlelap. Pria itu masih sering merindukan wanita pujaannya. Gibran adalah pria yang baik dan sangat mencintai wanitanya, hanya saja nasibnya yang buruk sampai dirinya ditinggalkan oleh kekasihnya dan wanita seperti apa yang bisa meninggalkan pria seperti Gibran.

Semoga suatu saat Gibran bisa menemukan seseorang yang bisa menerimanya dan mencintainya dengan tulus dan bisa membuat pria itu bahagia.

Thania menaruh kembali foto tersebut di bawah bantal, lalu mulai mengusap tubuh Gibran dengan lembut dan hati-hati.

Flashback Off.

Thania turun ke lantai dasar. Ia ingin membuat makanan mengingat dirinya belum makan dari kemarin karena terlalu memikirkan Gibran yang tak kunjung pulang.

Tak lama kemudian, Gibran keluar dari kamarnya dan ingin berangkat ke kantornya. Ia baru saja pulih dan sekarang sudah mau bekerja? Batin Thania.

Thania hanya menatap pria itu sekilas lalu kembali fokus pada acara memotongnya. Mungkin ini terlalu berat untuk Gibran, Thania memahaminya jika Gibran nampak frustasi dengan hidupnya. Jika ia tau ini lebih awal, dirinya akan benar-benar memberikan banyak ruang sendiri untuk pria itu.

***

Thania POV.

Jam menunjukkan pukul 20.00 WIB. Pekerjaan kantorku sudah selesai, sekarang aku akan bekerja di toko roti seperti biasa. Aku mengambil tasku, berjalan keluar gedung kantor dan beberapa menit ojek online yang ku pesan sudah datang.

Malam ini, jalanan kota Jakarta sangat sejuk. Aku merasakan setiap hembusan angin dingin menerpa tubuhku. Langit yang dipenuhi bintang-bintang serta bulan purnama penuh selalu jadi malam favoritku.

Motor berhenti tepat didepan toko, aku turun melepas helmku, lalu berjalan masuk ke toko. Aroma khas roti yang paling aku suka langsung menusuk hidungku saat aku baru saja membuka pintu. Wangi yang bisa membuat siapa saja jadi lapar, termasuk juga diriku sendiri. Semoga saja ada roti yang tersisa sehingga aku bisa membawanya pulang. Sungguh apa yang kau pikirkan Thania? Apa kau sudah gila? Tapi aku tidak bisa munafik jika aku tidak menginginkannya.

Aku melihat karyawan yang lain sedang membersihkan meja dan lantai yang kotor, menyapa mereka sebentar lalu aku pergi ke belakang untuk mengambil apron-ku.

Hari ini pelanggan lumayan banyak, aku agak kewalahan saat melayani mereka. Tapi aku juga senang jika banyak pembeli, karena aku akan mendapatkan bonus yang lebih. Bukannya aku gila uang, hanya saja kehidupan ekonomi yang memaksaku untuk mendapatkan banyak uang dengan cara yang halal.

"Terima kasih, silahkan datang kembali."

"Uangnya pas ya. Baik, terima kasih..."

Aku memberikan senyum termanisku kepada para pelanggan.

Bunyi bell pintu menandakan bahwa ada pelanggan lain yang masuk.

"Selamat datang." Ucapku dengan ramah.

Aku mendongak, melihat siapa yang datang. Aku terkejut dengan orang yang masih berada di pintu, begitu juga dengan orang tersebut.

"Thania."

---

Vote bagi yang belum dan jangan lupa komennya, Thank you!

Thania [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang